Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Halo Februari!
Tidak terasa sudah berjumpa dengan bulan ini lagi. Setahun lalu, Februari 2020, adalah salah satu masa yang cukup dikenang dalam hidup. Saat itu, aku resmi diwisuda, kemudian aku dapat ijazah dan jadi sarjana, untung saja belum ada Corona masuk ke Indonesia.

Sudah hampir satu tahun aku tidak mengunjungi kampus.
Ada dua sebab, pertama karena emang udah diwisuda, jadi tidak ada kepentingan apapun ke sana. Kedua, di bulan selanjutnya pada tahun itu (Maret 2020), virus Covid-19 untuk pertama kali masuk ke Indonesia. Praktis, melumpuhkan segala pergerakan yang ada. Dampaknya, yang kuliah menjadi pindah ke rumah masing-masing. Kampus jadi sepi.
Aku juga (saat itu) takut mau jalan-jalan kemana-mana, termasuk ke kampus.

Namun, itu adalah saat itu. Sekarang adalah saat ini. Aku sudah tidak takut lagi mau jalan-jalan.
Jangan ditiru, yaak! Wokwkwk.

Beberapa hari yang lalu, temanku mengajak ke kampus. Ada berkas yang belum kami ambil, orang administrasi di Fakultas tempatku belajar, sudah mewanti-wanti kami agar segera mengambil berkas tersebut. Jangan buat kami pusing, dek!
Berkas apa yang hendak diambil? Namanya SKPI; Surat Keterangan Pendamping Ijazah. Noh, lihat. Ijazah aja udah ada pendampingnya, kamu gimana, mblo!

Sumber : unsri.ac.id

Oke lanjut.
Kembali ngomongin kampus. Kampusku terletak di luar kota. Jaraknya sekitar 40 km dari rumah. Apakah itu jauh atau dekat? Relatif sih.
Ketika masa awal-awal kuliah, dari rumah aku berjalan kaki dahulu sampai ke depan gang, kemudian naik angkot. Setelah sampai di sebuah lampu merah, turun di sana dan melanjutkan perjalanan naik bus. Bus akan mengantarkan sampai ke depan fakultas (bus nya masuk ke dalam kampus). Oh yaa, bus baru akan berangkat apabila penumpang sudah penuh. Tidak seperti angkot yang langsung jalan saja walaupun penumpangnya sepi.

Jadi, total waktu perjalanan dari rumah menuju kampus sekitar satu setengah jam (kalau sedang tidak beruntung, bisa dua jam). Dan pulang dari kampus ke rumah juga juga butuh total waktu yang relatif sama. Artinya, pulang-pergi di perjalanan bisa memakan waktu tiga  jam setiap hari. 

Bagaimana dengan ongkos? Untuk pergi naik angkot seharga Rp 4.000, ditambah ongkos bus seharga Rp 8.000. Sama dengan Rp 12.000.
Maka, total pulang-pergi memakan biaya transportasi sebesar Rp 24.000. Ibuku hanya memberi uang jajan Rp 25.000, hanya sisa Rp 1.000 yang cuma cukup buat beli rokok sebatang.
Kenapa malah jadi curhat.. -_-

Rute dari rumah menuju kampus.

Ini adalah peta perjalanan dari rumahku menuju kampus, cukup jauh memang.
Bisa terlihat dari perbedaan kepadatan penduduk. Yang ramai dengan bangunan, tentu saja wilayah Kota Palembang, sedangkan daerah yang masih hijau adalah wilayah kabupaten tetangga. Kampusku terletak di Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir,
Di sebelah timur, tenggara, barat hingga ke utara Kota Palembang merupakan wilayah milik Kabupaten Banyuasin, sedangkan di barat ada wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Bahkan, karena letak kampus kami yang dianggap "terpencil" oleh sebagian orang, muncul anekdot seperti ini.
Kampus lain mau bangun hutan di tengah kampus. Kampus kita, bangun kampus di tengah hutan.
Tapi, ini cuma dalam rangka bercanda doang kok. Kalo Pak Rektor baca tulisanku, jangan dianggap serius yaa, pak! Hehee..

Well, kalimat jokes tadi bisa jadi beneran, loh. Mungkin mengarah ke sarkastik.
Di kampus kami masih banyak hewan liar. Babi hutan, ular, monyet, kadal (bukan kadrun alias kadal gurun, wqkwk) hingga cebong berkeliaran. Ini adalah hal yang biasa. Namun, tidak di semua area ada hewan-hewan tersebut. Hanya terdapat pada area yang memang masih berbentuk hutan, tidak ada gedung bangunan. 

Babi hutan masih sering berkeliaran di daerah hijau, hiihi..

Kalau kamu lihat dari gambar ini, kampusku cukup luas, kan. Menurut Rektor (beliau bilang saat kami Ospek hari pertama), kampus kami adalah kampus terluas se-Asia Tenggara. 712 hektar luas areanya.
Namun, sebagai info, ketika aku cek di Google, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Bahru, Malaysia punya area yang lebih luas. Lebih dari 1.200 hektar.

By the way, sekarang kampus kami sudah bisa dikatakan tidak lagi terpencil. Tepat di gerbang belakang kampus, sudah ada gerbang Tol Trans Sumatera. Perjalanan dari gerbang Tol Indralaya ke gerbang Tol Palembang hanya memakan waktu 15 menit.

Jadi, inti dari postingan kali ini adalah aku hanya ingin sedikit berbagi gambar yang diambil dari dalam area kampusku. Banyak foto lama, sih. tapi tak apa lah yaa.
Cekidot..

Ikon baru di kampus, belum lama dibangun. Rasanya, baru sekitar 3 tahun yang lalu.

Bumper alias Bumi Perkemahan.Tempat dimana mahasiswa kalau mengadakan acara outbond di sini. Pernah ada yang tenggelam dan meninggal di kolam itu.

Mustek alias Musholla Teknik.

