Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.



Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange-nya.Makanya bernama CR Challange #3! 😁

Tema dalam kegiatan kali ini adalah, kita diminta untuk memilih tiga Bloggers favorit versi kita sendiri. Jujur, awalnya aku hendak memasukkan nama Creameno sendiri. Namun, rasanya kurang etis karena belio yang buat event, tapi ujung-ujungnya ngomongi belio sendiri lagi. Nanti dikira aku adalah sosok "penjilat" yang ingin hadiahnya doang, padahal mah bener!

Oke, aku rasa cukup sampai di sini basa-basi pembukaannya. Siapa saja ketiga Bloggers yang menjadi favorit dan inspirasi bagiku?
Mari kita mulakan!


1. Om Agus (Blog Sarilah)

Hayuuuk, siapa yang tidak mengenal belio. Dari dunia hingga akhirat, Om Agus dengan Blog Sarilah-nya sudah sangat dikenal oleh khalayak. Aku rasa, belio bisa disebut sebagai seleb-blogger!

Sebelum bercerita lebih jauh, mari kita flash back ke sekira setahun yang lalu. Saat itu aku baru saja memulai menjadi Blogger, dan aku lihat blog-nya banyak sekali mendapat komentar. Aku meminta tips darinya, dan dia mengatakan untuk banyak-banyak Blog Walking (BW) saja. Sebab aku masih belum faham apa itu BW, dia akhirnya menjelaskan bahwa BW adalah kegiatan mengunjungi blog orang lain, kemudian kita meninggalkan komentar di sana dengan harapan orang itu akan mengunjungi balik blog kita dan meninggalkan komentar juga.

So, aku memulai untuk melakukan BW dari melihat kolom komentar adik tingkatku. Seluruh profil yang memberikan komen di sana, aku klik. Dan... salah satu akun yang aku klik adalah akun Agus Warteg. Maka di situlah pertama kali aku mengunjungi belio secara virtual.

Aku begitu terkejut ketika membaca tulisan-tulisan di blog tersebut. Kok absurd-absurd semua, kataku dalam hati. Walaupun absurd, sangat keren. Tidak semua orang bisa berimajinasi liar seperti itu. Satu-satu aku baca tulisan-tulisan belio sebelumnya, membuatku semakin jatuh cinta pada blog ini.

Tulisan Om Agus dengan judul Cara Meminta Izin kepada Istri Pertama untuk Poligami, dari judulnya saja aku sudah ngakak, hahaa.. 😂😂
Awalnya sih, aku mengira ini tulisan bakal serius dan penuh dengan hikmah ilmu agama, ternyata malah zonk wowkwkwk.. 😂

Dan jujur, aku menjadi terinspirasi untuk membuat tulisan absurd juga dari blog-nya Om Agus. Blog Sarilah is my inspiration!

Hal lain yang menginspirasi dari Om Agus, belio adalah orang yang rendah hati. Belio pernah mengapresiasi Cerbung tulisanku (Jadi Kita Sekarang Gimana?). Belio juga tak segan-segan untuk melakukan BW dahulu kepadaku, baru kemudian aku BW balik. Well, biasanya aku BW pertama ke orang lain, kemudian orang itu baru melakukan kunjungan balik.

Di sini kadang aku berfikir, kok Om Agus masih mau yaa capek-capek BW ke orang lain. Padahal, belio udah jadi seleb. Hiihi.
Pokoknya, Om Agus sangat rajin deh kalau urusan BW. Setiap orang yang komen ke belio, rasa-rasanya, pasti dikunjungi balik.

Tahukan kamu, ketika aku hedak BW ke blog-blog orang yang baru, yang tidak aku kenal sebelumnya, ternyata selalu saja ada komentar Om Agus. Pantas aja sih blog-nya rame.. 😁

Jadi, kalau urusan per-blog-walking-an, Om Agus juara, deh!


2. Kang Himawan Sant (Dibacain, Yuk!)

Dalam pandanganku, belio adalah sosok yang Mirip dengan Om Agus, keduanya sama-sama blogger yang rendah hatinya.
Seingatku, aku mengenalnya lebih awal daripada Om Agus. Kang Himawan sudah rajin berkomentar di blogku saat aku baru saja memulai menjadi blogger.

Kemudian, seperti yang telah aku bilang di awal mengenai BW, bahwa kita sebaiknya mengunjungi balik orang yang telah memberikan komentar ke blog kita. Saat itu aku belum terlalu faham mengenai "etika tidak tertulis" tersebut. Dan setelah sekian purnama, akhirnya aku mendapat "hidayah" untuk mengunjungi blognya.
Blog-nya juga sangat menarik. Isinya jalan-jalan semua. Aku pikir orangnya pasti asyik nih, tiap hari pasti travelling terooos... 😄

Dan lagi-lagi, Om Agus dan Kang Himawan punya kemiripan. Ketika aku hendak berkomentar pada blog yang baru aku temui, ternyata di sana ada komentar dari Kang Himawan. Emang rajin banget deh kalau BW.
Oh yaa, terakhir. Kang Himawan ini jaringannya cukup luas. Sampai-sampai yang komen juga banyak dari luar negeri, loh!
Lanjutkeun, kang! 😍


3. Mbak Lia (Words of The Dreamer)

Aku tak terlalu ingat kapan pertama kali bisa saling berekomentar dan saling berkunjung ke blog-nya mbak Lia. Karena aku lupa dan lelah, aku mau istirahat. Aku mau tidur dulu, lanjut besok. Siapa tau nanti sudah ingat, heheee..

Oke, sekarang aku sudah bangun. Kini, hari telah berganti.

Rasa-rasanya, Mbak Lia aku pertama kali menjumpainya di kolom komentar Om Agus. Hampir seluruh orang yang berkomentar di blog-nya Om Agus, aku akan kunjungi. Dan, salah satu orang itu adalah Mbak Lia.. 😁

Membaca blog-nya Mbak Lia menambah "wawasan" baru bagiku. Aku punya perspektif baru tentang kehidupan anak muda yang tinggal di kawasan Jabodetabek. Hoo, ternyata kehidupan orang-orang di sana seperti itu, yaak.

