Gambar di atas memperlihatkan seorang perempuan berhijab merah. Duduk persis di hadapanku. Saat ini, gelasnya telah habis isi minumannya. Padahal, tiga belas menit yang lalu penuh berisi milk-shake. Ia kemudian hendak bersiap mengambil sepotong kentang yang tersisa di atas piring, setelah drama kecil-kecilan yang tidak penting.
Kamu saja yang habiskan!
Ndak, kamu saja!
Jangan, kamu!
Aku udah kenyang.
Gitu aja terus sampe kiamat.. -_-
***
Banyak kejadian random yang telah aku lalui di bulan ini. Banyak senangnya. Walaupun hanya kesenangan dunia semata. Jika ditilik dari kacamata yang aku pakai, sebenarnya kesenangan tersebut tidaklah senang. Sifatnya semu belaka. Tidak abadi.
Jadi, setidaknya ada tiga kesenangan duniawi yang baru saja aku dapatkan. Apa saja itu?
Silahkan disimak dengan saksama! :))
1. Pertama kali nge-date berduaan dengan perempuan
Iya, beneran ini ga bohong kwkwkkw. Aku juga tidak menyangka, ternyata aku punya nyali seberani ini. Rasanya, aku ingin sekali berteriak. Ibunda, saksikanlah ananda! Akhirnya aku bisa mengajak jalan anak gadis orang!
Beberapa hari yang lalu, ketika aku bercerita kepada salah satu temanku akan hal ini, dia cukup histeris. Akhirnya kamu bisa suka sama perempuan juga, yaa!
Entahlah, selama ini aku sering di-bully atau diejek dengan sebutan Maho; Manusia Homo. Aku tidak pernah merasa terhina atau marah, sih. Sebab aku memang bukan seorang Maho.
Kenapa orang-orang pada memanggilku begitu?
Karena teman-temanku tidak pernah melihatku mendekati atau sampai jatuh cinta kepada perempuan (?).
Padahal mah kalo jatuh cinta ga perlu diumbar-umbar. Yaa kan, hoohoooho..
Skip.. Skip..
Kami saat itu memilih untuk nongki di salah satu cafe. Menghabiskan waktu untuk ngobrol ngalor-ngidul. Dari hal penting sampai tidak penting.
Kemudian, jujur saja. Ketika aku berdua-duaan bersama seorang perempuan (nge-date, kata orang), dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Kenapa? Sebab dalam circle pertemananku yang lain, ini adalah hal yang tabu.
Fyi, aku adalah anggota organisasi Kerohanian Islam (Rohis) sejak SMA hingga di kampus. Pun ketika telah lulus kuliah, kegiatan Rohis seperti kajian keislaman dan majelis taklim tetap berjalan. Yaa kali kuliahnya selesai, pengajiannya juga selesai. Wowkwk.
Di Rohis, didoktrin diajarkan bahwa interaksi antara laki-laki dan perempuan tidak boleh terlalu bablas. Harus ada batas. Itu sebabnya aku mengatakan aku pergi berdua-duaan dengan perempuan adalah hal yang tabu bagi anak Rohis.
Ada hal yang menjadi sebuah plot twist. Coba tebak siapa perempuan yang aku ajak jalan kemarin? Doi juga anak Rohis, wkwkwkw.
Jadi, kesimpulannya adalah kami berdua sembunyi-sembunyi untuk nge-date. Takut-takut ada paparazi mengirim foto kami berdua ke grup WhatsApp. Apalagi kalo adik tingkat yang melihat, bakal lebih berabe urusannye.
Pertemuan itu diakhiri beberapa menit sebelum adzan Maghrib. Sebelum itu, aku hendak membayar makanan dan minuman kami ke kasir. Namun, apa boleh dikata, uangku saat itu kurang. Aku lalu meminjam uang si doi Rp 50.000. Total belanjaannya Rp 58.000. Jadi, aku hanya keluar uang Rp 8.000.
Ketika aku bilang nanti aku ganti, aku transfer saja uangnya. Katanya tidak usah. Tidak usah repot-repot mengganti. Kita kan sudah berteman baik, sudah seperti saudara sendiri.
Di dalam hati aku kembali berteriak. Tuhan, uangku hari ini kembali aman.
Selepas itu, aku berkesempatan mengantarnya pulang ke rumah. Jadi, aku bisa bersilaturahmi dan berbincang sesaat kepada orangtuanya. Oh yaa, jangan dipikir kalo mengantarnya dengan cara aku memboncengnya dengan naik motorku. Tidak.
Kami naik motornya sendiri-sendiri. Namanya juga nge-date "syar'i".
Canda syar'i, Hahaha!
Kembali ke pernyataanku di paragraf awal. Kenapa kesenangan ini tidak abadi? Yaa karena doi hanya menganggap hubungan kami sebuah pertemanan biasa. Tidak lebih. Sedangkan aku berharapnya lebih dari sekedar teman. Namun ternyata cinta bertepuk sebelah tangan #eaakk.
2. Mengurus SKCK
Apa fungsi dari Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias SKCK? Tentu saja untuk salah satu syarat dalam melamar pekerjaan.
Kenapa bagiku, mengurus SKCK dianggap hal yang menyenangkan? Sebabnya sih simpel. Bukan karena SKCK-nya, tetapi karena orangnya. Aku pergi ke Polrestabes bersama seseorang yang... Ehehhee.
Muncul pertanyaan baru. Siapakah orang itu? Apakah orang yang sama pada poin pertama? Jawabannya tentu saja berbeza!
(Haters pasti bakal bilang kalo aku seorang crocodile 😆)
Mas, bisa temenin aku ke buat SKCK ke Polresta kan?
Ujar si dia saat itu dalam pesan via WhatsApp. Tentu saja aku bersedia. Dengan senang hati hiiihi.
Maka, saat itu aku juga ikut membuat SKCK karena sudah kepalang berada di sana. Siapa tahu butuh.
Lagi-lagi, bisa berdua-duaan bersama perempuan, adalah hal yang menyenangkan. Walaupun kali ini ber-dua-du-an-nya hanya di kantor polisi sambil menunggu SKCK-nya jadi.
So, saat itu kami "nge-date" di ruang tunggu kantor polisi. Sungguh so sweet syekalii..
Sama seperti poin pertama. Kesenangan ini pun tidaklah abadi.
Selama menunggu proses keperluan surat-surat kami kelar, aku berekspetasi bahwa kami akan mengobrol dengan ramah, akrab dan penuh kehangatan. Tapi nyatanya, dia lebih banyak hanya diam saja. Lebih sibuk dengan ponsel terbarunya.
Heyy, tahukah kamu kita sudah lama tak bertemu. Aku sudah menahan rindu yang menggebu-gebu. Kenapa kau seolah tak acuh kepadaku?
Ingin rasanya aku berteriak kepadanya seperti itu saat itu.
Untuk menumpahkan kekesalan itu, karena kami diem-dieman padahal duduk sebelahan. Aku ikut mengambil ponselku. Larut dalam kesibukan untuk menatap layar ponselku sendiri, alih-alih menatap wajahnya yang putih bersih.
Aku kemudian membuat sebuah sajak yang aku post di blog ini. SKCK judulnya. Silahkan dibaca: ))
Oh yaa, hampir lupa. Si dia juga sama seperti si doi. Sama-sama anak Rohis juga.
Aku akhirnya berbaik sangka, kenapa dia seolah menjaga jarak denganku. Mungkin, dia inginnya kami saling ghadul bashar, alias menjaga pandangan. Hehehe...
3. Dijanjikan dapat pekerjan
Dari kesenangan yang dijelaskan pada poin pertama dan kedua (dua-duanya retjeh dan tidak penting). Poin ini akhirnya serius. Sekira dua pekan yang lalu, aku mendapat chat dari Kang Rasyid. Belio adalah guru ngajiku, sekaligus tetanggaku, sekaligus seniorku di kampus. Bedanya cukup jauh, tiga belas tahun!
Kamu sudah dapat kerja atau belum?
Kang Rasyid mengirim pesan itu ketika membalas status WhatsApp-ku. Belio memberikan info bahwa ada lowongan kerja di perusahaannya saat ini. Sebab bulan depan belio hendak resign, dan butuh pengganti posisi yang ditinggalkannya.
Belio menyarankanku untuk segera kirim lamaran, nanti kalau diterima dia janji akan bantu mengajari apa-apa saja yang harus dikerjakan di sana. Walaupun Kang Rasyid juga tidak janji apakah aku pasti diterima atau tidak. Sebab bukan belio yang menyeleksi calon karyawan baru.
Dengan penuh semangat, di esok hari aku mengirim lamaran. Dilengkapi dengan CV, ijazah, transkrip nilai dan dokumen pendukung lainnya. Namun hingga hari ini masih belum ada kabar dari perusahaan tersebut.
Dua hari yang lalu, aku kembali bertanya kepada Kang Rasyid. Bagaimana kelanjutan tawaran pekerjaan kemarin. Ternyata belio bilang tidak tahu. Sebab beberapa hari terakhir sedang tidak masuk ke kantor. Belio sedang sakit dan tengah menjalani isolasi mandiri. Aku mengucapkan semoga lekas sembuh. Belio bilang nanti kalau sudah masuk ke kantor dan ada kabar terbaru lagi, akan diberi tahu.
Nampaknya kesenangan ketiga ini juga akan sama seperti kesenangan pada poin pertama dan kedua. Sementara dan tidak abadi.
Aku sudah senang karena dikira akan segera mendapat kerja, namun nyatanya kesenangannya juga semu. Sudah dua pekan tidak berkabar. Mitosnya, apabila dua pekan tidak ada respon dari HRD, berarti lamarannya ditolak.
Tapi yaa gitu, balik-balik ke takdir dan rejeki orang masing-masing, sih. Tidak usah risau.
Bahkan, seekor semut kecil hitam yang bersembunyi di balik batu hitam di malam hari yang gelap, rejekinya juga sudah dijamin oleh Allah, kok!
Oh yaa, adakah hubungan poin ketiga dan poin kedua? Tentu saja ada, dong.
Selain rekurtmen untuk jurusanku, Teknik Elektro, ternyata perusahaan tersebut juga membuka lowongan untuk jurusan Akuntansi. Maka aku mengabari si dia untuk ikut melamar juga (jadi ketahuan deh kalo si dia adalah anak Akuntansi 😅).
Oleh sebab itu, dia meminta pertanggung jawabanku untuk menemaninya membuat SKCK. Hahahaa!
***
Ada seorang yang bertanya padaku. Kenapa aku harus mem-publish kisah yang cukup privasi seperti ini?
Apakah kamu tidak risih atau malu jika kehidupan nyatamu yang ternyata tidak penting itu diketahui banyak orang?
Aku kemudian berfikir sejenak. Benar juga ya!
Tapi biarin deh, toh pembaca di sini juga banyak yang tidak mengenalku secara nyata di riil-lyfe. Mereka juga banyak yang tidak tahu, apakah kisah yang dituliskan benar-benar nyata 100%, atau boleh jadi banyak yang dikarang-karang belaka? Tidak tahu kan, hehehe.
Dan, terakhir. Tulisan ini dibuat untuk ikutan challange dari Mbak Creameno; CR Challange #2.