Graha Batubara, salah satu gedung yang ada di Fakultas Teknik.
Gedung kuliah milik Teknik Geologi.

Terminal bus yang ada di dalam kampus. Bus ini mengantarkan kamu dari dan menuju Palembang.
Sopirnya sering balapan dan ugal-ugalan di jalan, haha.

Foto tahun 2016, saat semester 2

Foto tahun 2020, saat Yudisium.
Terlihat tugu yang sudah diperbarui dan gedung di belakang sudah dicat ulang.

Terima kasih sudah membaca..


 

Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini penampakan buku milikku, mon maap kalo agak berantakan karena kondisi rumah yang memang lagi seperti ini. Ehehe.


Tapi, mari fokus ke judulnya. Kali ini aku tidak akan bercerita mengenai renovasi rumah. Aku mau melanjutkan cerita di awal tahun yang sempat tertunda; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020; Sebuah Pencitraan. 

Oke, karena sesuai judulnya, pencitraan. Aku mau share buku apa aja yang telah aku baca. Tapi yaa sekedar dibaca saja. Banyak dari buku berikut belum selesai dibaca. Banyak sebab dan banyak faktor eksternal. Jadi tujuan postingan kali ini adalah biar keren-kerenan aja.. ~


Bahagia Merayakan Cinta


Buku ini ditulis oleh Ustadz Salim A. Fillah. Nampaknya, beliau juga seorang kader parpol yang sama seperti Kang Abik, partai tertentu sejahtera (lihat postingan sebelumnya). Buku ini menceritakan tentang bagaimana pernikahan dalam sudut pandang Islami. Mulai dari persiapan sebelum menikah dan apa yang akan dilakukan setelah menikah.

Menariknya, buku ini bercerita mengenai hal teknis. Betul-betul teknis. Dan jujur saja, itu yang membuatku agak risih dan tidak nyaman. Fikiranku jadi "travelling" kemana-mana, hahaha.
Kenapa bisa? Lihat saja, ini adalah daftar isinya.



Lihat pada bab mengenai malam pertama. Penulis menjelaskannya secara cukup gamblang. Maksudnya, kamu di malam pertama harus melakukan ini, kemudian begini dan begitu. Setelah itu lepaskan baju istrimu #eh.
Seorang jomlo seperti aku, yaa sudah pasti akan membayangkan apa yang tertulis di buku itu. Tapi baru bisa membayangkannya saja, tidak bisa melakukannya. Sedih syekali :((

Yaa, jadi begitu yaa teman-teman netizen-qu. Aku menghentikan bacaanku hanya sampai sampai bab malam pertama. Kapan-kapan aku akan melanjutkan baca buku ini jika memang sudah benar-benar akan siap untuk menikah. Hiiihi.


Sang Pangeran dan Janissary Terakhir


Buku ini juga ditulis oleh Ustadz Salim A. Fillah. Menariknya, ini adalah novel pertama beliau. Sebab sebelumnya Ustadz Salim hanya menulis tentang pengembangan diri atau self development dalam sudut pandang agama.

Novel ini adalah novel sejarah. Bercerita tentang Sultan Abdul Hamid, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro. Diceritakan pula ternyata Kesultanan Yogyakarta ada hubungan dengan Kekhalifahan Turki Usmani (Turki Ottoman). Pun di Yogyakarta saat itu, diutus para Janissary atau Yeniceri (pasukan tentara khusus) yang langsung dari Turki.

Well, sebab buku ini bertajuk novel sejarah. Tentu saja, terdapat bagian cerita yang berisi fiksi di dalamnya, yaa namanya juga novel.

Aku belum menyelesaikan bacaan ini karena bahasa dan cara penyampaian di buku ini terlalu "berat". Jadi, agak sulit bagiku sebagai orang awam untuk memahami isinya.


Muhammad Al-Fatih 1453


Sekira satu atau dua tahun sebelumnya, aku telah membaca buku ini. Namun di tahun 2020 mencoba untuk menbaca ulang buku ini (waopun belum selesai lagi). Kenapa aku memutuskan untuk kembali membaca buku ini? Sebab beberapa waktu lalu, Presiden Turki, Pak Recep Tayyep Erdogan memutuskan untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid setelah sebelumnya adalah museum (sejak zaman Pemerintah Sekuler Republik Turki oleh Mustafa Kemal Attaturk).
Fyi, sebelum menjadi museum, Hagia Sophia di masa Khalifah Turki Usmani merupakan masjid selama ratusan tahun, dan pernah menjadi gereja pula selama ratusan tahun sebelumnya di masa Pemerintahan Kekaisaran Romawi Timur.

Buku ini bercerita tentang sejarah dari Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih. Seorang anak muda yang telah menjadi Sultan, saat berusia 21 (atau 23) tahun. Di usia semuda itu, beliau telah memimpin pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel yang berada di naungan Kekaisaran Romawi Timur.
Berbeda denganku yang di usia segini masih.... Eh, ralat. Jadi orang ga boleh iri hati dan rendah diri!

Kenapa Sultan Mehmed II dan Konstantinopel begitu istimewa bagi dunia Islam? Sebab ratusan tahun sebelumnya, sekitar tahun 600-an Masehi, Nabi Muhammad pernah berkata membawa bisyaroh (kabar gembira) bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Dan akhirnya, bisysaroh tersebut benar-benar terwujud setelah tahun 1453 Masehi.
Sultan Mehmed II memang seorang anak muda yang berkualitas. Sebab sejak belio akil baligh (pertama kali mimpi basah), selalu shalat wajib lima waktu berjama'ah, selalu shalat rawatib dan selalu shalat tahajud, tanpa pernah terlewat satu kali pun. Berbeda sekali dengan generasi muda hari ini, termasuk aku! Hikss :((

Jadi, siapa yang telah mengubah fungsi Hagia Sophia dari gereja menjadi masjid? Tentu saja jawabannya Sultan Mehmed II alias Muhammad Al-Fatih. Belio melakukannya ketika Konstantinopel resmi ditaklukkan.
Jika kamu mau protes terhadap fakta sejarah ini, yaa silahkan saja. Tapi jangan protes atau jangan tanyakan kepadaku kenapa sultan melakukan itu. Tanyakan saja kepada ahli sejarah.
Di zaman dahulu, (mungkin juga di zaman sekarang masih related), kebiasan orang ketika perang, terutama orang Turki adalah prinsip Winner takes all. Pemenang perang mengambil seluruh wilayah berikut propertinya. Jadi "sah-sah saja" ketika suatu bangunan dialihfungsikan menjadi bangunan lain. Pun juga ketika di Spanyol, di Cordoba (Qurthubah) misalnya. Ketika umat Islam mengalami kekalahan, masjid diubah menjadi gereja dan itu "sah-sah saja".