Walaupun kita sama-sama tinggal di Indonesia, tetapi kita punya budaya dan kebiasaan yang berbeda. Dari cerita-ceritanya Mbak Lia, aku dapat menangkap bahwa kehidupannya selalu asyik dan seru. Walaupun, pastinya ada juga banyak bagian tidak serunya. Tidak mungkin bagian ini yang banyak diceritakan, pasti yang seru-seru saja, hehehe.
Aku jadi berfikir, nampaknya asyik yaa kalau hidup merasakan asyik dan kerasnya kehidupan Ibukota Negara, tinggal, merantau dan bekerja di sana.

Terakhir, kalo ngomongin BW, Mbak Lia juga sosok yang rajin. Hampir sama seperti Om Agus maupun Kang Himawan, Mbak Lia nampaknya selalu ada di kolom komentar setiap blog-blog yang aku kunjungi. 😀

***

Masih ngomongin blog walking. sebelumnya aku meminta maaf kepada teman-teman apabila belum seluruh dari blog-nya aku kunjungi balik. Sebab, beberapa pekan terakhir sedang mendapat kesibukan urusan duniawi~

Penutup dariku, semoga event kali ini bisa menang. Sebab aku baru saja jadi anak kos, uang yang dibekali orang tua sudah sangat menipis dan hampir habis... 😂😂

Pertanyaan pada judul postingan ini sering sekali terlontar di antara kita semua. Bank syariah benar-benar syariah atau ndak, yaa?
Umumnya muncul dari dua kelompok besar. Pertama dari kelompok Islamis, yang memandang perkara hukum fiqih Islam secara ketat. Sedangkan kelompok kedua, berasal dari kelompok masyarakat awam yang masih menganggap bank konvensional adalah sama saja.

Kelompok pertama, agak meragukan bank syariah sebab sistem yang ada di bank syariah tidaklah syariah secara keseluruhan. Btw, biasanya kelompok ini berasal dari mereka yang sudah belajar ilmu agama walaupun baru pemula.
 
Sebagai contoh, dalam KPR di (beberapa) bank syariah akan ada denda jika terlambat membayar cicilan. Padahal, denda tidak boleh dilakukan, karena akan menambah harga dari harga awal akad yang telah disepakati sebelumnya. Jadi sama saja jatuhnya akan terkena riba (walaupun denda tadi tidak diambil menjadi keuntungan bank, melainkan untuk kegiatan sosial).
Eh, ngerti kan maksudnya (?)

Contoh kedua, kalau kita menabung dengan akad Wadi'ah. Itu tidaklah benar-benar Wadi'ah.
Arti dari Wadi'ah dalam Bahasa Indonesia adalah titipan. Yang namanya menitip, ya harusnya "beneran menitip". Misalnya, aku "menitipkan uang" ke bank Rp 50.000 dengan nomor seri LOF166783 (yang tertera pada lembar uangnya). Besok, apabila aku ingin mengambil "uang titipan" yang ada di bank, seharusnya mereka memberikanku uang dengan nomor seri yang sama (LOF166783). Nyatanya, mereka akan memberikan uang dengan nomor serial berbeda.
Yaa, sebenarnya memang agak susah sih kalau harus seperti itu, hahaa... 😂

Uang dengan nomor seri LOF166783

Bener, kan? Akadnya titip. Jadi orang yang kita kasih amanah untuk dititipi, tidak boleh mengelola uang yang kita titip. F
aktanya, uang titipan kita dikelola oleh Bank Syariah sehingga mereka mendapat keuntungan. Itu namanya sama saja kita meminjamkan uang ke bank, bukan menitipkan uang ke bank.

Contoh kasus ketiga, ada lagi. Namun karena aku belum terlalu faham dan ini membahas agama, takutnya malah menjadi salah. Jadi aku cukupkan sampai sini saja yaak untuk bagian pertama.. 😁😊 

Baca juga : Akad pada Bank Syariah

Lanjut ke Kelompok kedua.
Meraka pada umumnya berasal dari masyarakat umum yang belum faham mengenai bank syariah. Beberapa oknum pun sampai menganggap 'bunga' pada bank tidaklah sesuatu yang berdosa. So, kelompok ini kebanyakan menganggap bahwa bank syariah dan bank konvensional adalah sama saja.

Seperti pada postingan sebelumnya, aku telah menjelaskan bahwa bank konvensional dan bank syariah jelas-jelas berbeda sistemnya. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa kedua bank itu adalah sama. Ditambah lagi, di bank syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan para pakar yang berasal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kita siapa mau mengingkari fatwa dari MUI? Heehe..
Intinya, bank konvensional dan bank syariah itu berbeda!

Kembali ke pertanyaan awal kita. Jadi, apakah bank syariah sudah syariah?
Menurut Ustadz Abdul Somad, dan beberapa ustadz lainnya, jawabannya adlah sudah sesuai syariah, namun belum 100%.

Kenapa begitu?
Jawabannya adalah seperti yang telah aku terangkan di atas. Beberapa hal masih belum terkategorikan dalam standar syariah. Paling tidak, walaupun belum 100% syariah, hari ini mereka sedang menuju ke syariah secara kaaffah alias menyeluruh.

Bagaimana sikap kita akan hal ini?
Tentu saja seperti biasa, pertengahan. Kita moderat sahaja.
Sebab hal ini adalah darurat, maka diperbolehkan. Makan babi saja boleh, apabila tidak ditemukan makanan lain. Maka menggunakan bank syariah yang belum 100% syariah juga boleh sebab tidak ada pilihan lain.
Begitchuu..

***

Netizen julid be lyke, "Dari kemarin, kritik terus. Kamu ada solusi nggak?"
Tentu saja ada, bossque!

