Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Setelah sekian bulan gak ikutan challange nya #JanexLiaRC, akhirnya ikutan lagi. Walaupun di menit-menit akhir, eheehe.

Kali ini, aku akan menceritakan kepada kamu buku yang sangat fenomenal di kelompok tertentu saja. Judulnya; Karena Menikah tak Sebercanda itu!
Buku ini karya dari Bang Amar Ar-Risalah, seorang selebgram, yang hampir setiap hari posting. Tokoh pemuda dari Depok, berdakwah melalui tulisan di akun media sosialnya.

Benar sesuai tema warna bulan ini kan?
(cokelat atau oranye)


Yang aku fahami setelah membacanya, buku ini ditulis atas keresahan Bang Amar, kawula muda-mudi hari ini, seolah menggampangkan pernikahan. Padahal, nikah memang benar-benar gak sebercanda itu. Butuh banyak persiapan A sampai Z. Gak bisa modal cinta doang!

Ini sebagian kecil daftar isinya.
Tapi tenang saja, aku tidak membaca buku bajakan, kok. Aku kemarin memang dapat kesempatan untuk me-
review sebagian kecil dari bukunya sebelum terbit. 


Bang Amar mengingatkan kita tentang persiapan diri dulu. Dari hal internal kita. Kemudian, beliau juga mengigatkan adakah "luka" masa lalu yang belum sembuh. Apabila ada, sebaiknya disembuhkan dulu, baru bisa menikah. Beliau juga mengigatkan bahwa jalur nafkah itu, haruslah dari hal-hal yang halal, jangan sampai kita masih bekerja di tempat yang riba dan semacamnya. Mosok mau kasih makan anak orang dengan uang yang haram?

Inti dari buku ini adalah, kita jangan termakan propaganda so called "aktivis dakwah" agar menikah muda. Tidak semua orang bisa seperti mereka. Tidak semua orang siap. Nikah muda itu boleh, tapi nikah buru-buru itu jangan. 
Ada orang yang menikah di usia 23 tahun. Tapi mempersiapkannya sudah sejak umur 20 tahun. Ada pula orang lain yang menikah di usia 30 tahun, tapi baru mempersiapkannya di usia 29.5 tahun.

Tentu kita bisa menilai sendiri, bukan?

Pokoknya, buku ini sangat aku rekomendasikan untuk kamu yang mau nikah!
Oh yaa, ini buku ditulis dari perspektif aktivis Islam ya. Jadi, tentu saja akan dijelaskan proses ta'aruf, tukar proposal biodata, didampingi ustadz dan ustadzah, dan seterusnya.
Kalau kamu mau menikah lewat jalur pacaran, buku ini bukanlah buku yang cocok. Tapi, gapapa. Baca aja, biar kita sama-sama faham mana jalan yang benar mana yang keliru! :) 



Seorang ibu, duduk di beranda rumahnya menantikan kabar anaknya. Sudah tiga hari tak kunjung pulang. Tiada kabar pula. Maklum, zaman itu. Tahun enam puluhan tidak ada yang namanya SMS, apalagi WhatsApp dan update status hingga story.

Sumber gambar: pixabay.com

Anak itu tiba-tiba hilang. Info apakah dia mati, atau diculik atau apa dan bagaimana. Tidak ada. Hilang begitu saja. Kalaupun benar-benar saat itu mati, mayatnya dimana tidak ada yang tahu.

Sang ibu harap-harap cemas. Sebenarnya beliau curiga, kenapa anaknya tak kunjung pulang. Ini pasti ada hubungannya dengan apa yang terjadi dengan keadaan politik nasional. Mengancam stabilitas negara. Anaknya, seorang remaja tanggung yang usia hampir dua puluh, ikut suatu organisasi kepemudaan, yang ternyata adalah underbow dari partai terlarang. Aku tidak perlu memberi tahu nama jelas dari partainya. Tapi kamu pasti sudah tahu semua. Inisial partainya adalah... Pe-ka-i..

Yaa, itu beberapa waktu setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI. Pemerintah dengan semangat membabat habis seluruh anggotanya, hingga juga hal-hal yang terlibat dengan mereka. Organisasi yang terafiliasi pun, harus dihancurkan. PNS dan karyawan BUMN yang terlibat, dipecat. Namanya dicatat. Database mereka jadi cukup lengkap.

Pertanyaannya adalah, siapa anak muda itu?
Anak muda yang ikut organisasi kepemudaan underbow dari PKI adalah, adik mbahku! Hahaha.
Aku baru mengetahui cerita ini dari bapakku, ketika lebaran kemarin.

Ketika ngobrol, mebicarakan silsilah keluarga, aku bertanya iseng, “Adik mbah putri (nenek) itu cuma satu kan ya pak?”
Aku sebenarnya berekspektasi jawaban bapak adalah memang satu, karena aku selama ini tahunya begitu, dan rumah adiknya mbah putri tidak jauh dari rumah mbahku.
Ternyata tidak. Bapak menjawab bahwa ada adik satu lagi yang ‘tiba-tiba hilang’.

PKI. Walaupun peristiwanya telah terjadi puluhan tahun lalu. Saking lamanya, saat itu pun orang tuaku belum lahir. Tapi masih hangat perbincangannya hingga saat ini. Anak keturunan orang-orang yang telibat dengan PKI, baik kader, simpatisan, hingga anggota organisasi underbow partai (walaupun belum tentu berideologi komunis), di-blacklist. Seperti yang disebut di awal, nama-nama mereka ada dalam database. Mbah kakung (kakek) yang ikut salah satu organisasi pekerja yang ada di BUMN, yang ternyata adalah underbow-nya PKI, ikut termasuk namanya tercatat di Koramil. Tapi, nasib baik mbah tidak ikut dipecat karena sudah menjelang masa pensiun. Sedangkan karyawan yang masih muda, tentu saja dipecat dari BUMN.
Mungkin, kamu pernah ingat cerita itu di (Hampir) Dituduh PKI.