Oh yaa, terakhir. Penulis buku ini adalah Ustadz Felix Y. Siauw, seorang anggota ormas radickal, terlarang dan anti kebhinekaan.


Bincang Akhlak


Buku yang merupakan buah karya sastrawan Mesir kuno, seorang "ustadz" yang cukup fenomenal di jagat Twitter. Belio adalah Ustadz Jek. Silahkan meluncur ke akun Twitternya di @jek___. Aku yakin kamu akan mendapat banyak "hikmah" dari cuitan belio wqqowk.
Ini adalah contoh beberapa cuitan sang ustadz.




Dan ini adalah salah satu quote yang ada di buku tersebut. Benar-benar membincangkan akhlak, kan?



Rahasia Magnet Rezeki


Buku ini menguak "rahasia" bagaimana agar selalu mendapat rezeki. Sebenarnya, buku ini adalah materi training, dan penulisnya adalah sang trainer tersebut.
Aku membaca buku ini setelah ngobrol kepada "sahabat". Aku bercerita bahwa aku tak kunjung mendapat kerja alias jadi pengangguran terooos wowkwkwkw. Si doi meminjamkan buku ini, meminta aku membacanya agar pikiranku sedikit terbuka biar aku bisa menarik rezeki, katanya.

Menurutku bagus sih isi bukunya. Di bab-bab awal dikatakan kalau kita harus selalu positive thinking kepada  apapun yang terjadi kepada kita, apapun yang Allah kasih kepada kita. Ini adalah "rahasia" pertama.
Di bab-bab selanjutnya juga diberi "rahasia" kedua. Yakni kita harus banyak-banyak bersedekah. Oh yaa, tak lupa penulis memberi kisah nyata, setelah orang menjalankan rahasia tersebut, apa yang terjadi. Misal ada Pak X, selalu positive thinking, kemudian juga rajin bersedekah, hasilnya adalah bisnis yang awalnya bangkrut menjadi lancar jaya kembali.

Well, sebenarnya bagus penulisnya memberi rahasia seperti ini. Tetapi menurutku, itu bukanlah rahasia yang "pasti". Sebab ketika ada orang yang selalu berpikir postif, atau sering bersedekah, tidak otomatis bisnisnya menjadi lancar sih. Tetap ada peluang bisnisnya tetap seperti itu-itu saja.
Namun, aku bukan berarti orang yang anti dengan sedekah yaa!

Oh yaa, penulis dari buku ini adalah seorang yang bernama Nasrullah. Dari profil di halaman akhir buku dan dari apa yang dia tuliskan, aku bisa menarik kesimpulan. Bang Nasrullah adalah kader parpol yang sama seperti Kang Abik dan Ustadz Salim. Argumen lain yang memperkuat adalah, dituliskan bahwa beliau merupakan murid dari seorang guru yang ikhlas, Ustadz Dr. Mardani Ali Sera.
Btw, kalau kamu mengikuti perkembangan politik tanah air, Dr. Mardani adalah orang yang mencetuskan tagar #2019GantiPresiden dan #KamiOposisi.

Info terakhir yang hampir lupa. Beberapa waktu lalu ketika aku mengunjungi Gramedia, buku ini berjejer di top 10 buku paling laris.


Istri Kedua


Aku sudah pernah membahas buku ini dalam satu postingan khusus. Buku ini bercerita dari perspektif isitri kedua, yang saat ini mereka kerap kali dipandang sebelah mata.
Silahkan baca selengkapnya di sini; Ketemu Istri Kedua di Gramedia.

Dan lagi-lagi, menurut pengamatan sotoy-ku, penulis buku ini, Bunda Asma Nadia adalah kader parpol yang sama seperti penulis di atas yang telah aku sebutkan. Hiihi.


Groetjes uit Eindhoven


Buku ini aku dapatkan ketika dapat hadiah dari komunitas 1 Minggu 1 Cerita (1m1c). Tulisanku saat itu (Melawan Menteri) terpilih menjadi tulisan terfavorit mingguan, dan berhak atas hadiah buku ini. Tentunya, penulis dari buku ini adalah anggota komunitas juga, mbak Hafizatul Ismi.

Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi Mbak Fiza dan keluarganya yang tinggal di Kota Eindhoven selama dua tahun, sebab suaminya mendapat beasiswa pascasarjana S-2 di sana.
Aku cukup terkejut ketika di bab awal buku ini bercerita sebelum keberangkatan, bahwa Mbak Fiza tinggal di kota Palembang yang berarti satu kota denganku loh, haha. Jangan-jangan, mbak Fiza adalah tetanggaku!

Mbak Fiza dalam buku ini bercerita dengan sangat baik. Jujur, aku seolah-olah membayangkan Kota Eindhoven ada di hadapanku. Merasakan disiplinnya orang Belanda, membayangkan bagaimana kampus dan gedung MetaForum TU/e, melihat anak-anak yang bersekolah di Tarieq Ibnoe Ziyad, dan sebagainya.

