15. Pantai

Pagi ini matahari telah menyapa penduduk Jogja. Para pedagang sayur di pasar, ibu-ibu yang menjual sarapan di pinggir jalan, hingga anak sekolah telah merasakan hangatnya sinar mentari. Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan kami yang... kembali tidur selepas sholat Shubuh!
padahal sholatnya juga sudah kesiangan.

Ya, kami masih kelelahan setelah berkeliling di Malioboro semalam.

***

Pukul tujuh pagi, kami bersiap untuk sarapan yang telah disediakan di hotel. Suasana sarapan kali ini, begitu syahdu. Sangat mirip dengan hotel di Bandung. Bedanya, jika di sana diiringi dengan musik khas Sunda dengan suara angklung bambunya. Di sini kami diiringi dengan musik gamelas khas Jawa.

Sarapan di hotel bersama Adit dan RD, di-posting di Instagram
Selepas itu, kami kembali ke kamar masing-masing untuk tidur kembali mandi dan bersiap meninggalkan hotel. Ya, sekejap saja kami menginap di sini. Tak sampai dua puluh empat jam.
Kami kembali menaikki bus, untuk menuju Pantai Sepanjang, pantai selatan Jawa. Pantai ini masuk di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, masih di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kami berangkat sekitar pukul setengah sembilan pagi. Oh ya, seperti biasa yang dilakukan teman-teman di dalam bus adalah bermain ponsel masing-masing hingga bercengkrama satu sama lain.
Aku saat itu memilih untuk menghubungi Bude ku, Bude Menik namanya. Beliau adalah sepupu Bapak. Tinggal di Yogyakarta di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. Sama dengan tempat asal Mbah ku dulu.

Aku mencoba mengirim Bude pesan singkat melalui WhatsApp, "Bude, saya sekarang sedang ada di Jogja. Sedang KKL."
Beberapa menit berselang, Bude menjawab seperti ini, "Lha, ayo sini mampir dulu.."
Aku kembali menjawab dengan basa-basi, "Alamatnya dimana Bude?"
Sekelebat kemudian, Bude mengirim alamat tempat tinggalnya. Aku coba cek melalui Google maps, ternyata jaraknya memakan waktu satu jam setengah dari tempatku.

"Aduh, mohon maaf Bude. Tidak bisa, ternyata itu cukup jauh dari sini. Lain kali saja insyaa Allah aku akan mampir. Sebab ini sama teman-teman di bus." Aku segera memohon maaf kepada Bude.

Kemudian, aku berinisiatif melakukan video call ke Bude. Aku bercerita bahwa ini adalah kegiatan KKL dari kampus. Telah dimulai dari hari Senin, dan saat ini kami hendak menuju pantai.
Oh ya, jika kamu belum tahu. Aku belum pernah sekalipun bertemu dengan Bude Menik. Hanya tahu via WhatsApp saja, haha!

Rute menuju Pantai Sepanjang
Akhirnya, kami tiba di Pantai Sepanjang sekira pukul setengah sebelas. Agak sedikit meleset dari waktu yang diperkirakan oleh Google maps.
Sejujurnya, ini adalah kali pertamaku ke pantai. Pantai yang betul-betul laut, yaa. Bukan pantai di Palembang yang sebenarnya adalah "pantai" Sungai Musi.

Sepanjang Beach
Kata temanku, di pantai kamu akan menemukan banyak bule yang mengenakan bikini hingga tidak pakai baju. Aku tidak menemukannya di sini, padahal sudah mencarinya kesana-kemari. Tidak ada yang aneh, pakaian para pengunjungnya biasa-biasa saja.
Namun, hal yang tidak biasa-biasa saja adalah pemandangannya. Pemandangan Pantai Sepanjang, menurutku sangat menakjubkan, begitu instagaram-able.

Pantai Sepanjang
Menjelang Zhuhur, kami kembali masuk ke bus untuk kemudian menuju Pantai Drini. Jaraknya hanya satu kali bersin. Sungguh dekat, sekitar dua kilometer dengan waktu tempuh enam menit.


Rute menuju Pantai Drini
Sampai di sana, kami langsung menuju Mushollah. Hal baru tentang air kembali ku temui. Setelah di beberapa tempat sebelumnya, air yang kutemui memiliki suhu yang sejuk. Kali ini airnya beda. Karena mushollah ini berada di pantai, maka air wudhu nya berasal dari air laut. Ya, ini pertama kali aku wudhu dengan air laut. Asin sekali. Lebih asin daripada air garam yang biasa dipakai di rumah. Wajar, sih air wudhunya asin. Garam kan berasal dari laut, wkwkwk!

Setelah Sholat Zhuhur dua raka'at dan Ashar dua raka'at, kami menuju salah satu rumah makan yang ada di pantai. Kami memakan ikan goreng, tak ada yang menarik. Ikannya juga biasa saja.

Pantai Drini
Wisata di Pantai Drini, agak sedikit berbeda dengan Pantai Sepanjang. Di sini, sedikit orang yang bermain langsung di bibir pantai. Para wisatawan lebih memilih ke tempat yang ada seperti jembatan kayu berwarna-warni, bagus untuk dijadikan spot berfoto. Tiket masuknya lima ribu rupiah.
Alasan lain, mungkin karena Pantai Drini lebih banyak bukit berbatu dibanding Pantai Sepanjang yang lebih banyak pasirnya. Para wisatawan menjadi sungkan untuk bermain-main dengan batu.

Bukit berbatu di Pantai Drini
Tidak lama waktu yang kami habiskan di sini, karena saat ini adalah tengah hari. Panas sekali, kulit ku menjadi lebih gelap (padahal sudah gelap).
Efek lain dari suhu yang panas adalah, mengingatkan kita pada neraka! Hikss :((
Pantai ini saja sangat panas sekali, apalagi neraka. Pasti jauh lebih panas!


Bersama teman-teman satu bus

Pukul setengah dua siang, kami putuskan untuk menyudahi wisata di pantai ini. Kami menuju tempat lain yang tidak kalah menariknya, tempat yang sarat akan sejarah.
Akan kemana?
Nantikan saja di postingan selanjutnya! Hehee...





Oh ya, jika kamu agak bingung dengan tulisan ini,
aku sarankan untuk membaca dari sini kemudian ke Part 1.

Share:

11 komentar

  1. Balasan
    1. Kapan-kapan harus ke pantai lagi mbak nya hehe...
      btw Thx udah mampir

      Hapus
  2. Kalo saya mah, cuma pernah liat pantai musi aja 😂 sekalipun blom pernah liat pantai beneran 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah tinggal di Palembang jg nih? dimananya?
      btw Thx udah mampir

      Hapus
  3. Jadi inget pertama kali ke pantai dan ngerasain berdiri di atas pasir pantai.. di Lampung tepatnya hehe. Gak penting ya 😅.

    BalasHapus
  4. Bisa sebanyak ini yah cerita tentang KKL nya, ini udah part yang ke berapa sih kak? menarik banget sih cerita masa KKL nya wkwk

    BalasHapus
  5. Jadi pengen ke pantai lagi setelah sekian tahun tidak kesanaa. Eh maksudnya ke pantai panjang bengkulu. Deket seoalnya wkwk

    BalasHapus
  6. Bukan 'mbah ku' tapi 'mbahku', terus bukan 'kutemui' tapi 'ku temui'

    BalasHapus
  7. Padahal makan ikan disana mantap-mantap. Gede, fresh, ditambah side dish yang waw. Kalo rasanya biasa-biasa saja mestinya transfer lauk ke aku dong wkwwkk

    BalasHapus