Diskriminasi apalagi yang didapat?
Katanya, zaman dulu anak keturunan yang terlibat PKI (secara langsung maupun tidak langsung) agak sulit jika ingin berkontribusi kepada negara. Mereka tidak bisa menjadi PNS, ABRI, dan juga karyawan BUMN. 
Jadi, saat itu kalau mau daftar menjadi prajurit, selain melampirkan SKCK (seperti sekarang), harus melampirkan 'Surat Bersih Diri'. Itu diterbitkan oleh Koramil setempat. Dinyatakan bersih kalau kita bukan keturunan yang terlibat PKI.

Padahal, yang tertuduh PKI itu adalah bapaknya. Kenapa anak dan cucunya juga ikut menanggung ‘dosa’ leluhurnya?
Tapi itu katanya loh. Atau mungkin memang sempat ada, tapi aturan tersebut sudah dihapus. Toh, buktinya, pakdeku ternyata bisa menjadi PNS.

Kalau BUMN, anggota Polisi danTNI? Bagaimana?
Baru-baru ini, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyatakan bahwa anak keturuan PKI boleh mendaftar menjadi prajurit. Aturan lama telah dihapus, dan aku kini bisa melamar jadi prajurit TNI! 😀


*Tulisan ini berisi opini dan hasil obrolan ringan, jadi apabila ada yang salah. Harap dikoreksi.. 😊


Semangat, Tante Sasa! adalah buku ketiga Mbak Thessa yang sebelumnya aku kira adalah kedua, yang aku dapatkan secara gratis. Buku pertama, Nikah Muda, lagi-lagi juga aku dapatkan gratis dari Mbak Thessa, hasil menang give away di blog belio, sudah aku baca dan sangat keren sekali.
Dasar aku si yang paling suka gratisan! 😝

Jujurly, aku sangat ingin membaca novel Semangat, Tante Sasa! ini sejak beberapa bulan lalu ketika rilis pertama kali. Setelah sekian lama ikutan give away dan selalu gagal, akhirnya berniat membeli sendiri. Tetapi karena tanggal gajian masih lama, aku jadi lupa. Haha.

Jadi, bagaimana ceritanya aku bisa mendapatkan gratis bukunya?
Sekira sebulan yang lalu, Mbak Thessa (@thessalivia) tetiba mengirim DM di Instagram, menawarkan mau gak baca bukunya. Tentu saja dengan senang hati aku jawab mau. Siapa dong yang gak mau buku gratis, plus memang sudah jadi whislist book pula.


Novel ini, menurut beberapa teman di Blog masing-masing, bercerita tentang Tante Sasa sang tokoh utama yang mengurus keponakannya. Banyak ilmu-ilmu parenting yang akan didapat dari novel ini. Baik secara tersirat maupun tersurat.

So, apakah khabar tersebut benar?
Macam mana pula isi kandungan khas dari buku ini?
Mari kita mulakan!


Ketika buku ini tiba di mess, seorang teman membercandai, “Waah baca buku tentang tante-tante ya bang? Itu pasti isinya tentang pelakor. Si tante Sasa akan merebut suami orang!”
Aku tertawa mendengar kelakarnya, temanku juga tertawa.

Ketika aku meng-unboxing paket tersebut, kemudian sampai ke prosesi membaca jaket buku (lebih dikenal sebagai blurb). Di sana tertulis 17+. Jantungku langsung berdetak, “Mampus!”


... Mama tahu kebiasan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! ...
Ini adalah salah satu kalimat dari dua paragraf yang ada di blurb. Nampaknya perkataan temanku benar. Jangan-jangan Tante Sasa beneran pelakor nihh.. Wwokokwk.

Oke, kini serius.
Cerita digambarkan seorang tokoh utama bernama Sasita atau dikenal sebagai Tante Sasa oleh keponakannya; Velisa. Sasita juga punya hubungan yang kurang harmonis dengan mamanya. Maka, ia memilih untuk tinggal di apartemen sendiri, alih-alih tinggal bersama ibu kandungnya. Padahal mah, enakan tinggal sama orangtua sendiri. Bisa berbakti, plus tidak keluar biaya untuk sewa atau beli apartemen karena tinggal di rumah sendiri.

Sasita tiba-tiba diminta untuk menjaga Velisa, sebab mamanya Sasita (sekaligus neneknya Velisa) hendak melaksanakan ibadah haji. Velisa memang diasuh oleh neneknya karena ayah ibunya telah tiada. Ibunya Velisa adalah kakak kandung Sasita.

Dengan ogah-ogahan, Sasita akhirnya bersedia menjaga keponakannya itu selama sang nenek berangkat ke Tanah Suci. Sasita mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap keponakannya. Tapi yaa yang namanya anak usia enam tahun, masih banyak belum bisa melakukan apa-apa yang dianggap mudah oleh orang dewasa.

Contohnya, Sasita terkaget ketika ia bangun tidur jam empat sore dan mendapati keponakannya hanya menonton Youtube saja. Ditanya sudah makan atau belum, jawabannya belum. Ditanya lapar atau tidak, jawaban Velisa lapar. Ketika ditanya kenapa tidak makan, keponakannya menjawab dengan polos, sebab tidak ada yang menyiapkan makanan.

