17. Malam Terakhir

Malam ini malam terakhir bagi kita
Untuk mencurahkan rasa rindu di dada
Esok aku akan pergi lama kembali
Kuharpakan agar engkai sabar menanti
 
Rhoma Irama

***

Selepas dari Candi Prambanan, kami seyogyanya langsung menuju Kota Yogya. Namun tertunda untuk beberapa jam. Kami semua menuju suatu pasar yang ada di kompleks Candi Prambanan. Pasar tersebut menjual berbagai oleh-oleh khas Prambanan, dan terutama khas Yogyakarta.

Pihak travel memberi kami ultimatum waktu hingga adzan Maghrib. Namun kenyataannya adalah, kami tidak mengindahkan ultimatum tersebut.
Aku mendapati diri tengah bablas berbelanja oleh-oleh. Harga di sana cukup murah. Ada baju batik, dompet bercorak batik hingga tas bercorak batik. Ada lagi baju kaus oblong bertuliskan Prambanan, atau Yogyakarta dengan segala macam desain motifnya.
(Ketika tengah menulis ini, aku sedang mengenakan baju kaus oblong yang dibeli di sana).

Apabila puas berbelanja oleh-oleh, kami meninggalkan kawasan Candi Prambanan sekira pukul tujuh malam. Kami kembali memasukki bus.

Malam hari di dalam bus, maen hape teroos

Tujuan kami selanjutnya adalah Bakpia Pathok 25. Kami langsung menuju ke toko (atau, pabrik?) pusat, toko ini adalah yang paling besar dari seluruh cabang yang mereka punya.
Did you know? Bakpia adalah salah satu makanan khas Yogyakarta, dan Bakpia Pathok 25 adalah merk yang paling terkenal. Jika seibarat air mineral, Bakpia Pathok 25 mungkin satu level dengan Aqua. Heheehe...

Di toko ini, banyak sekali wisatawan dan wistawati yang tengah membeli oleh-oleh. Apalagi saat ini malam Minggu Ahad, bertambah ramai orang yang datang. Kami tiba di sana, mungkin hampir pukul delapan malam. 
Oh ya, satu hal yang menarik. Ketika kami datang ke sana, ada bakpia gratis yang boleh dicip-icip.
Strategi marketing yang menurutku cukup baik.

Rute dari Candi Prambanan menuju Bakpia Pathok 25

Setelah membeli bakpia untuk dijadikan oleh-oleh, bus kembali berjalan. Kali ini, menuju butik batik (bacanya seperti orang Jawa, bhutek bhatek, hehehe) yang harganya tidak asyik, alias.. harganya selangit.
Mayoritas produk di sana, seharga jutaan rupiah. Aku hanya melihat-lihat saja, tidak membeli.

Singkat cerita, setelah dari butik batik, kami menuju salah satu restoran yang ada di Yogyakarta. Saat itu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Para karyawan restoran yang awalnya tengah bersiap bersih-bersih dan hendak menutup restoran, kini harus sigap melayani kami.
Di sana, kami tidak hanya makan malam, namun juga sholat Isya qoshor dan Maghrib jama' qoshor, hingga tak lupa untuk.. mandi.

Di sini, masalah baru timbul. Entah kenapa, koperku tidak dapat dibuka! Wkwkekk.
Eh, ralat. Maksudku, koper yang ku bawa. Aku tidak punya koper, jadi koper tersebut adalah koper milik sepupuku yang ku pinjam.

Sejujurnya, aku sedikit cemas.
Pertama, seluruh pakaian ada di sana. Bagaimana caranya, mau tidak mau aku harus mengganti pakaian. Sudah gerah sejak pagi tidak berganti.
Kedua, sabun, pasta gigi dan sikat gigi juga ada di dalam koper. Badanku telah penuh dengan peluh. aku harus bersih. Aku harus mandi!

Pasti kamu penasaran, kenapa koper tidak dapat dibuka?
Jadi, koper tersebut memiliki pengaman pada resletingnya. Akan ada kunci yang berisi kode angka-angka tertentu, seibarat PIN pada ATM. Entah kenapa semenjak tadi siang, kode angka yang biasa dimasukkan tidak dapat membuat koper terbuka. Telah dicoba berulang-ulang, hasilnya masih nihil.

Analisis sementara; Ada orang jahil yang ingin membuka koper, dan mungkin secara (tidak) sengaja, "PIN" pada koper berubah ketika ia tengah mengotak-atik angka kode pada resleting.
Analisis selanjutnya; Orang tersebut adalah... diriku sendiri! Jleb.

Alhasil, untuk ganti pakaian, aku mengenakan baju (oleh-oleh) yang baru dibeli di pasar tadi. Sedangkan untuk celana, aku tidak dapat mengganti.
Bagaimana dengan mandi? Aku tidak dapat menggunakan sabun. Handuk pun tidak dapat diambil. Aku juga tidak dapat menggosok gigi dengan sikat gigi malam itu. Jadi, aku minta sedikit pasta gigi ke temanku, dan menggosok-gosokkannya ke gigi menggunakan ujung jari. Hahaa!
Jadi, malam itu aku hanya mandi dengan air tok!

Setelah semua kenyang, sholat sudah selesai dan mandi telah ditunaikan. Kami meninggalkan restoran itu. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul sepuluh malam.

Kami kemudian hendak ke Jakarta. Esok hari adalah jadwal penerbangan kami pulang ke Palembang melalui Bandara Halim Perdanakusumah.

Selamat tidur!

Rute dari Yogyakarta menuju Jakarta
 

Share:

6 komentar

  1. Yup, bakpia memang khas jogja. Dulu juga pas singgah disana, tidak lupa aku beli bakpia. Wuenak mantap haha

    Oiya kak, untuk pin koper yang tiba2 gak bisa dibuka, dulu aku juga pernah gitu. Nah itu terjadi karena memang gak sengaja aja gitu, bukan karena iseng orang lain. Kadang koper kita itu tertindih2 dengan barang yang lainnya, nah jadilah dia bergeser gk sengaja. Bisa itu diatasi, buka ytube byk tutorialnyašŸ¤£

    BalasHapus
  2. Baca kalimat awal auto nyanyi. Walau cuma dalam hati doang wkwk

    BalasHapus
  3. Pertama, judulnya bikin auto nyanyi meski dalam hati.

    Kedua, analisis pin kopernya sangat pro. Udah mirip detektif swasta terkenal wkkw

    BalasHapus
  4. Sama seperti 2 teman sebelumnya, pas liat judul bikin auto nyanyi haha. Bakpia itu.. penuh kenangan banget wkwk. Jadi inget niatnya jahilin temen ternyata dibeliin beneran

    BalasHapus