Dan, terakhir, lagi-lagi atas pengamatan sotoy-ku. Dari tulisan, cara penyampaian dan style berpakaian Mbak Fiza aku kembali menarik kesimpulan seperti para penulis sebelumnya. Mbak Fiza adalah kader parpol tertentu. Bener gak ya, mbak? Hehee..

Jika kamu mau beli buku ini, silahkan kontak beliau di instagramnya, @hafizatul_ismi.


TOEFL Preparation Book


Di tahun 2020, aku mengikuti kursus Bahasa Inggris. Maka buku pelajaran yang didapat dari tempat kursus, termasuk buku yang aku baca, kan. Haha!
Kenapa aku kursus Bahasa Inggris? Tentu saja untuk menghadapi debat kusir para SJW di Twitter, kalo debat mereka mesti sering campur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Eh, tidak begitu lah. Canda doang.


Al-Qur`an

The real Pencitraan, baca Quran kok difoto!
(Walau rambut agak gondrong, baca Quran jangan sampai bolong!)

Ini adalah buku yang hampir sepanjang tahun dibaca. Tentu saja, kita sebagai umat Islam, pasti membaca Quran. Di tahun 2020, memang tidak setiap hari aku membaca Quran. Tapi di tahun 2021 ini, aku sedang berusaha keras agar setiap hari selalu membaca Quran, walau dalam keadaan sesibuk apapun! #Eaakk

***

Dalam postingan kali ini, aku mencba ikut challange dari Mbak Creameno, judulnya CR Challange #1 yang katanya setiap bulan akan ada, dan aku akan selalu ikut setiap bulan, insyaa Allah. 
Apa hubungannya dengan tulisan di atas? Tentu saja ada!

Aku mempunyai rencana untuk ke depan agar lebih meningkatkan jumlah bacaan lagi. Aku mau membaca lebih banyak buku lagi, dan dengen tema yang beda dan perspektif berbeda. Kalau kamu lihat dari berbagai buku yang telah aku jelaskan, kesemuanya punya satu tema besar. Islam.

Apa tujuannya? Aku ingin meng-improve pola pikirku dan pengetahuanku, agar aku punya "amunisi" untuk memenangakan debat di media sosial terutama Twitter, kemudian mengalahkan para kaum yang merasa paling open-minded!
EH INI RESOLUSI APAAN SIH -_- 

Yang kedua, buku terkahir yang aku jelaskan adalah Al-Quran. Aku bilang bahwa di tahun 2020 aku tidak membacanya setiap hari. Aku ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas waktu bersama Quran. Semoga saja tahun ini bisa full baca Quran setiap hari tanpa absen sedikit pun.
Oh yaa, aku buat gini bukan berarti aku gimana-gimana yaak. Cuma mau share ajakan kebaikan sama-sama. Siapa tahu, satu atau dua orang membaca tulisan ini, jadi ikut termotivasi juga. Boleh jadi pahala kebaikan buat aku. Lumayan, dikit-dikit buat menghapus dosa, dosa aku kayaknya sih udah banyak! :((

Apa yang ada di pikiranmu mengenai wakaf?
Wakaf sebidang tanah untuk pembangunan masjid? Wakaf dengan uang untuk pendirian dan renovasi masjid? Atau mungkin wakaf Al-Quran dan karpet sajadah kepada masjid agar selalu dibaca dan dipakai oleh para jama'ah?
Well, itu semua adalah benar.

Namun, sebenarnya wakaf tidak hanya ke masjid saja. Ada banyak cara lain untuk berwakaf. Sorry to say, hari ini masyarakat tahunya wakaf yaa hanya seperti itu. Kalo tidak pembangunan masjid, ya beliin Al-Quran buat masjid.
Oh yaa, sebelum dituduh yang bukan-bukan, aku ingin bilang bahwa wakaf tersebut juga bagus. Di sini aku akan sedikit sharing cara wakaf yang populer di zaman dahulu, namun hari ini mulai kita tinggalkan.

Sebelum lebih jauh. Aku mau cerita tentang berbagai istilah lain yang ada hubungannya dengan wakaf. Disingkat ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf). Kesemuanya ialah berbeza.

Zakat, adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan bagi umat Islam. Ada dua jenis zakat, yakni zakat fitrah dan zakat maal (bukan mall alias mol).

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap muslim di bulan Ramadhan, sebelum shalat Hari Raya Idul Fitri. Bahkan, anak yang masih bayi pun wajib untuk mengeluarkan zakat. Tapi tentu saja, orangtuanya yang membayarkan zakatnya. Yakali si dedeq bayiik disuruh belanja ke pasar dan bayar zakat sendiri. Wokwkw.
Zakat fitrah dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok, sebanyak 2,5kg (untuk berjaga-jaga siapa tahu timbangannya kurang, kami berzakat sebanyak 3kg). Kalau di Indonesia, zakat fitrah diberikan dalam bentuk beras. Kalau di Timur Tengah, dalam bentuk kurma atau gandum yaa. Zakat ini diberikan kepada para kaum fakir dan miskin.

Kedua, zakat maal. Artinya, zakat harta. Zakat yang dikeluarkan jika harta kita telah mencapai halu haul dan nishab yang telah ditentukan. Haul artinya waktu minimal, yaitu satu tahun. Sedangkan nishab adalah jumlah minimal hartanya, sebanyak 20 dinar alias 85 gram emas. Jika kita konversi ke rupiah, 85 gram emas memiliki harga sekitar Rp 80,5 juta.
Artinya, kamu harus punya uang yang tersimpan minimal Rp 80,5 juta selama satu tahun. Baru wajib zakat mal.
Jadi, apabila kamu punya uang Rp 70 juta dalam setahun, belum wajib zakat. Pun juga jika kamu sudah punya uang Rp 100 juta, namun baru selama enam bulan. Itu belum wajib zakat. Kesimpulannya, kedua syarat tersebut (haul dan nishab) harus terpenuhi. Baru kita wajib zakat.