Pelajaran mengasuh anak hari pertama: Jangan mengharapkan anak enam tahun inisiatif mengambil makanan sendiri. Jadi, jangan lupa menyiapkan makanan mereka.

Yaa, hampir di setiap bab, di paragraf akhir selalu disuguhi tulisan Pelajaran mengasuh anak hari ke-....
Ini yang menurutku keunikan buku ini. Aku belum pernah membaca novel yang di akhirnya diberikan hal-hal semacam kesimpulan atau hikmah seperti ini.

Selain itu, diceritakan pula Velisa kalau makan, pasti lamban sekali. Membuat Tante Sasa kesal. Tetapi, suatu waktu ketika diajak makan ke mall, keponakannya itu makan dengan lahap dan cepat. Tumben sekali.
Well, nampaknya Velisa adalah kita. Kecepatan makan akan meningkat ketika dihadapkan dengan makanan yang lezat! 😁

Di samping ilmu parenting, aku juga mendapat hal baru. Tentang  keuangan, investasi, saham dan segala  tetek bengeknya. Sasita bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang sekuritas. Dijelaskan pula kantornya berada di gedung-gedung bertingkat tinggi yang ada di Jakarta. Dari style-nya, Sasita nampak sedikit agak hedon. Aku bisa menyimpulkan, Tante Sasa adalah Mbak-Mbak SCBD! 😂

Hari demi hari berlalu dan Sasita mulai terbiasa dengan keponakannya. Suatu hari, Sasita menjanjikan untuk mengajak Velisa untuk jalan-jalan ke Dufan di hari Ahad. Masalahnya adalah, tiba-tiba seorang laki-laki 'jahat' bernama Seno, mengajak Sasita untuk nonton konser band di hari yang sama. Seno adalah mantan pacarnya si Sasita dan Seno adalah seorang bapak beranak dua! Ga ada otak lu, Sen!

Coba tebak, Sasita memilih untuk menemani keponakannya ke Dufan atau nonton konser bersama suami orang?
Ternyata Sasita juga ga ada otak. Dia memilih untuk nge-date bersama Seno dan membatalkan janji dengan keponakannya.
Sasita, lu juga ga ada otak!
Astaghfirullah, maafkan saudara-saudara kalau tulisannya terkesan memaki. Agak emosi soalnya.

Singkat cerita, setelah mereka bersenang-senang dan Sasita pulang di malam hari, ia melihat Velisa sedang menangis tersedu-sedu. “Kata Bunda, janji harus ditepati..”
Deg.. mampus lo, Sasita. Enak-enakan jalan sama suami orang, ponakan sendiri ditinggal sendirian, padahal beberapa hari yang lalu udah dijanjikan mau ke Dufan.

Skip skip skip..
Akhirnya Mama mengetahui hubungan terlarang Tante Sasita dengan Seno si suami orang. Di bagian ini, konflik cerita semakin seru
Kemudian coba tebak, gimana kelanjutan pengasuhan Velisa. Untuk mengetahuinya, silahkan beli bukunya! 😀😃

Kesimpulanku; Novel ini sangat unik. Bercerita tentang parenting, namun ditambah sedikit bumbu-bumbu perselingkuhan dan konflik anak dan orangtua. Ilmu parenting yang diselipkan juga tidak nampak menggurui. Pokoknya, keren sekali!
Semangat Tante Thessa! #ehh


Judul : Semangat, Tante Sasa!
Penulis : Thessalivia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit : 2021

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Aku juga tidak tahu jawabannya. Aku cuma mau mengeluarkan “unek-unek” saja.. Bukan untuk mendiskreditkan wanita yaak. Bisa jadi ini cuma “oknum”. Ehehe.
Kalimat di atas merupakan persiapan sebelum diserang gerombolan Feminazi hihiihi...

Well, walaupun kata orang wanita itu cenderung memakai perasaan dalam bertindak. Terkadang, para wanita itu bertindak tanpa perasaan sama sekali. Cenderung membuat kaum pria sakit hati. Hal ini aku dapatkan dari FGD; Focus Group Discussion (baca: ghibah) dengan beberapa teman. Berikut akan aku paparkan contoh kasus dari kisah nyata hasil FGDyang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.

Seorang wanita, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), sudah memiliki gebetan yang bernama Wawan. Suatu hari di tempat kerjanya, pria lain bernama Budi, hendak mendekati Mawar. Budi suka dengan Mawar.

Bagaimana respon Mawar ketika Budi PDKT dengannya? Padahal dia sudah punya gebetan bernama Wawan?
Tentu saja Mawar selalu merespon ajakan Budi. Diajak jalan, hayuu. Diajak nonton oke. Diajak makan, mau. Dan pasti, Budi menjadi yakin bahwa ini adalah sinyal positif dari Mawar. Diajak tidur juga mau! (Yaa enggak, lah!)
Apakah Wawan tahu akan hal ini? Tentu saja tahu. Mawar menceritakan ini ke Wawan. Mawar bilang ke Wawan bahwa Budi hanya ingin berteman biasa saja dengan Mawar.

“Kalau Budi beneran suka kamu gimana?” kata Wawan kepada Mawar di suatu sore.
“Yaudah, biarin aja?” Mawar menjawab enteng.
“Hah, maksudmu gimana?”
”Yaa kita lihat sebesar apa perjuangan Budi untuk mendapatkan aku!”
Wawan mulai merasa terancam posisinya, lalu mengonfirmasi, “Terus, Budi akan kamu terima?”
Lagi-lagi Mawar menjawab dengan sangat enteng seperti tanpa dosa, “Tentu saja tidak..”

