06. Malam Hari di Bandung

Ah..

Menurutku kota Bandung adalah kota yang paling syahdu dalam paket perjalanan kami.
Setelah malam sebelumnya aku menikmati pemandangan kompleks perumahan zaman Belanda, kali ini aku menikmati syahdunya kawasan perbelanjaan di Bandung.

***

Selesai dari The Lodge Maribaya di Lembang, kami kembali menuju hotel di Bandung. Kami berangkat dari sana sekira pukul lima sore dan tiba di hotel sudah lewat waktu Isya. Aku sholat Isya di-qoshor dan untuk sholat Maghrib dikerjakan setelah sholat Isya, dengan cara jama' dan qoshor.

Oh ya, aku belum cerita. Kami menginap di V Hotel. Beralamat di Jln. Terusan Sutami III No.1A, Sukagalih, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
Di lobi hotel, terdapat peta Bandung. Di sini aku bisa melihat gambaran kota Bandung secara keseluruhan. Menurutku, pembangunan di seluruh kota cukup merata dan tersebar. Hal ini cukup bagus, jadi kawasan yang ramai tidak hanya terpusat pada satu titik, banyak pusat-pusat keramaian lain.

Peta Kota Bandung yang dipajang di hotel


Satu lagi, di dekat hotel ini ada masjid yang cukup terkenal di media sosial untuk kalangan pemuda hijrah. Masjid Al-Murobbi. Kami melewati masjid ini ketika hendak kemanapun. Jaraknya hanya sepelemparan batu dari hotel. Dan jika dilihat dari namanya, mungkin kamu langsung tahu dari golongan mana para pengurus masjid ini. Eheeheh.

Fyi, salah satu pembicara terkenal yang sering mengisi kajian di masjid tersebut adalah Ustadz Akmal Sjafril, S.T., M.Pd.I. Beliau menurutku cukup keren. S1 di Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, S2 di Pendidikan Islam di Jurusan Pendidikan dan Pemikiran Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, dan kini menjadi mahasiswa S3 di bidang Ilmu Sejarah Universitas Indonesia. Beliau juga merupakan pendiri gerakan Indonesia Tanpa JIL. Flyer acaranya sering ku lihat di media sosial.

Peta dari Google yang menunjukkan begitu dekatnya hotel dengan Masjid Al-Murabbi


Kembali ke laptop!

Setelah makan malam dari nasi box, aku dan beberapa teman memutuskan untuk berjalan-jalan mencari oleh-oleh. Kami menuju menuju mall yang cukup terkenal di Bandung; Paris van Java.
Di lobi, kami bertemu dua dosen pendamping kami, dan kami bersepakat ke sana bersama-sama. Kami menggunakan jasa transportasi taksi daring. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke PVJ mall.

Paris Van Java Mall di Bandung

Arsiteketur mall ini tidak seperti mall mainstream yang aku ketahui. Tidak seperti Palembang Square atau Palembang Indah Mall. Paris van Java Mall beda sekali. Bergaya khas Eropa, ruangan cukup terbuka dan area yang sangat lebar serta luas. Aku tidak menemukan oleh-oleh yang cocok untuk dibeli di sini. Katanya, harga di sini sangat mahal. Eheehe.

PVJ Mall dengan arsitektur bergaya Eropa

Hal lain yang cukup mencolok mata adalah dari para pengunjungnya.
Style berpakaian di sini cukup beda dengan di Palembang. Di sini, banyak sekali para perempuan mengunakan hotpants atau celana pendek yang di atas lutut. Tidak satu-dua orang. Sangat banyak paha yang berseliweran di depan mataku.
Sayang sekali, aku tak sempat mengambil gambar paha-paha mereka!

Setelah bertahun-tahun, aku kemudian teringat nasihat dari seorang ulama terkenal asal Minangkabau; Buya Hamka.
Ada yang bertanya kepada Buya. Katanya, "Pelacur di Arab memakai cadar dan hijab!"
Buya menjawab dengan tak terduga, "Di Amerika, ternyata tidak ada pelacur!"

Buya Hamka kemudian menerangkan maksud kalimatnya, "Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa yang dicari. Meskipun ke Mekkah, tetapi jika yang diburu adalah hal yang buruk, maka setan akan berusaha membantu kita untuk mendapatkannya!"
Buya melanjutkan, "Tetapi sebaliknya, sejauh perjalanan ke Amerika Serikat, bila yang dicari adalah kebajikan, maka segala kejelekan akan enggan menghampiri!"

Aku kemudian merenung. Apakah tujuanku ke PVJ hanya untuk mencari hotpants?
Ah, entahlah!

***
Lanjut.
Karena tidak menemukan yang ingin dicari di PVJ, kami memutuskan ke tempat perbelanjaan lain yang katanya lebih murah. Kawasan Cihampelas Walk (Ciwalk). Lagi-lagi, jasa transportasi yang digunakan adalah taksi daring. Hanya sepuluh menit untuk sampai ke sana.

Sampai di Ciwalk, aku dan teman-teman membeli kaus oblong bertuliskan "Bandung". Ada yang dipakai untuk oleh-oleh, ada yang untuk digunakan langsung. Ya, aku sengaja tidak membawa baju banyak. Jadi setelah dibeli, esoknya bisa langsung dipakai hehee..

Antara Aku, Cihampelas Walk, mobil polisi dan KFC

Setelah selesai membeli kaus oblong, kami menemukan penjual batagor dan siomay khas Bandung. Kami mencoba membelinya. Eh, sebenarnya hanya Adit yang membeli, yang lain, minta. Wkwkkw!
Cara memakannya agak beda dengan di Palembang. Makan siomay di Bandung itu menggunakan semacam bambu yang telah dibelah kecil-kecil menyerupai lidi. Nah, bambu itu digunakan untuk menusukkan siomay yang hendak dimakan dengan cocolan kuah saus kacang.

Kawasan Cihampelas Walk dengan sky walk nya

Petualangan malam kami berakhir sekira pukul sebelas malam. Dari kawasan Cihampelas menuju hotel, kami kembali menggunakan jasa taksi daring. Waktu dibutuhkan sekitar dua puluh lima menit.

Sampai hotel, saatnya beristirahat untuk melanjutkan KKL esok di hari ketiga!

Share:

0 komentar