Setidaknya, yang aku ketahui ada tiga cara untuk mengubah sesuatu yang tidak kita sukai; Edukasi, Regulasi dan Kombinasi.

1. Edukasi
Kita mengedukasi masyarakat, dalam hal ini riba, bahwa hal itu tidaklah dibenarkan dalam agama. Berikan pengatahuan seharusnya kita begini, begini dan begini. Bukan begitu, begitu dan begitu.

Apakah cara ini efektif? Tentu saja iya. Namun cukup lambat implementasinya. Namanya juga cuma edukasi, ada masyarakat yang menerima, ada juga yang tidak. Butuh proses yang panjang untuk "mendoktrin" pemahaman kita kepada masyarakat.

Tetapi yaa tidak masalah. Perjuangan ini dikatakan berhasil bukan cepat atau lambatnya, banyak atau sedikitnya orang yang tersadarkan. Namun seberapa gigih dan konsisten kita dalam perjuangan! #Eaakk

2. Regulasi
Cara ini cukup cepat untuk mengubah suatu aturan. Teorinya simpel saja. Misalnya, kita ikut pemilu. Jadi Presiden atau Anggota DPR. Setelah terpilih, langsung saja buat undang-undang. Kita buat undang-undang yang menyatakan bahwa bank konvensional dihapus, dan seluruh bank digantikan dengan sistem syariah. Masalah selesai, bukan!

Tetapi, teorinya tidak sesimpel itu, kawan!
Tentu saja akan ada pergolakan di masyarakat. Mereka pasti akan protes, kenapa peraturan tiba-tiba langsung berubah. Pemerintah seperti pasti akan dituduh diktator, tidak mengakomodir keinginan rakyat, mengacaukan ekonomi makro, meruntuhkan daaya beli masyarakat, membuat inflasi, hanya mementingkan kelompok golongan tertentu hingga bisa saja pemerintahnya dituduh aNTeK KiLApAh dan KauM kADruN!

Jadi, cara ini memang cepat, namun kurang efektif.

3. Kombinasi
Kita gunakan cara pertama dan kedua. Sejak saat ini kita mulai mengedukasi masyarakat, perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Pasti akan mendapatkan hasilnya walaupun lama. Nanti, ketika waktu yang lama itu telah cukup, telah punya massa yang banyak, atau mayoritas masyarakat telah sadar den sepakat atas ide dan gagasan yang kita bawa (tentang keharaman riba, misalnya), kita terjun ke ranah politik praktis. Maksudnya; Kita ikut Pemilu!

Ketika kita terjun ke gelanggang pertempuran politik, kita sudah punya massa. Kita sudah punya banyak pendukung. Dan apabila terpilih, kemudian kita membuat regulasi agar misalnya seluruh bank kita perbaiki sistemnya menjadi benar-benar syariah 100%, masyarakat tidak akan kaget lagi. Masyarakat tidak akan melakukan protes kepada Pemerintah, sebab hal itu lah yang telah sangat lama mereka nanti-nantikan.

Dan, jalan ketiga inilah yang sedang aku rintis perlahan-lahan. Hehehe..
Gambar hanya pemanis! 😂


Di awal bulan Februari lalu, pemerintah meluncurkan bank baru. Bank Syariah Indonesia (BSI), dengan slogan Kuliah, BSI aja!
Eh, ndak. Itu BSI yang lain, salah tempat wowkwkkw.. 😂😂

BSI merupakan merger dari tiga Bank Syariah milik BUMN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah. Dengan bergabungnya ketiga bank tersebut, menjadikan BSI menjadi bank dengan aset terbesar ke-7 di Indonesia.

Akan tetapi, di postingan kali ini aku tidak akan membahas lebih lanjut mengenai Bank Syariah Indonesia, melainkan hanya akan membahas bank syariah saja. Paragraf di atas cuma basa-basi doang. Heeehee...

Apa itu Bank Syariah?
Menurut Wikipedia, Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha yang bersifat (haram).

Apa yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional? Tentu saja pada akad-nya. Aku telah membahas ini sebelumnya di sini.
Pada bank konvensional, apabila kamu hendak mendaftar menjadi nasabah mereka, kamu akan mendapat bunga sekian persen dari jumlah tabunganmu. Walaupun nantinya akan dipotong dengan biaya administrasi. Dan kalau kamu punya jumlah tabungan yang sedikit, sesungguhnya kamu akan rugi karena biaya administrasi akan lebih besar daripada bunga yang didapat! 😜

Sedangkan bank syariah, ketika hendak mendaftar, calon nasabah akan dihadapkan pada dua opsi akad. Yaitu mudharabah dan wadi'ah. Apa yang membedakannya?

Mudharabah adalah akad bagi hasil. Jadi uang yang kita simpan di bank syariah akan dikelola oleh mereka. Nanti keuntungan yang didapat dari pengelolaan tersebut akan diberikan kepada kita. Hal ini lah yang disebut sebagai bagi hasil.
Jadi, akad mudharabah ini mirip dengan akad bunga pada bank konvensional, bukan?

Oh yaa, satu lagi. Dalam akad mudharabah terdapat biaya administrasi per bulan. Lagi-lagi, hal ini mirip dengan bank konvensional. Dan sekali lagi, aku mengingatkan kalau kamu punya jumlah tabungan yang sedikit, sesungguhnya kamu akan rugi karena biaya administrasi akan lebih besar daripada bagi hasil yang didapat! 😝😝

Wadi'ah adalah akad titipan. Sesuai namanya, menitip. Jadi, kita tidak mendapat keuntungan apa-apa. Tidak mendapat bagi hasil. Tidak juga mengeluarkan biaya administrasi per bulan. Jadi, apabila uang kamu ada satu juta rupiah selama satu tahun dan uangnya tidak diambil-ambil selama kurun waktu tersebut, maka uangmu tetap berjumlah segitu. Tidak bertambah, tidak berkurang, insyaa Allah.
Sekali lagi, sesuai namanya. Kita cuma menitip uang ke bank. Jadi uangnya tetap.

Sebenarnya ada keuntungan lain dari akad Wadi'ah pada bank syariah ini. Terkhusus kaum mahasiswa sepertiku pada waktu itu. Butuh tempat untuk nyimpen duit yang aman, tapi kalo di bank biasa takut dengan biaya administrasi yang setiap bulan akan dipotong dari saldo kita.
Solusinya adalah di sini, di akad Wadi'ah pada bank syariah. Uangmu tidak akan berkurang!

Ayoo pindah ke bank syariah dengan akad Wadi'ah! 😀


Pekan lalu, sebenarnya ada tema khusus dari Komunitas 1 Minggu 1 Cerita (#1m1c). Temanya tentang Sadar. Namun, karena mataku masih sakit apabila menatap layar laptop dan ponsel terlalu lama, ide tulisannya baru sebatas ide saja. Belum sempat tertulis di blog, wokwok.
Eh tunggu. Sebenarnya tidak ada juga yang peduli dengan ini, sih..  😅

Oke, langsung saja.
Tulisan kali ini agak sedikit serius dan ber-faedah. Tidak seperti tulisan sebelumnya yang nir-faedah. Sesuai judulnya, kali ini aku akan bercerita dan sedikit sharing mengenai sesuatu yang telah aku ketahui, walaupun hanya sedikit saja, ehehe..
Diskusi, kritik dan saran yang membangun akan tulisanku ini amat terbuka nantinya di kolom komentar. Namun, janganlah pula kita berdebat kusir, tidak ada gunanya! 😁

Pertama, kita ketahui bersama bahwa hari ini ada dua jenis bank. Bank Ribawi alias Bank Konvensional, dan Bank Syariah. Apa yang membedakan keduanya?
Secara zhohir, di Bank Syariah satpamnya mengucapkan Assalamu'alaykum, Selamat datang di Bank Syariah ketika kita masuk ke sana. Sedangkan Bank Konvensional, satpam hanya mengucapkan Selamat pagi, selamat datang!
Selain itu, karyawan perempuan di Bank Syariah berjilbab semua. Sedangkan di Bank Konvensional, tidak semuanya mengenakan jilbab.


Paragraf di atas tidak serius, yaa. Walaupun faktanya demikian, hehe.
Pada prinsipnya, perbedaan kedua jenis bank 'hanya' terletak pada akad atau perjanjiannya.

Izinkan aku memberi contoh yang agak ekstrem terkait pentingnya akad.
Misal Ani dan Budi telah melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan hubungan badan alias skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tenang, tanpa takut digebrek oleh warga, sebab mereka telah sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, selain menyenangkan juga berpahala.

Namun, kita lihat teman mereka. Misal namanya Ana dan Joko. Apabila mereka belum melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tidak tenang, takut digebrek oleh warga, sebab mereka belum sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, walaupun menyenangkan, tetapi berdosa.
Begitu pentingnya akad, bukan!

Sependek pengetahuanku, tolong koreksi kalau salah, dalam Bank Konvensional akad-nya tidaklah sesuai syariah. Itulah sebabnya muncul Bank Syariah.
Simpelnya, di Bank Konvensional terjadi transaksi peminjaman uang, kemudian pembayaran dari pinjaman ternya dilakukan dengan harga yang berbeda. Misal, kamu pinjam uang Rp 100.000.000 untuk membeli rumah, maka kamu harus membayar uangnya seharga Rp 110.000.000. Sebab di sana akan ada bunga 10%.

Di sini lah letak titik kritisnya. Jika akad di awal adalah meminjam, maka dalam aturan syariah harus dikembalikan sesuai dengan pinjaman awal.
Pinjam Rp 100.000.000, harus dikembalikan juga seharga Rp 100.000.000. Tidak boleh lebih.
Apabila berlebih, di situ letak riba-nya, dan riba adalah haram.

Mari kita lihat pada Surat Al-Baqarah ayat 275; Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

Dengan acuan ayat di atas, Bank Syariah didirikan. Mari simak cerita di bawah ini, dengan cerita yang mirip dengan paragraf di atas, tapi dikemas dengan kacamata syari.

Misal, kamu hendak meminjam uang ke Bank Syariah sebanyak seratus juta rupiah. Tentu saja mereka tidak akan meminjamkan, elo siape tong! 😜

Oke, kini kita serius kembali. Ehehe..
Bank Syariah tidak akan meminjamkan karena dalam aturan syariah tidak boleh mengambil keuntungan dari hal tersebut.
Solusinya bagaimana? Mereka akan melakukan akad jual beli.

Bank akan membeli rumah ke developer seharga Rp 100.000.000, kemudian bank menjual rumah tersebut kepada kamu dengan harga Rp 110.000.000.
Tidak ada riba di sana, adanya jual beli. Simpel, kan!

Dalam kasus di atas, persamaannya adalah baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah sama-sama akan mendapat uang sebesar Rp Rp 110.000.000, atau dengan keuntungan Rp 10.000.000.
Namun, untuk memperolehnya didapat dengan cara yang berbeda. Bank Konvensional mendapat keuntungan dari meminjamkan uang (ini riba, haram), sedangkan Bank Syariah mendapat keuntungan dari hasil jual beli (ini halal).

Kasusnya juga sama seperti contoh sebelumnya. Kisah yang terjadi pada Ani-Budi dan Ana-Joko. Skidipapap-wadidaw yang dilakukan oleh pasangan Ani dan Budi adalah sah dan berpahala, sebab akad mereka benar.
Sedangkan Ana dan Joko ber-skidipapap-wadidaw malah berdosa, karena tidak ada akad yang diatur secara syari disana.
Padahal, kedua pasangan itu sama-sama ber-skidipapap-wadidaw-ria bersama. Yang satu halal, yang satu haram. Hueheuehee...

Well, sampai sini dulu saja yaak pembahasan mengenai ini. Mataku sudah sakit kembali, kapan-kapan dilanjutkan, insyaa Allah!

Apa yang ada di benakmu tentang judul postingan kali ini? Apakah aku 
hendak menikah muda? 
Tentu saja tidak, kawan! Hehehe... 
Postingan ini akan membahas mengenai salah satu novel karya Mbak Thessa, yang alhamdulillah aku kemarin mendapatkannya secara gratis, sebab aku menang give away dari belio langsung dong.. 😁😎

Awalnya, aku mengira novel ini adalah novel romance remaja pada umumnya, namun sedikit berbau Islami. Sebab kita tahu sendiri, hari ini anak muda kita banyak sekali disusupi propaganda bahwa nikah muda itu ena(k) (terutama dari sebagian kelompok Islam yang sangat semangat mengampanyekan propaganda ini di media sosial). Pasti ini adalah berkisah tentang akhi-ukhti yang saling jauh cinta, kemudian mereka ber-ta'aruf, menikah di usia muda, punya anak lima dan hidup bahagia selamanya.
Ternyata aku salah!

Cerita dari novel ini tidak eksklusif untuk agama tertentu saja. Sebab tokohnya tidak ada disebutkan bahwa mereka sedang sholat di masjid kah, atau ke gereja kah, atau ke pura kah. Tidak. Jadi ini cerita sebenarnya sangat universal.
Walaupun, ternyata di tengah cerita diketahui bahwa mereka beragama Islam, sebab ada prosesi Akad Nikah dan Khutbah Nikah, serta diceritakan bahwa calon pengantinnya tengah mengurus urusan administrasi pernikahan ke KUA. Ini sudah jelas agama tokohnya adalah Islam! 😁

Tokoh
Ada tiga tokoh sentral dalam novel ini. Kiran, Keno dan Aji.
Kiran dan Keno telah bersahabat baik sejak SMP dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran ketika SMA.
Sedangkan Aji adalah orang ketiga, seorang "om-om" yang sukses merusak hubungan kedua bocah tersebut.
Selain itu, ada ayahnya Kiran seorang karyawan bank (atasan Aji di kantor), orang tua Keno yang merupakan pebisnis sukses, Mia sahabat dari Kiran, dan beberapa tokoh pendukung lainnya.

Premis
Kiran ingin hubungannya dengan Keno direstui ayahnya, akan tetapi ayahnya hendak menjodohkannya dengan Aji.
Dari premis ini, kamu pasti sudah kebayang, gimana kira-kira konflik yang bakal terjadi dalam novel ini.

Ringkasan Cerita
Pada bab-bab awal di sini, sukses membuatku ngaqaq.
Bukan karena buku ini adalah bergenre komedi, tetapi kelakukan Kiran dan Keno sepertinya adalah kelakuanku beberapa tahun yang lalu. Kelakuan anak sekolah yang sedang jatuh cinta, yang tampak sangat konyol.
Aku jadi bergumam dalam hati, Sokonyol itukah diriku beberapa tahun yang lalu?

Kekonyolan apa itu?
Saat itu adalah hari-hari pertama di SMA, Kiran dan Keno belum berpacaran. Kiran sedang merasa kangen setengah mati kepada Keno, karena ternyata mereka tidak satu kelas. Di malam hari, Kiran ingin sekali mengungkapkan kerinduannya dengan cara mengirim chat WA ke Keno. Namun, ternyata Keno duluan yang mengirmnya chat.
Hei Kitty. Gimana hari pertama tadi?
Gue bosen banget nih enggak ada lo di belakang  gue.

Kiran girang bukan main sambil bibir yang tersenyum merekah mengatahui mendapat chat dari Keno.
Memang gue ngangenin sih, Hahaha...
Hari pertama gue juga ngebosenin. BANGET!

Akhirnya, kedua bocah SMA itu terus ber-chatting ria hingga larut malam. Saking girangnya, Kiran hendak mengabari sahabatnya, Mia, akan hal itu.
Mii.. masa dia nge-WA gue?
Hehehe... He just made my day.

Setelah pesan dikirim, Kiran tertidur dan di tengah malam ia bangun. Ketika melihat ponselnya, bukan pesan yang dibalas Mia, melainkan dari Keno. Kiran salah kirim pesan! WOWKWWKKWWKWKWK

Tahukah kamu, aku merasa cerita di bagian ini, gue banget. Aku terkadang melakukan hal itu, dan apabila si doi mengirim chat kepadaku.
Tetapi, aku tidak pernah sampai salah kirim seperti itu yaaak. Hahaa.

Sebelumnya, aku juga telah membaca review dari Blogger yang lain. Ternyata kami punya pemikiran yang sama. Bagian awal novel ini juga membuat mereka ngakak, sebab mengingatkan flashback masa-masa putih abu-abu beberapa (belas) tahun yang lalu.
Fiks! Misi Mbak Thessa telah berhasil dalam hal ini.

Kembali fokus ke premis.
Kenapa ayahnya Kiran hendak menjodohkannya dengan Aji? Kenapa tidak merestui dengan Keno? Intinya karena ayahnya telah sakit-sakitan dan takut nanti jika Kiran tidak ada yang mengurus (Ibu Kiran sudah meninggal). Jadi lebih baik disuruh nikah saja.

You Know What? Jujur, aku sangat terkejut dan gemesh dengan alasan ayahnya yang terkesan kolot.
Gimana dengan Kiran? Awalnya ia bingung, namun pada akhirnya ia menuruti permintaan ayahnya. Sebab ayahnya lebih berarti dari Keno dalam kehidupannya. Walaupun pilihan itu sebenarnya sangat sulit.

Gimana dengan sosok Aji? Waah, awalnya aku sebagai pembaca tidak suka dengan tokoh ini. Aji telah resmi mengganggu cerita cinta Kiran dan Keno. Aji ini pada awalnya tidak disukai oleh Kiran karena ia sangat ngeselin.
Apakah kemudian Aji akan menikah dengan Kiran? Jawabannya iya!
Bayangin, ada seorang om-om nikah sama anak SMA. Keren banget mbak Thessa buat cerita.. 😆

Di novel juga diceritakan saat malam pertama mereka. Kiran amat sangat ketakutan pada awalnya, sebab ada lelaki "asing" yang masuk ke kamarnya.
"Sayang, kamu ingat kan kata Ustadz tadi dalam Khutbahnya. Seorang istri harus menuruti perintah suaminya.." Aji mengatakan itu seraya melepas pakaiannya dan nampaknya hendak melucuti pakaian istrinya. WOYY AJI SABAR WOYY WOWWKWK.

You Know What? Pada akhirnya, malam itu ternyata tidak ada adegan 17++ di sana. Aji hanya bercanda dan gemas melihat wajah Kiran yang nampak sangat ketakutan. Kiran masih menjadi gadis yang suci malam itu.
Penonton kecewa!

Di esok hari, ternyata ayah Kiran meninggal. Praktis, Kiran kini pindah ke rumah milik Aji. Singkat cerita, Kiran jatuh sakit. Aji mengira karena dia terlampau sedih atas kepergian ayahnya.

Teman-teman Kiran datang menjenguk, termasuk Mia sahabatnya. Di luar kamar opname rumah sakit, akhirnya Mia menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Aji sangat terkejut bahwa ternyata ia telah merusak hubungan Kiran dan Keno. Pantas saja Kiran sangat dingin kepadanya. Kiran menerima lamarannya karena pemintaan ayahnya, bukan karena keinginannya sendiri.

Di saat yang sama, Keno kembali hadir dalam hidup Kiran. Keno mengirim chat WA, mengabarkan ia sedndan itu membuat Kiran kembali bersemangat.
Komentarku; WOYY KENO, TOBAT! DOSA TAUUK! LU GA BOLEH REBUT ISTRI ORANG!! DASAR PEBINOR!!

Skip.. Skip...
Keno akhirnya datang hendak menjenguk Kiran, yang telah diizinkan oleh Aji. Di malam hari, Aji mengatakan kepada Kiran bahwa ia telah mengetahui semuanya. Aji mengizinkan Kiran untuk memilih. Silahkan pilih atas keinginnannya sendiri, jangan karena terbebani oleh ayahnya lagi.

Aji kembali melanjutkan, "Besok, aku harus dinas ke Singapura. Kamu bisa pergunakan waktumu untuk bersama Keno. Setelah itu, silahkan pikirkan kamu mau pilih aku atau Keno."

***

Udah, review-nya sampai sini saja yaaak. Cerita lengkapnya silahkan baca bukunya, hiiihi.
Menurutmu, apakah di akhir cerita Kiran akan memilih kembali bersama Keno atau tetap pada Aji? Share di kolom komentar yaa!

Oh yaa, terakhir. Menurutku. Tokoh Kiran ini, bisa jadi terinspirasi dari tokoh nyata. Jangan Kiran adalah representasi dari Mbak Thessa sendiri. Hahaa..
Sebab diceritakan bahwa Kiran sangat nge-fans dengan Harry Potter. Di sisi lain, Mbak Thessa sering sekali membahas Harry Potter juga.
Hal ini, sama seperti aku mengira tokoh Dilan, mungkin saja adalah representasi penulisnya sendiri (Kang Pidi Baiq), atau Fahri dalam Ayat Ayat Cinta, jangan-jangan adalah Kang Abik itu sendiri! 😁


Gambar di atas memperlihatkan seorang perempuan berhijab merah. Duduk persis di hadapanku. Saat ini, gelasnya telah habis isi minumannya. Padahal, tiga belas menit yang lalu penuh berisi milk-shake. Ia kemudian hendak bersiap mengambil sepotong kentang yang tersisa di atas piring, setelah drama kecil-kecilan yang tidak penting.

Kamu saja yang habiskan!
Ndak, kamu saja!
Jangan, kamu!
Aku udah kenyang.
Gitu aja terus sampe kiamat.. -_-

***

Banyak kejadian random yang telah aku lalui di bulan ini. Banyak senangnya. Walaupun hanya kesenangan dunia semata. Jika ditilik dari kacamata yang aku pakai, sebenarnya kesenangan tersebut tidaklah senang. Sifatnya semu belaka. Tidak abadi.

Jadi, setidaknya ada tiga kesenangan duniawi yang baru saja aku dapatkan. Apa saja itu?
Silahkan disimak dengan saksama! :))


1. Pertama kali nge-date berduaan dengan perempuan

Iya, beneran ini ga bohong kwkwkkw. Aku juga tidak menyangka, ternyata aku punya nyali seberani ini. Rasanya, aku ingin sekali berteriak. Ibunda, saksikanlah ananda! Akhirnya aku bisa mengajak jalan anak gadis orang!

Beberapa hari yang lalu, ketika aku bercerita kepada salah satu temanku akan hal ini, dia cukup histeris. Akhirnya kamu bisa suka sama perempuan juga, yaa!
Entahlah, selama ini aku sering di-bully atau diejek dengan sebutan Maho; Manusia Homo. Aku tidak pernah merasa terhina atau marah, sih. Sebab aku memang bukan seorang Maho.
Kenapa orang-orang pada memanggilku begitu? 
Karena teman-temanku tidak pernah melihatku mendekati atau sampai jatuh cinta kepada perempuan (?).
Padahal mah kalo jatuh cinta ga perlu diumbar-umbar. Yaa kan, hoohoooho..

Skip.. Skip..
Kami saat itu memilih untuk nongki di salah satu cafe. Menghabiskan waktu untuk ngobrol ngalor-ngidul. Dari hal penting sampai tidak penting.
Kemudian, jujur saja. Ketika aku berdua-duaan bersama seorang perempuan (nge-date, kata orang), dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Kenapa? Sebab dalam circle pertemananku yang lain, ini adalah hal yang tabu. 

Fyi, aku adalah anggota organisasi Kerohanian Islam (Rohis) sejak SMA hingga di kampus. Pun ketika telah lulus kuliah, kegiatan Rohis seperti kajian keislaman dan majelis taklim tetap berjalan. Yaa kali kuliahnya selesai, pengajiannya juga selesai. Wowkwk.
Di Rohis, didoktrin diajarkan bahwa interaksi antara laki-laki dan perempuan tidak boleh terlalu bablas. Harus ada batas. Itu sebabnya aku mengatakan aku pergi berdua-duaan dengan perempuan adalah hal yang tabu bagi anak Rohis.
Baca selengkapnya tentang ceritaku jadi anak Rohis; Pembatasan Sosial, Aku dan Kamu. Sebuah Auto Kritik?

Ada hal yang menjadi sebuah plot twist. Coba tebak siapa perempuan yang aku ajak jalan kemarin? Doi juga anak Rohis, wkwkwkw.
Jadi, kesimpulannya adalah kami berdua sembunyi-sembunyi untuk nge-date. Takut-takut ada paparazi mengirim foto kami berdua ke grup WhatsApp. Apalagi kalo adik tingkat yang melihat, bakal lebih berabe urusannye.

Pertemuan itu diakhiri beberapa menit sebelum adzan Maghrib. Sebelum itu, aku hendak membayar makanan dan minuman kami ke kasir. Namun, apa boleh dikata, uangku saat itu kurang. Aku lalu meminjam uang si doi Rp 50.000. Total belanjaannya Rp 58.000. Jadi, aku hanya keluar uang Rp 8.000.
Ketika aku bilang nanti aku ganti, aku transfer saja uangnya. Katanya tidak usah. Tidak usah repot-repot mengganti. Kita kan sudah berteman baik, sudah seperti saudara sendiri.
Di dalam hati aku kembali berteriak. Tuhan, uangku hari ini kembali aman.

Selepas itu, aku berkesempatan mengantarnya pulang ke rumah. Jadi, aku bisa bersilaturahmi dan berbincang sesaat kepada orangtuanya. Oh yaa, jangan dipikir kalo mengantarnya dengan cara aku memboncengnya dengan naik motorku. Tidak.
Kami naik motornya sendiri-sendiri. Namanya juga nge-date "syar'i".
Canda syar'i, Hahaha!

Kembali ke pernyataanku di paragraf awal. Kenapa kesenangan ini tidak abadi? Yaa karena doi hanya menganggap hubungan kami sebuah pertemanan biasa. Tidak lebih. Sedangkan aku berharapnya lebih dari sekedar teman. Namun ternyata cinta bertepuk sebelah tangan #eaakk.
Cerita lebih lengkap, telah ditulis di post Menjadi Pacar Sewaan.


2. Mengurus SKCK

Apa fungsi dari Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias SKCK? Tentu saja untuk salah satu syarat dalam melamar pekerjaan.
Kenapa bagiku, mengurus SKCK dianggap hal yang menyenangkan? Sebabnya sih simpel. Bukan karena SKCK-nya, tetapi karena orangnya. Aku pergi ke Polrestabes bersama seseorang yang... Ehehhee.

Muncul pertanyaan baru. Siapakah orang itu? Apakah orang yang sama pada poin pertama? Jawabannya tentu saja berbeza!
(Haters pasti bakal bilang kalo aku seorang crocodile 😆)

Mas, bisa temenin aku ke buat SKCK ke Polresta kan?
Ujar si dia saat itu dalam pesan via WhatsApp. Tentu saja aku bersedia. Dengan senang hati hiiihi.
Maka, saat itu aku juga ikut membuat SKCK karena sudah kepalang berada di sana. Siapa tahu butuh.

Lagi-lagi, bisa berdua-duaan bersama perempuan, adalah hal yang menyenangkan. Walaupun kali ini ber-dua-du-an-nya hanya di kantor polisi sambil menunggu SKCK-nya jadi.
So, saat itu kami "nge-date" di ruang tunggu kantor polisi. Sungguh so sweet syekalii..

Sama seperti poin pertama. Kesenangan ini pun tidaklah abadi.
Selama menunggu proses keperluan surat-surat kami kelar, aku berekspetasi bahwa kami akan mengobrol dengan ramah, akrab dan penuh kehangatan. Tapi nyatanya, dia lebih banyak hanya diam saja. Lebih sibuk dengan ponsel terbarunya.
Heyy, tahukah kamu kita sudah lama tak bertemu. Aku sudah menahan rindu yang menggebu-gebu. Kenapa kau seolah tak acuh kepadaku?
Ingin rasanya aku berteriak kepadanya seperti itu saat itu.

Untuk menumpahkan kekesalan itu, karena kami diem-dieman padahal duduk sebelahan. Aku ikut mengambil ponselku. Larut dalam kesibukan untuk menatap layar ponselku sendiri, alih-alih menatap wajahnya yang putih bersih.
Aku kemudian membuat sebuah sajak yang aku post di blog ini. SKCK judulnya. Silahkan dibaca: ))

Oh yaa, hampir lupa. Si dia juga sama seperti si doi. Sama-sama anak Rohis juga.
Aku akhirnya berbaik sangka, kenapa dia seolah menjaga jarak denganku. Mungkin, dia inginnya kami saling ghadul bashar, alias menjaga pandangan. Hehehe...


3. Dijanjikan dapat pekerjan

Dari kesenangan yang dijelaskan pada poin pertama dan kedua (dua-duanya retjeh dan tidak penting). Poin ini akhirnya serius. Sekira dua pekan yang lalu, aku mendapat chat dari Kang Rasyid. Belio adalah guru ngajiku, sekaligus tetanggaku, sekaligus seniorku di kampus. Bedanya cukup jauh, tiga belas tahun!

Kamu sudah dapat kerja atau belum?
Kang Rasyid mengirim pesan itu ketika membalas status WhatsApp-ku. Belio memberikan info bahwa ada lowongan kerja di perusahaannya saat ini. Sebab bulan depan belio hendak resign, dan butuh pengganti posisi yang ditinggalkannya.

Belio menyarankanku untuk segera kirim lamaran, nanti kalau diterima dia janji akan bantu mengajari apa-apa saja yang harus dikerjakan di sana. Walaupun Kang Rasyid juga tidak janji apakah aku pasti diterima atau tidak. Sebab bukan belio yang menyeleksi calon karyawan baru. 

Dengan penuh semangat, di esok hari aku mengirim lamaran. Dilengkapi dengan CV, ijazah, transkrip nilai dan dokumen pendukung lainnya. Namun hingga hari ini masih belum ada kabar dari perusahaan tersebut.

Dua hari yang lalu, aku kembali bertanya kepada Kang Rasyid. Bagaimana kelanjutan tawaran pekerjaan kemarin. Ternyata belio bilang tidak tahu. Sebab beberapa hari terakhir sedang tidak masuk ke kantor. Belio sedang sakit dan tengah menjalani isolasi mandiri. Aku mengucapkan semoga lekas sembuh. Belio bilang nanti kalau sudah masuk ke kantor dan ada kabar terbaru lagi, akan diberi tahu.

Nampaknya kesenangan ketiga ini juga akan sama seperti kesenangan pada poin pertama dan kedua. Sementara dan tidak abadi.
Aku sudah senang karena dikira akan segera mendapat kerja, namun nyatanya kesenangannya juga semu. Sudah dua pekan tidak berkabar. Mitosnya, apabila dua pekan tidak ada respon dari HRD, berarti lamarannya ditolak.
Tapi yaa gitu, balik-balik ke takdir dan rejeki orang masing-masing, sih. Tidak usah risau.
Bahkan, seekor semut kecil hitam yang bersembunyi di balik batu hitam di malam hari yang gelap, rejekinya juga sudah dijamin oleh Allah, kok!

Oh yaa, adakah hubungan poin ketiga dan poin kedua? Tentu saja ada, dong.
Selain rekurtmen untuk jurusanku, Teknik Elektro, ternyata perusahaan tersebut juga membuka lowongan untuk jurusan Akuntansi. Maka aku mengabari si dia untuk ikut melamar juga (jadi ketahuan deh kalo si dia adalah anak Akuntansi 😅).
Oleh sebab itu, dia meminta pertanggung jawabanku untuk menemaninya membuat SKCK. Hahahaa!

***

Ada seorang yang bertanya padaku. Kenapa aku harus mem-publish kisah yang cukup privasi seperti ini?
Apakah kamu tidak risih atau malu jika kehidupan nyatamu yang ternyata tidak penting itu diketahui banyak orang?

Aku kemudian berfikir sejenak. Benar juga ya!
Tapi biarin deh, toh pembaca di sini juga banyak yang tidak mengenalku secara nyata di riil-lyfe. Mereka juga banyak yang tidak tahu, apakah kisah yang dituliskan benar-benar nyata 100%, atau boleh jadi banyak yang dikarang-karang belaka? Tidak tahu kan, hehehe.

Dan, terakhir. Tulisan ini dibuat untuk ikutan challange dari Mbak Creameno; CR Challange #2.

Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut Kumparan, Masjid ini dibangun pada tahun 2000-an di tanah milik Gubernur Sumatera Selatan saat itu; Syahrial Oesman. Beliau meng-hibah-kan tanah miliknya untuk dibangun menjadi masjid.

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang, terletak di Perumahan Amin Mulya, Kecamatan Jakabaring, Palembang. Daerah ini merupakan kawasan perumahan elit yang ada di Palembang. Masjid ini dibangun atas inisiasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Palembang untuk menghormati salah satu tokoh terkenal asal Tiongkok yang bernama Laksamana Cheng Hoo. PITI adalah sebuah organisasi yang mewadahi para muslim beretnis Tioghoa.


Masjid Cheng Hoo adalah masjid yang punya arsitektur cukup unik. Tidak seperti masjid mainstream yang ada di Indonesia. Sebab bentuknya sangat kental dengan ke-khas-an Tionghoa. Kalau ada yang tidak tahu, atau melihat dengan sekilas, bisa saja mereka mengira bangunan ini adalah kuil.

Bagian dalam masjid ini menurutku mirip dengan tempat pertandingan di film Kung Fu.
Seandainya karpet sajadah, mimbar khotbah dan hiasan kaligrafi dilepas. Ehehe

Keunikan lain. Apabila kamu berfikir di masjid ini akan kamu jumpai banyak jama'ah beretnis Tionghoa, kamu salah besar! Di sini banyak jama'ah berwajah Pribumi eh, Melayu dan Jawa. Sama seperti masjid pada umumnya.

By the way, aku pernah baca salah satu artikel di Internet dan video di Youtube. Katanya, di beberapa negara tertentu apabila ada kelompok etnis tertentu membangun masjid. Yang akan meramaikan masjidnya hanya dari etnis mereka saja. Misal, masjid yang dibangun etnis X, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis X. Masjid yang dibangun etnis Y, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis Y. Masjid yang dibangun etnis Z, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis Z.

Bersyukur kita tidak seperti itu. Inilah hebatnya Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Yaa namanya masjid, kamu dari suku apapun tidak ada larangan. Tinggal masuk saja, ibadah sepuas hati.

Menara masjid

Foto yang diambil dari lantai dua masjid

Masjid Cheng Hoo di malam hari

Kembali kita membahas siapa itu Laksamana Cheng Hoo.
Beliau dikenal sebagai seorang pelaut dari negeri Tiongkok yang beragama Islam. Namun, beberapa sumber yang aku baca di internet seperti Historia.id atau Tagar.id. Ternyata beliau bukanlah seorang Muslim, melainkan penganut Budha. Namun, kebenaran ini masih diperdebatkan.
Wallahu a'lam.

Oh yaa, Masjid Cheng Hoo terdapat di beberapa kota di Indonesia, kan. Tidak hanya di Palembang.
Apakah di kotamu juga ada Masjid Cheng Hoo? Share di kolom komentar, yaaak!
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes