Coba bayangkan. Kamu besok hendak berangkat jalan-jalan ke suatu tempat. Perjalanan itu bisa dikatakan penting. Atau menyenangkan, karena perjalanan itu bersama teman-teman sahabat rekan sejawat. Dan panitia mengatakan, “Besok kita kumpul di gerbang kampus jam empat pagi, sebelum Shubuh!”
Apa yang terjadi?
Tentu saja, para peserta akan menepati permintaan itu. Bahkan ada pula yang datang sebelum waktu yang ditentukan. Bisa jadi, jam tiga pagi sudah setia menunggu. Jam dua pagi sudah bangun tidur, mempersiapkan tetek bengeknya. Ajaib. Tidak mengantuk sama sekali.
Tapi mari kita lihat pada hari-hari biasa. Apakah kita se-semangat itu? Belum tentu.
Bangun Shubuh saja susah sekali~
Well, itu yang terjadi padaku.
Kami hendak jalan-jalan mendadak ke luar kota (alias, Bogor). Sebenernya gak terlalu jauh. Dan jam kumpulnya juga ngak pagi-pagi banget. Hanya selepas Shubuh. Pokoknya, kumpul di masjid. Shalat Shubuh berjama’ah di sana. Ketika selesai, langsung berangkat.
Coba tebak aku bangun jam berapa? Sebelum jam empat pagi sudah bangun, dong..
Hari-hari biasa? Terkadang juga bangun jam empat pagi, tapi bangun untuk mematikan alarm. Wkwkks!
Dan baru bangun lagi ketika azan di ponsel (dari aplikasi Muslim Pro) berkumandag. Dan baru benar-benar terjaga, setelah "nyawa terkumpul", beberapa menit setelah itu. Masuk ke kamar mandi, buang air, wudhu, motoran ke masjid.
Tapi kadang-kadang juga, kalau sedang lelah, atau sedang banyak maksiat di siang hari. Bangun tidurnya jam lima. “Terpaksa” shalat sendirian di rumah, wkkwkw.
Bisa gak ya, effort kita bangun Shubuh setiap hari itu, seperti effort kita bangun ketika hendak ada acara penting? Bangun langsung melek, mata seger, nggak ngantuk lagi.
Bisa. Harus bisa.
Insyaa Allah bisa!
Fyi, kami ke Bogor dan sekitarnya di hari Sabtu. Sarapan Soto Mie khas Bogor di dekat alun-alun. Lanjut ke Kebun Raya Bogor, kemudian menuju ke arah Puncak, bablas sampai ke Cianjur. Wokowkw.
Menjelang Maghrib, balik lagi ke Puncak. Nongki di Warpat sampai menjelang Isya. Turun lagi ke arah kota, makan malam di Sate Maranggi. Kemudian pulang. Sampai di rumah pukul setengah satu dini hari. Oh yaa, turun dari Puncak itu bener-bener macet loh. Padat merayap.
Perjalanan ini juga sangat mendadak. Di hari sebelumnya (Jumat), seorang teman berceloteh mengajak jalan-jalan, “Kita sudah lama tidak jalan-jalan, nih!”
Dia mengopsikan untuk dua pekan lagi, jalan-jalan ke Bogor.
Salah seorang teman merespon, daripada dua pekan lagi, mending besok aja. Yaudah, gas! Tujuh orang akhirnya ikut dalam perjalanan kali ini.
Asyik juga perjalanannya.
Dan ternyata asyik juga menulis singkat sekali duduk seperti ini. Hehehe.