Pertanyaannya adalah, beerapa zakat maal yang harus dikeluarkan setiap tahunnya? Mudah saja. Hanya sekecil 2,5% dari total harta. 2,5% dari Rp 80,5 juta adalah sekitar Rp 2 juta. Sesimpel itu.

Oke, lanjut ke infaq dan shadaqah.
Infaq biasanya ditujukan untuk masjid, lembaga sosial keagamaan atau sejenisnya. Diberikan dalam bentuk uang atau harta lainnya. Contohnya, kita bisa infaq uang ke kotak amal masjid, mushalla dan sebagainya.
Namun, jika shodaqoh (Bahasa Indonesia: sedekah) tidak melulu ke lembaga atau ke masjid, tidak pula hanya berupa harta atau uang. Senyuman pun bisa bernilai sedekah.
Jadi, sudahkah kamu senyum hari ini? :))

Sekarang, lanjut ke wakaf. Ini adalah fokus bahasan kita hari ini.
Wakaf berasal dari bahasa Arab (waqafa - yaqifu - waqfan) yang secara bahasa berarti menahan. Maka, sesuai namanya, harta wakaf sebenarnya adalah harta yang ditahan.
Eh, gimana gimana?

Mari kita kembali ke masa 1400 tahun silam. Ini adalah sejarah wakaf pertama dalam dunia Islam. Kisah ini berkisah tentang Umar bin Khath-thab, sang Khalifah kedua pasca Rasulullah. Suatu saat, Umar mendapat sebidang tanah di daerah Khaibar.
Dimana daerah itu? Yang jelas tidak jauh dari Palembang, hanya sekitar 10 cm kalo di peta, hahaa.

Kemudian, Umar mengahadap ke Nabi Muhammad, meminta saran kepada beliau. Sebab ia belum pernah mendapat harta sebanyak ini.
Nabi Muhammad kemudian berkata kepada Umar, "Kalau kamu suka, tahanlah pokok tanah itu, kemudian sedekahkkan hasilnya. Tidak dijual, tidak dihibahkan, tidak juga diwariskan."

Maka. setelah tanah itu dikelola, Umar menyedekahkan hasil pengelolaan tanah itu kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah ibnu sabil, dan tamu. Tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta.

Faham sampai di sini?
Jadi, apabila dalam suatu bisnis, harta wakaf diibaratkan sebagai modal usahanya. Sebagai dana investasi.
Dan keuntungan dari pengelolaan bisnis tersebut, dapat diberikan kepada orang yang membutuhkan. Hal inilah yang dimaskud dengan menahan harta. Harta ditahan dahulu untuk dikelola, agar memperoleh keuntungan. Bukan seperti zakat, atau infaq, atau sedekah, yang dananya langsung diberikan kepada fakir miskin.

Jadi, pada hakikatnya, wakaf yang baik adalah wakaf produktif. Wakaf yang dapat menghasilkan harta lagi sebab ia dikelola. Bukan wakaf mati alias wakaf konsumtif.
Wakaf yang barangnya mati, tidak bisa menghasilkan harta baru. Contoh, wakaf Al-Quran dan karpet sajadah adalah wakaf mati, sebab dari kedua barang tersebut tidak dapat menghasilkan apa-apa. Al-Quran dan karpet sajadah hanya bermanfaat untuk dipakai jama'ah. Kecuali... Al-Quran dan sajadahnya disewakan, maka akan dapat uang dari situ, ahaha.

Disclaimer!
Sekali lagi, aku tidak bilang kalo wakaf konsumtif itu jelek yaak!

Bagaimana pengaplikasian tata kelola dana wakaf di zaman modern ini?
Hari ini kita bisa berwakaf dengan uang, tidak harus repot berwakaf sebidang tanah atau kebun seperti Umar bin Khath-thab.

Gimana cara pengembangan uangnya agar dapat menghasilkan? Ada banyak cara. Dana wakaf tersebut dijadikan modal usaha. Kita buat suatu bisnis yang menguntungkan.
Cara lain? Ada! Bisa juga kalau mau simpel ndak ribet, Dana wakaf yang telah dihimpun, masukkan saja ke instrumen keuangan modern. Bisa ke reksadana, pasar modal saham, sukuk, obligasi atau deposito. Pastikan kepada pengelola keuangan yang syariah, bukan yang konvensional alias ribawi. Biar berkah, sebab dana yang kita kelola adalah dana milik ummat!

Sebagai contoh, dana wakaf tadi kita masukkan ke deposito bank syariah. Anggap saja Rp 1 T, maka akan dapat 3% "bunga" (kalo di bank syariah dapatnya bukan bunga, tapi aku lupa namanya ehehe), sebesar Rp 300 juta setiap tahunnya. Tahun ini dapat, tahun depan dapat lagi, tahun depan lagi, dapat lagi. Terus begitu. Dananya tidak habis-habis sebab pokoknya kita tahan. Hal ini disebut dana abadi (endowment fund).

Bayangkan, Rp 300 juta adalah angka yang cukup bagus untuk membantu orang lain. Bisa memberi makan fakir dan miskin, memberi bantuan modal usaha kepada mereka, bahkan untuk beasiswa kepada mereka. Maka, secara tidak langsung, apabila dana wakaf dikelola dengan sungguh-sungguh, tentu saja dapat mengentaskan kemiskinan.

Kembali muncul pertanyaan. Apakah cerita ini hanyalah sebuah teori belaka? Tentu saja tidak, kawan!
Universitas Al-Azhar hari ini berdiri telah berusia ribuan tahun. Mereka juga telah memberikan beasiswa kepada jutaan mahasiswa dari seluruh dunia. Bagaimana cara mereka bisa melakukannya? Tentu saja dengan dana wakaf. Mereka punya dana abadi.
For your information, berbagai universitas yang ada di Eropa dan Amerika pun, hari ini punya "dana wakaf" untuk mengelola beasiswa mereka. Maksudnya... sistem dana abadi (endowment fund) seperti dana wakaf tadi yaak. Hehehehe.

***


Melihat jumlah penduduk muslim yang sangat besar di Indonesia, merupakan tantangan tersendiri bagi kita. Peluang wakaf kita tersedia sangat lebar. Maka kami, mencoba untuk ikut berkontribusi dalam bidang ini.

Aku dan teman-temanku sejak awal tahun ini telah memulai suatu gerakan baru; Teman Wakaf. Sebuah akun Instagram yang berisikan konten edukasi mengenai wakaf. Mencoba lebih memperkenalkan wakaf kepada masyarakat luas. "Gini loh wakaf zaman nabi tuh, ga melulu wakaf Al-Quran ke masjid, doang!" Kira-kira gitu yang pengen kami sampaikan kepada para netizen.

Teman Wakaf, tidak hanya sebuah akun Instagram. Kami mencoba menjadikan ini bisnis. Start-up, kata orang. Aku dan teman-temanku mencoba berinovasi dalam pengelolaan wakaf. Kami mencoba menjadi market-place barang wakaf.
Eh, pasti pada bingung lagi yaak?

UMKM hari ini mengalami beberapa kendala dalam pengadaan komponen penjunjang usaha mereka. Misal, apabila mereka berjualan makanan, pasti butuh piring, sendok, garpu dan sebagainya. Mereka juga akan butuh gerobak, meja dan kursi. Namun, di sisi lain terkadang mereka terkendala biaya modal yang cukup besar untuk membeli itu semua.

Kami hadir untuk menjadi solusi permasalahan tersebut. Piring, sendok, garpu, gerobak, meja dan kursi bisa kita beli menggunakan dana wakaf. Nanti, barang-barang tersebut bisa dipakai oleh para UMKM. Akad yang dipakai adalah bagi hasil (mudhorobah), maka hal ini tidak terlalu memberatkan mereka.

Selain kepada UMKM, masyarakat umum perseorangan juga bisa memanfaatkan fasilitas ini. Misal, mau buat acara pesta di rumah, pasti butuh piring dan sendok yang banyak, kan?
Masyarakat bisa memakai barang-barang yang kami tawarkan, namun dengan akad yang berbeda. Yakni akad sewa (ijaroh).

Tunggu, market-place nya dimana?
Oh yaa, aku belum jelaskan. Barang-barang tadi, tentu kami tidak mengelolanya. Kami hanya menjadi perantara. Menjadi tempat informasi penyewaan barang-barang wakaf. Maka, yang akan mengelola barang wakaf tersebut adalah nazhir. Lembaga ZISWAF yang telah terdaftar secara sah di negara. Siapa saja mereka? Sebut saja Aksi Cepat Tanggap (ACT), Dompet Dhuafa (DD), Rumah Zakat (RZ), Yayasan Kesejahteraan Madani (Yakesma), Askar Kauny, dan sebagainya.
Kami akan bekerja sama dengan para nazhir.

Setelah deal kepada nazhir, kami akan meminta mereka untuk menyediakan barang-barang sewaan yang dibutuhkan masyarakat. Dan sudah pasti, harga kami jauh lebih rendah daripada kompetitor (platfrom sewa barang, tetapi bukan dari barang wakaf). Jadi, kami akan mendapat keuntungan dari sedikit kutipan fee hasil sewa barang.

Kenapa kami tidak menjadi nazhir saja?
Tentu saja arah kami menuju ke sana. Namun semua itu ada prosesnya. Untuk saat ini, kami masih bekerja sama dengan lembaga ZISWAF lain. Jadi belum bisa mengelola sendiri dana wakafnya, karena ilegal di mata hukum negara! :D

***

Ide ini kami lombakan dalam kompetisi bisnis yang diadakan oleh salah satu parpol Islam di Indonesia. Parpol tersebut berinisial PKS. Akan dipilih beberapa tim yang akan didanai dan dimentori oleh para pebisnis terkemuka. Tim kami berlima (ternyata saat tulisan ini di-publish, sudah berenam). Dua perempuan, tiga laki-laki. Tim kami dipimpin oleh seorang perempuan.

Sekilas, setelah aku pikir-pikir, ternyata tim kami mirip dengan cerita yang ada pada serial Drakor Start-Up.
Samsan Tech. CEO-nya seorang perempuan bernama Seo Dal Mi, anggotanya juga dua perempuan dan tiga laki-laki. Dan Samsan Tech tengah berjuang untuk mendapat pendanaan dari Sand Box.
Sangat mirip dengan keadaan Teman Wakaf hari ini. Bedanya, CEO-nya akan menikah dengan Nam Do San sang CTO. Sedangkan tim kami? Aku yakin hal itu tidak akan terjadi. Haha!



Edit;
Jika kamu tertarik dengan ide yang kami tawarkan. Kemudian kamu ingin bekerja sama dengan kami, atau bahkan berinvestasi. Aku dengan senang hati menerima. Silahkan hubungi melalui email dhodonugraha@gmail.com yaak!






Halo semuanya! Tidak terasa, sudah delapan hari blog ini tidak update lagi. Beberapa teman bertanya mengenai ini. Mengapa Dodo mengubah nama blog-nya menjadi Kangg Mas Joe? Dari mana asal-usulnya? Dari mana nama Joe? Kenapa harus ada Mas, setelah itu ada Kangg pula. Ditambah lagi, huruf ge-nya ternyata ada dua!

Langsung saja, agar kamu tidak penasaran lagi. Mari kita mulakan!

Joe. Ada dua sebab terkait nama ini.
Pertama, nama itu adalah nick-name dari nama Pakdhe (paman)ku. Nama asli pamanku adalah.... Rahasia (ga jadi di-publish, masalah privasi. Kalo di riil-laif kamu kenal denganku, kamu pasti terkejut mengetahui siapa beliau sebenarnya hiihihii).
Di hampir setiap buku-buku milik belio di lemari, selalu tertulis nama Joe. Bahkan, di ponsel Nokia miliknya juga tertulis nama pengguna demikian (aku sering main gim di hape Nokia belio ketika masih SD).
Well, menurutku nama ini keren.

Kedua, nama panggilanku selain Dodo, Dodo, Dodo’ atau Dou-dou (baca selengkapnya: Siapa Namamu?), adalah Joe! Beneran, ga bohong! Walopun yang panggil begitu hanya lima orang. Iyaak, kamu tidak salah baca. Lima orang!
Mereka adalah teman dan adik kelasku ketika SMA. Bisa dibilang, circle alias lingkaran alias halaqoh terdekatku. Bagaimana sejarahnya nama Joe bisa muncul? Ceritanya panjang. Bahkan, aku juga sudah lupa. Wkowkwk.
Kapan-kapan, mungkin kalo aku sudah ingat, akan aku ceritakan.

Baca juga;
   Ghibah-in Tetangga
   Nulis Baso Plembang
   Tertypu

Oh yaa, aku sekarang sudah ingat.
Intinya, Joe adalah salah satu tokoh fiksi yang aku ciptakan ketika SMA. Cerita simpelnya, Joe punya teman perempuan alias girl-friend yang bernama Cha. Mereka berdua hanya berteman dekat, persahabatan biasa antara laki-laki dan perempuan. Sayangnya, Joe dan Cha tidak berpacaran. Sebab mereka anak Rohis yang didoktrin kalo pacaran adalah haram. WKWKOWKWK.

Ini rahasia terakhir.
Tokoh Cha merupakan tokoh yang benar-benar ada. Dia adalah teman satu kelasku di SMA, yang nampaknnya sebentar lagi akan menikah. Lagi-lagi lima orang tadi yang mengetahui keberadaannya. Jadi, bisa dikatakan cerita Joe dan Cha adalah “cerita khayalan” dari aku dan kelima orang teman terdekatku.
Eh, apa sih. Ga jelas!
Yaa maap.

Kenapa akhirnya aku memilih nama seperti ini?
Aku baru ingat, ada satu bagian yang terlewat yang seharusnya diceritakan di awal. Kenapa harus Joe.
Jujur, aku terinspirasi dari nama tutor (guru les) Bahasa Inggrisku. Dia memperkenalkan diri sebagai Kak Zie. Menurutku, nama Zie adalah nama yang keren dan kebarat-baratan. Ternyata, di kemudian hari, nama asli tutor tersebut adalah Kak Fauziyah (aku pernah bercerita di postingan Santuy-nya Liberalisme).

Tidak hanya Kak Zie. Aku juga punya dua tutor lain yang memiliki nama panggilan kebarat-baratan. Padahal nama aslinya Indonesia sekali. Nama panggilan mereka adalah Mr. Sue dan Mr. Jack.
Coba tebak, siapa nama asli mereka? Susanto untuk Mr. Sue dan Joko untuk Mr. Jack.
Sungguh mengejutkan sekali, bukan!

Kembali ke cerita SMA.
Temanku menyaranku untuk ikut mengubah nama menjadi keren dan kebarat-baratan. Awalnya, aku menggunakan nama Doe. Tapi menurutku tidak keren. Karena aku ingat nick-name pamanku yang menurutku keren, maka aku putuskan untuk menggunakan nick-name tersebut. Joe.
Jadi, ceritanya sinkron dengan di awal yaa, hehee.

Masuk ke bagian kedua. Mas.
Nama “tokoh” yang aku ciptakan di awal, sebenarnya adalah Mas Joe. Lima orang itu terkadang memanggil aku dengan sebutan demikian. Walaupun terkadang dipanggil dengan Kak Joe. Wajar saja, di Palembang orang biasa memanggil “kak”, jarang menggunakan “mas”.

Jadi, aku menyematkan “mas” di nama tersebut, sebab ingin mem-branding bahwa aku adalah orang Jawa. Aku bangga dengan identitas ke-Jawa-an-ku, (walupun aku saat ini tidak belum bisa berbahasa Jawa). Di Palembang tidak banyak orang Jawa. Suku Komering dan suku Sumatera lainnya yang cukup dominan di sini.

Oh yaa, karena sudah kepalang ngomongin Jawa. Aku mau cerita di sini. Ada hal unik ketika aku pergi ke Tanah Jawa. Di sana, aku mengaku sebagai orang Palembang. Tidak hanya mengaku, sih. Tapi Pakdhe dan Budhe yang ada di Jawa, bilang kalo aku adalah orang Palembang, bukan orang Jawa. Haha.

Namun, di sisi lain. Ketika di sini, di Palembang. Aku tidak mengaku sebagai orang Palembang, melainkan mengaku sebagai orang Jawa. Nanti orang Palembang “asli” bakal marah kalo aku ngaku-ngaku jadi orang Palembang wkwkkw.

Lanjut ke bagian terakhir. Kangg. Ge-nya ada dua.
Beberapa teman menganggap, bagian ini sangat mengganggu. Kenapa pula ada dua huruf ge. Kenapa tidak satu saja ge-nya. Jawabannya simpel. Karena Instagram!

Seperti di paragraf sebelumnya, aku telah bilang bahwa nama awalnya adalah Mas Joe. Aku mencoba dengan nama seperti itu, ternyata tidak diizinkan Instagram, user name-nya terlalu pendek. Maka aku mencari suatu kata yang cocok untuk menemani Mas. Dapatlah Kang yang ternyata cocok; Kang Mas.
Maka, akun Instagram milikku bernama @kang_mas.joe.

Waktu terus berjalan, menurutku nama ini terlalu alay. Ada dua simbol. Pertama underscore, kedua titik. Maka, aku coba hilangkan satu saja. Lagi-lagi Instagram tidak mengizinkan. Karena karakter atau jumlah hurufnya terlalu sedikit. Masih kurang. Maka, untuk mencukupkan jumlah karakter yang diminta, aku tambah saja huruf ge satu lagi. Maka, saat ini nama Instagram milikku telah berubah menjadi @kanggmas_joe. Jangan lupa di-follow yaak, wkkwwk!


***

Menuju ke alasan utama.
Tulisan di atas sebenarnya adalah basa-basi saja. Haha.

Alasan utama aku mengubah nama blog adalah, aku ingin lebih menjaga privasi. Kata orang, privasi itu mahal. Jadi, aku sedikit demi sedikit mulai membatasi aktivitas media sosialku. Biarkan orang tidak mengetahui apa yang terjadi padaku. Siapa diriku sebenarnya. Itu bukan urusan orang lain.

Aku salut kepada Mbak Creameno, atau Mbak Lia si Peri Kecil, atau Pakdhe Agus. Nampaknya, mereka tidak mau menceritakan diri mereka secara detail. Bahkan, fotonya pun tidak terpampang. Jadi, apabila suatu saat bertemu, mungkin aku tidak tahu bahwa orang yang berada di depanku adalah orang yang kerap kali saling berkomentar di Blog.

Kemudian, aku juga teringat salah satu video seminar yang aku tonton di Youtube. Bang Tere Liye bercerita, dia berada di suatu pesawat, dan orang di sebelahnya sedang membaca buku karya beliau. Orang itu tidak tahu, bahwa penulis bukunya sedang berada persis di sebelahnya.

Biarkan orang mengenal karya kita, bukan mengenal siapa diri kita. #Eaaakk



What is your name? 
Maa ismuka? 
Jenenge sopo? 
Namina saha? 
Namo kau siapo? 
Itu semua punya arti yang sama dalam Bahasa Indonesia; Siapa namamu?

Yaa, di postingan perdana dalam alamat blog yang baru (#eaaak), aku mau memerkenalkan namaku. Nama panggilanku sebenarnya simpel. Dodo.
Akan tetapi, ada tiga versi dalam nama panggilan ini. Selama aku hidup dua puluh tiga tahun, beginilah orang-orang memanggil namaku. Ada tiga versi. Pertama, Dodo. Kedua, Dodo. Dan ketika Dodo'.
Eh, apa bedanya?? Silahkan disimak paparan di bawah ini!

1. Dodo
Keluargaku memanggil aku seperti ini. Bapak, Mamak, Pakdhe, Budhe, Paklek, Bulek, Om, Tante, Uwak, Mamang, Bibik, Adek, Ayuk, Kakak, Mbak, dll. Mereka semua, mayoritas, memanggilku Dodo.

Bagaimana pelafalannya? Huruf o, seperti o pada nama umum orang Jawa. Sukarno, Suharto, Susilo, Yudhoyono, Prabowo dan Joko Widodo.
Atau, jika kamu bingung, seperti huruf o dalam beberapa huruf Arab. Kho, ro, sho, dho,  tho, zho, gho, dan qo. Apabila kita gunakan pada nama seperti ini huruf o-nya. Khoirul, Rohman, Sholihin, Dhodho #ehh, Thoha, Zhohri, Ghofur, dan Qomar.
Jika dalam diksi Bahasa Indonesia, mungkin sama dengan orang, wortel, robot, tolol, togel, tongkol dll.

Menurut survey sederhanaku, orang memanggilku dengan cara seperti ini ada sekitar 35% saja. Tidak banyak.

2. Dodo
Masuk ke bangku sekolah, muncul panggilan aneh yang asing menurutku. Dodo. Banyak teman-teman, guru dan dosen yang memanggilku seperti ini.

Cara membaca huruf o-nya seperti o pada kuno, elo, burjo atau bakso . Atau go dalam Bahasa Inggris kali yaak. Jika dipakai pada nama orang, huruf o seperti pada nama Ronaldo, Ronaldinho, Roberto, Fernando, Fablo, Aldo, dan sebagainya.

Kelompok ini adalah mayoritas, ada sekira 60% penduduk yang memanggil seperti ini.

3. Dodo'
Well, ini adalah kelompok minoritas. Hanya 5% saja dari populasi.
Bagimana cara membacanya? Mirip seperti jenis pertama, namun di akhir ada seperti huruf hamzah yang di-sukun-kan (kalo kamu belajar baca Quran pasti ngerti apa yang aku maksud).
Jadi, Dodo' itu seperti Bapak atau Ibuk atau gilaak atau ndak. Gitu lah pokoknya, hahaa. Huruf k di akhir contoh kata tadi, tidak benar-benar k, kan?

Edit tambahan;
4. Dou-dou
Aku baru sadar, kalau seorang bule biasanya agak sulit menyebutkan nama orang Indonesia. Aku punya guru Bahasa Inggris, seorang Turki. Belio memanggilku seperti itu. Hahaha.
Tapi, itu untuk awal-awal saja. Setelah beberapa pertemuan, dia sudah bisa memanggilku seperti orang Indonesia pada umumnya. Sang guru berlatih keras bagaimana prononsesyen yang benar atas namaku.
By the way, guruku saat ini telah pulang ke Turki. Entah kapan bisa berjumpa dengannya lagi. Hikss :((

***

Dodo lebih senang dipanggil seperti apa?
Ini adalah pertanyaan yang menarik. Aku pribadi lebih suka dengan panggilan pertama, karena itu bagaimana orang tua ku memanggil. Jadi aku menghargai mereka. Inilah perjuanganku agar kamu memanggil namaku dengan benar, dan perjuanganku untuk selalu menghargai jasa orang tua! #Eaak #pesanMoral
Jadi, gimana cara kamu memanggilku? Share di kolom komentar, yaak! :)

***

Haloo, jangan terkejut ketika kamu berkunjung ke blog ini, alamatnya sudah berubah. Dari awalnya dodonugraha.blogspot.com, kini berubah menjadi kanggmasjoe.my.id (ge nya ada dua).
Pada postingan selanjutnya, aku akan cerita, insyaa Allah!


Dodo Nugraha alias Kangg Mas Joe
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes