20. Palembang

Saat ini menunjukkan waktu sekira setengah dua siang waktu Indonesia bagian barat, hari Minggu Ahad tanggal dua puluh tiga, bulan Desember tahun dua ribu delapan belas.
Aku tengah berada di ruang tunggu Bandara Halim Perdanakusumah untuk keberangkatan pesawat ke Palembang. Hampir tiga jam lagi pesawat kami baru berangkat. Waktu tunggu yang sangat lama.
Btw, ini masih berkisah tentang KKL, dan semoga tulisan ini Final Episode yaa. Ehehe..

Di bandara ini, walaupun berada di Jakarta, dimana-mana aku mendengar percakapan orang-orang menggunakan Bahasa Palembang. Sesuatu yang amat langka di tempat umum sejak satu pekan belakangan.
Kemudian aku mulai ingat, ini ruang tunggu penumpang untuk pesawat yang ke Palembang. Pasti banyak orang Palembang di  tempat itu. Terang saja bahasa Palembang telah bergaung sejak tadi.

Apa yang aku lakukan menunggui waktu tiga jam?
Aku hanya ber-ghibah ria bersama teman untuk menghabiskan waktu. Sampai-sampai kami sudah kehabisan stok pembicaraan. Tidak tahu mau ngomongin siapa lagi.
Maka, seperti biasa aku mengeluarkan gawai dan mulai berselancar di sana. Membuka WhatsApp, kemudian Line, Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya.
Tidak ada yang penting untuk diceritakan dalam paragraf ini.

      Baca juga ;

Akhirnya, waktu telah beranjak ke pukul enam belas alias empat sore. Kami dipersilahkan memasuki pesawat. Untuk menuju garbarata, disediakan shuttle bus. Lima menit kemudian, para penumpang telah duduk rapi di kursi masing-masing.

Oh ya, ketika masuk ke dalam pesawat. Para pramugari memberi kami sekotak kopi Nes*cafe. Kemudian, diumumkan bahwa akan ada sayembara dengan upload foto ke Instagram. Bagi yang terpilih, akan mendapat hadiah jalan-jalan ke suatu tempat di Indonesia. Aku lupa ke mana, kalau tidak salah ke salah satu pulau di Provinsi NTT, atau mungkin ke Sulawasi Utara, ya?
Karena aku adalah orang yang tidak mau kalah, aku mencoba mengikuti lomba tersebut (walaupun ternyata tidak menang).

Foto ini di-upload di Instagram. Itu bukan tanganku, tapi tangan teman di sebelahku.
Ehehe..

Setelah itu, pesawat lepas landas. Tidak ada yang spesial.
Saat itu aku duduk di sebelah perempuan ukhti-ukhti berjilbab lebar dengan tangan mungil dan gelang imut, cocok dengan warna kotak kopinya seperti yang bisa kamu lihat di foto.
(rasanya, ingin aku genggam erat tangannya)
Di sebelah si ukhti, ada ukhti lain lagi yang mengenakan jilbab, namun jilbabnya tidak selebar ukhti pertama.
Mereka semua teman satu angkatanku.

Pemandangan dari jendela pesawat

Seperti biasa, pilot menyapa para penumpang, memberi tahu ketinggian terbang dan estimasi waktu penerbangan. Beliau mengatakan bahwa penerbangan ini memakan waktu satu jam. Berbeda dengan apa yang Google katakan.


Menurut Google, waktu penerbangan hanya 20 menit. Nyatanya, satu jam.

      Baca juga ;

Akhirnya, kami tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pukul setengah enam sore. Tak lama lagi masuk waktu Maghrib. Kami semua menunggui koper dari bagasi. Cukup lama memang. Mungkin lewat jam setengah tujuh malam baru kelar segala urusan.


Suasana di Bandara SMB II, mengambil koper

Waktu menunjukkan pukul 18.20, di Bandara SMB II Palembang

Selepas itu, aku bersama teman-teman yang rumahnya searah (ke Plaju) meng-order taksi daring menuju rumah. Saat itu kami menggunakan Gr*ab. Tidak seperti ketika di Yogjakarta atau Bandung, kami menggunakan aplikasi Go*jek.
Maka, apabila waktu telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam - dua puluh lewat tiga puluh - aku telah mendapati diri berada di rumah dengan membawa koper berisi banyak oleh-oleh.



Tamat.


Terimakasih untuk kamu yang setia sudah membaca hingga dua puluh episode ini.
Mohon maaf jika ending-nya tidak ada yang greget. Bingung bagaimana mau menutupnya,
awkwokwokwwkwkwk.

Sampai jumpa di cerita perjalanan selanjutnya!
Ditulis ketika keadaan negeri masih dilanda wabah Corona..

Share:

22 komentar

  1. Baru tahu ada bagiannya sendiri untuk pesawat menuju Palembang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh bukan, maksudnya mungkin orang2 yang di dekat saya adalah mayoritas mau ke Palembang. Jadi sayup2 suara yg terdengar adalah bahasa Palembang, mbak. Gitu, eheheh

      Hapus
  2. Akhirnya selesai wkwk.. btw di foto rame2 itu aku lg nyariin mbaknya yang duduk disamping kk td wkwk. Penasaran euy.

    BalasHapus
  3. Gak perlu tes rapid dan segala tetek bengeknya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga perlu. Ini ceritanya di tahun 2018. Sdh 2 tahun yg lalu mas, hehehe. Saat itu blm ada corona

      Hapus
  4. Kenapa google dan pilot beda ya, kalo pakai google katanya cuma 20 menit, tapi kata pilotnya penerbangan membutuhkan waktu sekitar sejam.😄

    Alhamdulillah sampai dengan selamat di bandara Sultan Mahmud Badaruddin ya.😊

    BalasHapus
  5. Wah tamat, kayaknya dibukukan cukup satu buku ini :D

    BalasHapus
  6. usai KKL, next cerita wisudah kak haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saran diterima, nanti akan coba dipertimbangkan hahaha

      Hapus
  7. Akhirnya kelar ya cerita kkl nya. Boleh tu kak dijadikan buku hehe. Biar yang gagal pkl (kkl) seperti saya, bisa merasakan juga keseruannya wkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon doanya ehheheh....
      Kalo bukunya jadi, jangan idak beli yee Rena 😀😏

      Hapus
  8. akhirnya tamat juga. Pacak ini dijadike buku, lah 20 cerito, berapa ratus halaman klo dijadike buku wkwj

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung besar kertasnyo, A4 kah, atau A5. Biso jadi beda beda, wqwq

      Hapus
  9. Part of journer is the end.
    Akhirnya kelar ya kak setelah 20 bab. Bener kayak kata temen-temen diatas, bisa jadi novel ini mah. Tinggal tambahin pemanis buatan dan bumbu fiksi wkek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga beneran terbit. Terimakasih atas sarannya, Ais. Jangan lupa beneran beli kalo udah terbit 😊

      Hapus
  10. Dodo yg selesaikan serial KKLnyo, aku yang bersyukur :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah mengikuti cerita ini sampe akhir hahahaaa

      Hapus