MAWAR, LU KAGAK KASIHAN SAMA BUDI YAK? ELU NYURUH DIA BERJUANG, TAPI LU JUGA NIAT UNTUK MENGECEWAKAN DIA DI AKHIR.

Untuk Seorang Mawar, atau ada Mawar-Mawar lain di luar sana. Tolong. Jangan seperti ini ya. Kalau kamu memang tidak berminat dari awal, tolak saja dari awal. Jangan kamu angkat tinggi-tinggi, seolah ada harapan yang besar. Eh, gak tau nya kau jatuhkan kami dari harapan yang tinggi itu. Sakit rasanya. Sakit sekali. Rasanya dendam sekali dan benci sekali aku dengan Mawar. Kamu jahat, Mawar!

Lebih baik bagi kami, kalau dari awal memang sudah ditolak. Selesai urusannya. Tinggal mencari wanita lain yang sekiranya cocok, akan kami perjuangkan sepenuh hati. Kami tidak perlu membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk sesuatu yang hanya menganggap kami mainan saja. Jadi Badut, kalau kata netizen.

Mawar benar-benar tidak bisa dimengerti jalan pikirannya.
Tetap semangat untuk si Budi, dan Budi-Budi lain di luar sana. Cari saja wanita lain. Jangan cari wanita jahat seperti Mawar!



Di penghujung bulan Februari, yang katanya, bulan cinta. Izinkanlah aku membahas buku tentang cinta. Buku yang diterbitkan oleh Buku Mojok, karya Mohammad Ali Ma'ruf dengan judul Perihal Cinta Kita Semua Pemula.
Oh yaa, postingan ini untuk challange #JanexLiaRC di bulan Februari! 😁


Buku ini sebenarnya berisi quote-quote sahaja. Namun kebanyakan isinya memiriskan hati yang membaca. Terkadang aku tertawa sendiri membacanya; Menertawakan diri sendiri. Betapa diri ini telah dibutakan dengan yang namanya cinta #Eaakk.

Dan berikut, beberapa quotes yang menurutku sangat "menyentuh".

Malaikat Roqib dan Atid emang paling setia deh,
Nggak kayak kamu!
:((

Eheheh..

Nasib baik aku kerjanya di Jabodetabek 😅

Untung saja selalu berharap kepada Allah dan Rasul,
bukan kepada bintang jatuh
😊 

Dasar kamu seperti hantu!

Bahkan, baru saja mau dimulai.
Tetapi kamu sudah hilang duluan

Kalau ternyata memang bukan jodoh, apa mau dikata!

Aku yang selalu setia mendengar sambatan kamu.
Dasar badut!

Dasar badut! (2)

Dasar badut! (3)

Dasar badut! (4)

Untuk cowok-cowok yang sering antar jemput doi-nya, kasihan sekali Antum!
Eh tapi kayaknya aku juga pernah begitu deh 
😶

Buku ditutup dengan quote yang sangat ngenes! 😁😢

Kang Mas Joe-mblo, walaupun seorang jomblo akut, kali ini ingin membahas buku tentang cara menjadi suami yang wonderful. Suami yang disayang istri. Siapa tahu kita bisa mendapat sedikit pengajaran dari buku ini. Hehehe.
Oh yaa, postingan ini adalah challange #JanexLiaRC di bulan Januari, tetapi diposting di bulan Februari (?).

Buku ini ditulis oleh Ustadz Cahyadi Takariawan, akrab dipanggil Pak Cah. Seorang yang juga konsultan keluarga. Sering memberikan ceramah mengenai parenting, hubungan suami ke istri. Ayah ke anak. Anak ke ibu. Intinya, segala hal mengenai ketahanan keluarga, beliau concern di situ.

Wonderful Husband, adalah salah satu dari serial paket buku Wonderful Family. Ada beberapa buku dengan tema besar berbeda-beda dan warna cover berbeda-beda. Well, buku ini sampulnya keras. Hard cover. Berwarna oranye. Artinya, buku ini rasa jeruk.


Apa yang menarik dari buku ini?
Seperti yang aku bilang tadi bahwa buku ini ditulis oleh seorang Ustadz. Namun, sejauh yang aku baca, Ustadz Cahyadi alias Pak Cah, hanya mengeluarkan satu dalil Al-Quran. Dan itu pun tidak ditulis dalam Bahasa Arab, melainkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Jadi, menurutku buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan. Tak hanya Muslim, umat agama lain seperti Kristen, Budha atau tak beragama pun, masih aman untuk membaca buku ini. Intinya buku yang ditulis Pak Cah mengajarkan cara menjadi suami yang baik secara universal.

Menurut Pak Cah, ada sembilan kriteria untuk menjadi Wonderful Husband. Aku hanya akan membahas beberapa saja. Kalau mau bahasan full, baca saja bukunya langsung. Hehehe.

Memimpin keluarga dengan cinta.
Banyak hal yang dibahas dalam bab ini. Salah satunya, bagaimana menghadapi istri yang sedang emosi. Pak Cah memberikan tips untuk suami tetap bersikap tenang. Kemudian hindari kata “selalu” dan “tidak pernah”. Contohnya, jangan gunakan “Kamu selalu marah,” atau “Kamu tidak pernah mau diingatkan!”
Padahal kan yaa siapa tau istrinya baru sekali saja marah, atau baru sekali itu tidak mau diingatkan. Hehehe. Jangan menggeneralisir kesalahan yang baru sekali yang seolah-olah menjadi selalu salah.
Tips lain adalah, kalau sedang marah jangan mengancam, mudahlah meminta maaf, dan sebagainya.
Ini sebenarnya adalah hal-hal teknis, yang mungkin kita sering lupa akan hal ini.

Mampu menundukkan ego.
Secara umum, sifat laki-laki memiliki ego yang tinggi, kan? Nah itu harus agak sedikit diredam. Karena, yaa, kini suami sudah tinggal bersama orang lain yang disebut istri. Tidak bisa lagi semaunya saja. Harus ada hal-hal yang didiskusikan. Karena mempertahankan ego, kata Pak Cah, bisa melukai istri!

Fokus mengingat kebaikan istri.
No one’s perfect. Tentu saja istri banyak kurangnya. Tetapi perlu diingat. Laki-laki alias suami juga pasti ada kekurangan. Setiap orang punya kekurangan masing-masing. Fokus saja mengingat kebaikannya.
Peribahasa Jawa mengatakan, “Wit gedhang uwohe pakel, omonge gampang nglakoni angel.”
Betapa mudah kita menyalahkan orang lain, namun kita maafkan diri sendiri bahkan untuk kesalahan yang lebih besar.

Dan untuk menutup postingan kali ini, izinkanlah aku mengutip kalimat indah dari Pak Cah, semoga menjadi nasihat untuk kita semua. Tidak hanya antara suami ke istri, istri ke suami. Melainkan antar kita sebagai sesama manusia.

“Kebiasaan menggunakan standar ganda dalam menilai perbuatan orang lain dengan perbuatan diri sendiri, mengakibatkan kita mudah menyalahkan orang lain atas perbuatannya.”
Pak Cah, Wonderful Husband halaman 142



"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216)

Ada yang sangat kita inginkan, tapi tak dapat kita raih.

Terkadang kecewa, sedih, kesal. Apa boleh dikata?
Allah tidak men-taqdir-kan ini untuk kita!

Mungkin kita masih ingat, semasa kanak-kanak dahulu. Kita ingin ini, ingin itu. Tidak semua dapat dikabulkan oleh orang tua kita. 
Kenapa? Karena mereka tahu, itu tidak baik buat kita. 

Tak percaya? 
Ada saja anak-anak yang ingin bermain api di kompor, atau menceburkan diri ke tengah sungai yang arusnya sangat deras, atau bermain ke jalan raya yang ramai akan kendaraan. 
Tentu saja orang tua tidak mengizinkan hal itu, karena hal tersebut berbahaya bagi sang anak.

Jadi, ketika kita kembali ke hari ini. Kita menginginkan sesuatu, tetapi Allah tidak kasih. Santai saja.

Allah tahu, boleh jadi itu tidak baik bagi kita.
Semoga Allah kasih kita ganti yang lebih baik. 

Tidak semua yang kita inginkan harus terkabulkan, bukan? 😊

Ditulis saat sedang berada di ruang tunggu Bandara

Yeey! 
Akhirnya ke bioskop untuk pertama kalinya di tahun 2022. Setelah sebelumnya, di tahun 2021 aku hanya dua kali menonton film di bioskop. Pertama di bulan Februari; Doraemon Stand By Me 2. Kedua di bulan November; Nussa.
(Rencana pengen buat review-nya, tapi lupa mulu. Jadi males, ehehee)

Film tentang apa yang aku tonton hari ini?
Genre-nya adalah Horor! Iya, untuk pertama kalinya, aku menonton film horor di bioskop. Judulnya; Makmum 2.

Kenapa menonton film ini? Yaa karena kami telat sampai ke bioskop, wkwkk!
Ada satu teman yang agak telat datang dari jadwal janjian yang telah ditentukan. Satu teman lagi lupa kalau dia pulang kerja jam satu siang, bukan jam dua belas. Dan kami tiba di bioskop sekitar jam 13.40.
Jadi, rencana berubah. Mencari film yang pas saja jadwalnya. Dapatlah film ini.

Film ini, di awal menampilkan keindahan alam daerah pedesaan Jawa. Sangat indah menurutku. Tergambar pegunungan, sawah, ladang, rumah-rumah penduduk desa yang ramah, dan sebagainya. Sangat nyaman. Tidak sehiruk-pikuk aura perkotaan Jabodetabek.
Oh yaa, aku kurang tahu apakah itu di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Yang jelas, di film itu tergambarkan banyak dialog yang menggunakan Bahasa Jawa. Nasib baik aku telah faham Bahasa Jawa, jadi tidak perlu membaca subtitle-nya. Ehehe.

Sesuai namanya, Makmum 2. Jadi ini bercerita tentang hantu yang ikut menjadi makmum ketika shalat. Menghadirkan perasaan was-was dalam diri orang yang diganggu hantu makmum tersebut. Padahal mah, gak perlu was-was. Siapa tahu si hantu pengen tobat dengan ikutan shalat. Menjadi pribadi yang lebih baik. #Eaakk!

Dan film horor ini, menurutku tidaklah menyeramkan. Sesekali saja membuat terkejut. Karena efek suara, pencahayaan yang awalnya gelap tiba-tiba menjadi terang, kemudian si hantu makmum tiba-tiba muncul. Hantunya pun jelek sekali. Eh, iya. Yang namanya hantu pasti jelek. Tidak ada hantu yang ganteng atau cantik. Ahaha!

Kemudian, film yang seharusnya menyeramkan. Menurut kami malah seolah menjadi film lawak. Aku tidak tahu, apakah kami salah atau tidak. Ketika di bioskop orang-orang sedang ketakutan, kami malah tertawa cekikian melihat adegan yang  ada di film itu. Misal, hantu nya yang tiba-tiba terbang, atau hantu nya ikut baca “Allahu Akbar” atau "Sami'allahu-liman hamidah" ketika menjadi makmum (hantu aja ikutan shalat, masak kamu nggak, hehee), dan sebagainya.

Itu semua tidak masuk akal!
WOYY NAMANYA AJA FILM, BANYAK PROTES AJA, LU!

Walaupun cover film ini adalah horor, menurutku ini ada pesan moral tersembunyi. Menjaga lingkungan!
Kok bisa? Yaa, sebab ada pohon yang ditebang, maka kemudian ada hantu yang menjadi gentayangan. Mengganggu dan merasuki tiga orang anak beserta para ibunya.

Bagaimana ending-nya? Ada seorang “dukun” yang menanam kembali pohon yang telah ditebang. Beliau menanam pohon yang masih kecil. Masih di dalam polybag. Dua batang pohon. Dua loh, bukan satu. Dan ketika pohon kedua selesai ditanam. Hantu yang merasuki salah seorang ibu, sirna. Sang ibu sadar dari kesurupan.
Well, jangan-jangan beliau bukanlah dukun, melainkan aktivis lingkungan. Ehehe.
Maaf agak sedikit spolier, yaak. Ehehe.

Kira-klira seperti ini pohon dalam polybag yang ditanam oleh "Dukun" tersebut, ehehee

Dan terakhir, ada hal yang membuatku kecewa. Biasanya kan film horor di Indonesia selalu menampilkan adegan esek-esek. Tapi kenapa di film ini tidak ada yaaa? :((
#Ehh



Edit:
Temanku, Mang Coy, juga membuat review tentang film ini. Silahkan baca tulisannya; Review Film Makmum 2.



Memasuki bulan Februari, yang katanya bulan Cinta, marilah kita membahas tentang cinta-cintaan. #Eaakk.

Apa yang hendak aku bahas? Sebuah novel lama, terbitan pertama di tahun 2005 bulan Mei. Karya Om Puthut Ea, berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu.
(Oh yaa, buku yang aku baca adalah cetakan kedelapan, terbitan tahun 2019, diterbitkan oleh Buku Mojok).

Jujur, kesan awal membaca novel ini, aku merasa kasihan dengan tokoh “Aku” di novel tersebut. Terkadang memaki-maki dalam hati kepada si tokoh tersebut, “Geblek! Kok elu gitu, sih!”
Namun, beberapa detik setelah memaki, aku baru sadar akan suatu hal. Tokoh “Aku” adalah aku. Penggambaran aku sendiri (atau mungkin kita semua?). Seorang “sad boy” yang selalu gagal dalam percintaan! :((

Cerita berawal dari sebuah pesta seorang teman. Tokoh “Aku” tiba-tiba didatangi oleh seorang perempuan. Awalnya nampak misterius. Tidak jelas. Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, si perempuan adalah mantan pacarnya, yang kini telah bersuami. Dan “Aku”, nampaknya masih memiliki rasa cinta terhadap perempuan itu. Namun apalah daya, si perempuan sudah menjadi istri orang.
Lihat! Sama seperti kisah nyata yang aku alami, bukan!

Entah apa yang memotivasi si perempuan untuk kembali menggoda “Aku”. Menanyakan apakah “Aku” sudah punya pacar lagi, atau masih sendiri. Apakah sedang bahagia atau tidak. Pertanyaan-pertanyaannya seolah mengejek. Waduh. Menurutku, perempuan itu jahad sekali, sih.

Setelah agak lama si perempuan mengganggu, teleponnya berdering. Si suami menelpon, mengatakan bahwa ia telah menunggu di depan. Tanda hendak pulang. Kemudian, si “Aku” bertanya kepada si perempuan. Kenapa suaminya tidak masuk ke sini saja, menemui mereka berdua. Si perempuan menjawab, bahwa suaminya sangat cemburu kepada “Aku”.
Benar-benar perempuan yang aneh, kan!

Tak berselang lama, masih di pesta yang sama, “Aku” kembali didatangi oleh perempuan yang lain lagi. “Boleh pinjam apinya?” kata si perempuan, seraya hendak menyalakan rokok kemudian menghisapnya dalam-dalam.

Dan ketika berbasa-basi dengan si perempuan yang meminjam korek, “Aku” kembali dibuat terkejut. Dia tidak pernah mengenalnya, namun si perempuan bisa tahu beberapa hal detail tentang hidupnya. Dan dengan agresif, si perempuan mengajak “Aku” untuk berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta.
Perempuan agresif ini, membuat “Aku” sangat tidak nyaman.

Lanjut lagi. “Aku” diperkenalkan dengan perempuan lain oleh ibunya. Tidak cocok lagi. Padahal si perempuan nampaknya sudah suka.
Beralih ke perempuan lain yang “Aku” temui, si perempuan sudah cocok. Ada yang sampai mengajak nikah. Si “Aku” masih tidak mau.

Di sini lah aku mulai memaki. Kenapa dia tidak terima saja. Mau mencari seperti apa, sih. Tapi yaa namanya cinta, tidak bisa dipaksakan. Si perempuan mau, laki-lakinya tidak mau. Atau sebaliknya, si laki-laki sudah kesengsem, tapi perempuannya tidak menginginkan. Tidak jadi pula suatu hubungan.

Setelah melewati banyak perempuan, yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh “Aku”. Terungkap suatu fakta kenapa hal ini bisa terjadi. Rasa cinta terhadap sang mantan (perempuan yang ada di awal), belumlah sirna. Tokoh “Aku” mau menyembuhkan rasa itu dahulu. Menyelesaikannya. Baru kemudian menjalin hubungan dengan perempuan baru. Percuma saja ketika menjalin hubungan baru, tapi yang ada di hati adalah orang yang lama. Hubungan itu akan menyakitkan.
(SOK IYES BANGET GUE HAHAHA!)

Dan yaa, dari novel ini aku merasa cinta datang benar-benar tak tepat waktu. Ada yang kita cinta, ternyata dia sudah ada yang punya. Ada orang yang cinta kepada kita, tetapi di hati kita masih ada orang lain yang nun jauh di sana. Namun, orang itu pun tidak cinta kita. Benar-benar sulit nampaknya, mencari ketepatan waktu dalam bercinta!
The Untold Islamic History, adalah buku hasil karya Bang Edgar Hamas. Aku mengetahui belio dari media sosial Instagram dan Twitter. Bang Edgar sering membuat postingan mengenai keislaman, terutama sejarah Islam. Selain akun pribadi, belio juga punya akun media sosial yang bernama Gen Saladin. Aku sangat merekomendasikan kalian untuk mem-follow kedua akun tersebut, biar bisa dapat insight baru mengenai Islam.


Kemudian, dari profil penulis di halaman akhir buku, tertulis bahwa Bang Edgar berkuliah di Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar di Cairo, Mesir dan setelah itu melanjutkan ke Universitas Islam Madinah di Arab Saudi. Jadi, insyaa Allah argumen, dalil dan referensi yang ada di buku ini cukup kuat dan bisa dipertanggung jawabkan.

Oh yaa, post ini adalah lanjutan dari post yang sebelumnya, mengenai review buku yang aku baca ketika isoman. Buku yang sebelumnya di-review merupakan vovel dengan judul Mecca, I’m Coming.

Well, ada yang menarik ketika aku membaca buku ini di kamar karantina. Dari perusahaan, menyediakan satu kamar yang cukup luas dengan isi dua orang. Dan saat itu, aku sekamar dengan seorang mas-mas kafir yang bukan beragama Islam.

Ketika dia melihat di samping ranjangku ada tumpukan buku, dia menanyakan perihal itu, “Waah, hobi baca buku ya mas, buku apa aja tuh? Saya boleh pinjam gak?”
“Tentu saja, boleh mas,” aku menjawab dengan senang hati.
“Ada buku apa saja emangnya yang dibawa?”
“Ooh ini ada novel, satunya mengenai sejarah,”
“Sejarah ya, menarik itu. Saya suka kalau buku-buku mengenai sejarah,” kata mas-mas yang sekamar denganku. Dia kemudian Kembali bertanya, “Memangnya itu sejarah tentang apa, mas?”
“Eumm.. Sejarah Islam, mas.”

Dengan raut muka kecewa dia berkata, “Kalau sejarahnya mengenai itu, saya tidak bisa membacanya, mas..”
Aku hanya ber-hehe saja.


Lanjut mengenai tampilan  buku. Fisiknya sangat baik. Dengan harga hanya sembilan puluh ribu-an, buku ini punya hard cover. Biasanya buku dengan harga segitu covernya adalah soft, bukan hard. Jumlah halamannya lebih dari 250 dan buku ini menggunakan kertas majalah dan full color saudara-saudara!
Menarik sekali memang kemasannya.

Apa isi buku ini?
Sesuai judulnya, buku ini menceritakan sejarah-sejarah Islam yang jarang diceritakan, yang jarang diketahui oleh kita, atau bahkan cerita sejarah yang kita ketahui, ternyata tidak seperti itu adanya. Aku akan menceritakan beberapa bagian dari buku ini. Mari kita mulakan!


Ka’bah
Banyak dari kita sebagai orang awam, mengetahui bahwa Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Padahal (menurut penjelasan buku ini), Nabi Ibrahim hanya “meninggikan” bangunan Ka’bah, bukan “membangun” Ka’bah dari awal.
Dalilnya? Surat Al-Baqarah ayat 127.
Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail...

Betul, kan? Lihat yang dicetak tebal. Meninggikan fondasi. Itulah yang dilakukan Nab Ibrahim.
Lalu, siapa yang membangun Ka’bah dari awal? Menurut Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan ulama lainnya, jawabnya ialah... Nabi Adam.

Thariq bin Ziyad
Salah satu bab yang menurutku cukup menarik, mengenai Thariq bin Ziyad. Ia adalah pemimpin pasukan Muslim di Afrika Utara yang hendak berhadapan dengan pasukan Kafir di Spanyol. Kita sering mendengar bahwa Thariq bin Ziyad membakar kapalnya untuk “memaksa” pasukannya agar memenangkan pertempuran dan tidak kabur dari medan perang.
“Wahai pasukanku, lautan ada di belakangmu dan musuh ada di depanmu! Tidak ada pilihan lain selain berjuang!” beginilah quote yang terkenal  yang katanya berasal dari Thariq bin Ziyad.

Pertanyaannya adalah, apakah kalimat tersebut benar-benar keluar dari mulut Thariq bin Ziyad?
Ternyata, kisah tersebut baru muncul 400 tahun setelah Thariq bin Ziyad menaklukkan Spanyol. Faktanya, tidak mungkin beliau melakukan itu. Pertama, sebab mubazir. Kapal itu pun adalah kapal sewa. Kedua, dalam Islam tidak pernah ada paksaan dalam berjuang.

Mitos pembakaran kapal ini, dihembuskan oleh Sejarawan Eropa masa lalu untuk menutupi “ketakjuban” mereka bagaimana mungkin pasukan Muslim yang sedikit (sekitar 12 ribu pasukan) mengalahkan 100 ribu pasukan dari kaum Kafir.
“Kok bisa?” gumam mereka saat itu.

Bangsa Barbar
Mari kita jujur pada diri kita sendiri. Apa yang ada di benak kita, ketika mendengar istilah “barbar”?

Tentu saja hampir dari kita semua sepakat; Barbar berarti istilah untuk menyebut suatu kelakukan yang tidak sopan, sembarangan, suka berbuat kerusakan dan sebagainya.

Dalam Kamus Bahasa Inggris, “Barbarian” diartikan sebagai masyarakat primitif dan kasar. Pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Barbar” berarti bangsa yang tidak beradab.
Sedih sekali.

Padahal, Barbar adalah salah satu suku bangsa yang ada di Afrika Utara. Thariq bin Ziyad dan pasukannya adalah orang yang bersuku Barbar.

Mandi
Cerita ini terjadi di tahun 900-an. Khalifah Abbasiyah yang bernama Al-Muqtadir Billah mengutus Ahmad bin Fadhlan dan rombongannya melakukan ekspedisi ke Kerajaan Volga Bulgaria (kini berada di Rusia) yang dihuni oleh Bangsa Viking.

Kebanyakan Bangsa Eropa masih belum mengenal mandi. Padalah, Rasulullah Muhammad saw telah mengajarkan bersuci dengan air dengan cara wudhu dan mandi junub (HAYOOLOOO SIAPA SERING MANDI JUNUB 😛) kepada umat Islam sejak 400 tahun sebelumnya.

Ahmad bin Fadhlan mengatakan Bangsa Eropa tidak memiliki budaya kebersihan yang baik. Jalanan becek dan penuh sampah. Orang-orang tidur di samping binatang ternaknya, dan ketika mereka hendak melakukan hubungan seks, mereka tanpa malu langsung melakukan saja di depan teman-teman mereka (eh tapi nampaknya hari ini masih ada juga yang seperti ini sih, malah sambil direkam dan kamu hobi menontonnya wokwowk).

Ketika di pagi hari, mereka tidak mandi. Dengan seember air, mereka hanya mencuci muka (hari ini juga masih banyak yang di pagi hari hanya mencuci muka, hehe), menyisir rambut dan meludah dengan air itu, tanpa mengeluarkan airnya dari ember. Selanjutnya, ember tersebut dipakai oleh orang lain, dengan air bekas orang yang telah dipakai sebelumnya. Kemudian air yang sama, dipakai oleh orang yang lain lagi. Bayangkan, betapa joroknya, bukan! Hihihii.

Ahmad bin Fadhlan menyaksikan itu dengan nyata, seolah tak percaya. Peradaban muslim yang saat itu sudah cukup maju, pun dengan ilmu pengetahuannya yang modern (pada masanya), namun di Eropa penduduknya masih sangat jorok dan terbelakang.

Namun, itu masa lalu. Hari ini, nampaknya keadaan dunia terbalik. Kondisi dunia Eropa yang sangat maju, kota-kota rapi, bersih, tertata. Mereka juga dalam segi ilmu pengetahuan maju. Berbeda dengan kita, umat Islam hari ini, malah berkebalikannya. Nampaknya, memang ada yang salah dengan kita. Mari kita perbaiki bersama, agar dapat mengembalikan kejayaan ummat, eaakk!

Kritikan terhadap buku

Namanya manusia biasa, penulis pasti ada kelebihan dan ada kekurangan. Akan adil apabila aku membahas kekurangan buku ini juga. Akan tetapi, di sini aku bukan mau membahas kekurangan atau mengkritik mengenai konten bukunya.
Kalau mau mengkritik konten, aku tidak bisa. Aku tidak memiliki kapasitas keilmuan di bidang sejarah Islam. Sejak SD hingga kuliah, Pendidikan formalku di sekolah “umum” saja. Hehhe.
Oh yaa, ini sebenarnya bukan kritik sih. Lebih ke koreksi atau saran. Sebagai pembaca awam, membuat mata ini tak nyaman membacanya.

Pertama, inkonsistensi penulis. Di beberapa bab, Bang Edgar menggunakan “saya” untuk menyebut dirinya. Namun di bab lain, menggunakan “aku”. Jujur saja, hal ini membuatku sedikit gemeuush.

Kedua, ada yang typo. Aku tidak ingat ada berapa. Yang aku ingat, kata “kamus” tertulis “kamu”. Ada lagi, tapi lupa aku catat, sih.

Ketiga, ada di bab “Yang Istimewa dari Istimewa”. Bang Edgar menggunakan contoh kasus Diego Maradona yang mendapat julukan “Si Tangan Tuhan” berkat gol nya di salah satu pertandigan di Piala Dunia. Bang Edgar mengatakan Maradona mendapat julukan tersebut, sebab orang tidak ada yang menyangka, Maradona dengan tinggi hanya 165 cm bisa melesat ke angkasa untuk menyundul bola ke gawang lawan.

Padahal, sependek pengetahuanku, alasannya bukan itu. Maradona benar-benar menggunakan tangannya untuk memasukkan bola ke gawang lawan, dan wasit tidak melihatnya dengan jelas. Jadi, Maradona sebenarnya agak curang saat itu, tidak menggunakan kepala untuk menyundul bola. Hehee..
CMIIW yaak. Correct me if I'm wrong.

Dan terakhir. Kalau mau beli buku ini, silahkan hubungi sosial medianya bang Edgar saja yaa! 
Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes