Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.


Pekan lalu, sebenarnya ada tema khusus dari Komunitas 1 Minggu 1 Cerita (#1m1c). Temanya tentang Sadar. Namun, karena mataku masih sakit apabila menatap layar laptop dan ponsel terlalu lama, ide tulisannya baru sebatas ide saja. Belum sempat tertulis di blog, wokwok.
Eh tunggu. Sebenarnya tidak ada juga yang peduli dengan ini, sih..  😅

Oke, langsung saja.
Tulisan kali ini agak sedikit serius dan ber-faedah. Tidak seperti tulisan sebelumnya yang nir-faedah. Sesuai judulnya, kali ini aku akan bercerita dan sedikit sharing mengenai sesuatu yang telah aku ketahui, walaupun hanya sedikit saja, ehehe..
Diskusi, kritik dan saran yang membangun akan tulisanku ini amat terbuka nantinya di kolom komentar. Namun, janganlah pula kita berdebat kusir, tidak ada gunanya! 😁

Pertama, kita ketahui bersama bahwa hari ini ada dua jenis bank. Bank Ribawi alias Bank Konvensional, dan Bank Syariah. Apa yang membedakan keduanya?
Secara zhohir, di Bank Syariah satpamnya mengucapkan Assalamu'alaykum, Selamat datang di Bank Syariah ketika kita masuk ke sana. Sedangkan Bank Konvensional, satpam hanya mengucapkan Selamat pagi, selamat datang!
Selain itu, karyawan perempuan di Bank Syariah berjilbab semua. Sedangkan di Bank Konvensional, tidak semuanya mengenakan jilbab.


Paragraf di atas tidak serius, yaa. Walaupun faktanya demikian, hehe.
Pada prinsipnya, perbedaan kedua jenis bank 'hanya' terletak pada akad atau perjanjiannya.

Izinkan aku memberi contoh yang agak ekstrem terkait pentingnya akad.
Misal Ani dan Budi telah melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan hubungan badan alias skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tenang, tanpa takut digebrek oleh warga, sebab mereka telah sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, selain menyenangkan juga berpahala.

Namun, kita lihat teman mereka. Misal namanya Ana dan Joko. Apabila mereka belum melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tidak tenang, takut digebrek oleh warga, sebab mereka belum sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, walaupun menyenangkan, tetapi berdosa.
Begitu pentingnya akad, bukan!

Sependek pengetahuanku, tolong koreksi kalau salah, dalam Bank Konvensional akad-nya tidaklah sesuai syariah. Itulah sebabnya muncul Bank Syariah.
Simpelnya, di Bank Konvensional terjadi transaksi peminjaman uang, kemudian pembayaran dari pinjaman ternya dilakukan dengan harga yang berbeda. Misal, kamu pinjam uang Rp 100.000.000 untuk membeli rumah, maka kamu harus membayar uangnya seharga Rp 110.000.000. Sebab di sana akan ada bunga 10%.

Di sini lah letak titik kritisnya. Jika akad di awal adalah meminjam, maka dalam aturan syariah harus dikembalikan sesuai dengan pinjaman awal.
Pinjam Rp 100.000.000, harus dikembalikan juga seharga Rp 100.000.000. Tidak boleh lebih.
Apabila berlebih, di situ letak riba-nya, dan riba adalah haram.

Mari kita lihat pada Surat Al-Baqarah ayat 275; Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

Dengan acuan ayat di atas, Bank Syariah didirikan. Mari simak cerita di bawah ini, dengan cerita yang mirip dengan paragraf di atas, tapi dikemas dengan kacamata syari.

Misal, kamu hendak meminjam uang ke Bank Syariah sebanyak seratus juta rupiah. Tentu saja mereka tidak akan meminjamkan, elo siape tong! 😜

Oke, kini kita serius kembali. Ehehe..
Bank Syariah tidak akan meminjamkan karena dalam aturan syariah tidak boleh mengambil keuntungan dari hal tersebut.
Solusinya bagaimana? Mereka akan melakukan akad jual beli.

Bank akan membeli rumah ke developer seharga Rp 100.000.000, kemudian bank menjual rumah tersebut kepada kamu dengan harga Rp 110.000.000.
Tidak ada riba di sana, adanya jual beli. Simpel, kan!

Dalam kasus di atas, persamaannya adalah baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah sama-sama akan mendapat uang sebesar Rp Rp 110.000.000, atau dengan keuntungan Rp 10.000.000.
Namun, untuk memperolehnya didapat dengan cara yang berbeda. Bank Konvensional mendapat keuntungan dari meminjamkan uang (ini riba, haram), sedangkan Bank Syariah mendapat keuntungan dari hasil jual beli (ini halal).

Kasusnya juga sama seperti contoh sebelumnya. Kisah yang terjadi pada Ani-Budi dan Ana-Joko. Skidipapap-wadidaw yang dilakukan oleh pasangan Ani dan Budi adalah sah dan berpahala, sebab akad mereka benar.
Sedangkan Ana dan Joko ber-skidipapap-wadidaw malah berdosa, karena tidak ada akad yang diatur secara syari disana.
Padahal, kedua pasangan itu sama-sama ber-skidipapap-wadidaw-ria bersama. Yang satu halal, yang satu haram. Hueheuehee...

Well, sampai sini dulu saja yaak pembahasan mengenai ini. Mataku sudah sakit kembali, kapan-kapan dilanjutkan, insyaa Allah!

Apa yang ada di benakmu tentang judul postingan kali ini? Apakah aku 
hendak menikah muda? 
Tentu saja tidak, kawan! Hehehe... 
Postingan ini akan membahas mengenai salah satu novel karya Mbak Thessa, yang alhamdulillah aku kemarin mendapatkannya secara gratis, sebab aku menang give away dari belio langsung dong.. 😁😎

Awalnya, aku mengira novel ini adalah novel romance remaja pada umumnya, namun sedikit berbau Islami. Sebab kita tahu sendiri, hari ini anak muda kita banyak sekali disusupi propaganda bahwa nikah muda itu ena(k) (terutama dari sebagian kelompok Islam yang sangat semangat mengampanyekan propaganda ini di media sosial). Pasti ini adalah berkisah tentang akhi-ukhti yang saling jauh cinta, kemudian mereka ber-ta'aruf, menikah di usia muda, punya anak lima dan hidup bahagia selamanya.
Ternyata aku salah!

Cerita dari novel ini tidak eksklusif untuk agama tertentu saja. Sebab tokohnya tidak ada disebutkan bahwa mereka sedang sholat di masjid kah, atau ke gereja kah, atau ke pura kah. Tidak. Jadi ini cerita sebenarnya sangat universal.
Walaupun, ternyata di tengah cerita diketahui bahwa mereka beragama Islam, sebab ada prosesi Akad Nikah dan Khutbah Nikah, serta diceritakan bahwa calon pengantinnya tengah mengurus urusan administrasi pernikahan ke KUA. Ini sudah jelas agama tokohnya adalah Islam! 😁

Tokoh
Ada tiga tokoh sentral dalam novel ini. Kiran, Keno dan Aji.
Kiran dan Keno telah bersahabat baik sejak SMP dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran ketika SMA.
Sedangkan Aji adalah orang ketiga, seorang "om-om" yang sukses merusak hubungan kedua bocah tersebut.
Selain itu, ada ayahnya Kiran seorang karyawan bank (atasan Aji di kantor), orang tua Keno yang merupakan pebisnis sukses, Mia sahabat dari Kiran, dan beberapa tokoh pendukung lainnya.

Premis
Kiran ingin hubungannya dengan Keno direstui ayahnya, akan tetapi ayahnya hendak menjodohkannya dengan Aji.
Dari premis ini, kamu pasti sudah kebayang, gimana kira-kira konflik yang bakal terjadi dalam novel ini.

Ringkasan Cerita
Pada bab-bab awal di sini, sukses membuatku ngaqaq.
Bukan karena buku ini adalah bergenre komedi, tetapi kelakukan Kiran dan Keno sepertinya adalah kelakuanku beberapa tahun yang lalu. Kelakuan anak sekolah yang sedang jatuh cinta, yang tampak sangat konyol.
Aku jadi bergumam dalam hati, Sokonyol itukah diriku beberapa tahun yang lalu?

Kekonyolan apa itu?
Saat itu adalah hari-hari pertama di SMA, Kiran dan Keno belum berpacaran. Kiran sedang merasa kangen setengah mati kepada Keno, karena ternyata mereka tidak satu kelas. Di malam hari, Kiran ingin sekali mengungkapkan kerinduannya dengan cara mengirim chat WA ke Keno. Namun, ternyata Keno duluan yang mengirmnya chat.
Hei Kitty. Gimana hari pertama tadi?
Gue bosen banget nih enggak ada lo di belakang  gue.

Kiran girang bukan main sambil bibir yang tersenyum merekah mengatahui mendapat chat dari Keno.
Memang gue ngangenin sih, Hahaha...
Hari pertama gue juga ngebosenin. BANGET!

Akhirnya, kedua bocah SMA itu terus ber-chatting ria hingga larut malam. Saking girangnya, Kiran hendak mengabari sahabatnya, Mia, akan hal itu.
Mii.. masa dia nge-WA gue?
Hehehe... He just made my day.

Setelah pesan dikirim, Kiran tertidur dan di tengah malam ia bangun. Ketika melihat ponselnya, bukan pesan yang dibalas Mia, melainkan dari Keno. Kiran salah kirim pesan! WOWKWWKKWWKWKWK

Tahukah kamu, aku merasa cerita di bagian ini, gue banget. Aku terkadang melakukan hal itu, dan apabila si doi mengirim chat kepadaku.
Tetapi, aku tidak pernah sampai salah kirim seperti itu yaaak. Hahaa.

Sebelumnya, aku juga telah membaca review dari Blogger yang lain. Ternyata kami punya pemikiran yang sama. Bagian awal novel ini juga membuat mereka ngakak, sebab mengingatkan flashback masa-masa putih abu-abu beberapa (belas) tahun yang lalu.
Fiks! Misi Mbak Thessa telah berhasil dalam hal ini.

Kembali fokus ke premis.
Kenapa ayahnya Kiran hendak menjodohkannya dengan Aji? Kenapa tidak merestui dengan Keno? Intinya karena ayahnya telah sakit-sakitan dan takut nanti jika Kiran tidak ada yang mengurus (Ibu Kiran sudah meninggal). Jadi lebih baik disuruh nikah saja.

You Know What? Jujur, aku sangat terkejut dan gemesh dengan alasan ayahnya yang terkesan kolot.
Gimana dengan Kiran? Awalnya ia bingung, namun pada akhirnya ia menuruti permintaan ayahnya. Sebab ayahnya lebih berarti dari Keno dalam kehidupannya. Walaupun pilihan itu sebenarnya sangat sulit.

Gimana dengan sosok Aji? Waah, awalnya aku sebagai pembaca tidak suka dengan tokoh ini. Aji telah resmi mengganggu cerita cinta Kiran dan Keno. Aji ini pada awalnya tidak disukai oleh Kiran karena ia sangat ngeselin.
Apakah kemudian Aji akan menikah dengan Kiran? Jawabannya iya!
Bayangin, ada seorang om-om nikah sama anak SMA. Keren banget mbak Thessa buat cerita.. 😆

Di novel juga diceritakan saat malam pertama mereka. Kiran amat sangat ketakutan pada awalnya, sebab ada lelaki "asing" yang masuk ke kamarnya.
"Sayang, kamu ingat kan kata Ustadz tadi dalam Khutbahnya. Seorang istri harus menuruti perintah suaminya.." Aji mengatakan itu seraya melepas pakaiannya dan nampaknya hendak melucuti pakaian istrinya. WOYY AJI SABAR WOYY WOWWKWK.

You Know What? Pada akhirnya, malam itu ternyata tidak ada adegan 17++ di sana. Aji hanya bercanda dan gemas melihat wajah Kiran yang nampak sangat ketakutan. Kiran masih menjadi gadis yang suci malam itu.
Penonton kecewa!

Di esok hari, ternyata ayah Kiran meninggal. Praktis, Kiran kini pindah ke rumah milik Aji. Singkat cerita, Kiran jatuh sakit. Aji mengira karena dia terlampau sedih atas kepergian ayahnya.

Teman-teman Kiran datang menjenguk, termasuk Mia sahabatnya. Di luar kamar opname rumah sakit, akhirnya Mia menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Aji sangat terkejut bahwa ternyata ia telah merusak hubungan Kiran dan Keno. Pantas saja Kiran sangat dingin kepadanya. Kiran menerima lamarannya karena pemintaan ayahnya, bukan karena keinginannya sendiri.

Di saat yang sama, Keno kembali hadir dalam hidup Kiran. Keno mengirim chat WA, mengabarkan ia sedndan itu membuat Kiran kembali bersemangat.
Komentarku; WOYY KENO, TOBAT! DOSA TAUUK! LU GA BOLEH REBUT ISTRI ORANG!! DASAR PEBINOR!!

Skip.. Skip...
Keno akhirnya datang hendak menjenguk Kiran, yang telah diizinkan oleh Aji. Di malam hari, Aji mengatakan kepada Kiran bahwa ia telah mengetahui semuanya. Aji mengizinkan Kiran untuk memilih. Silahkan pilih atas keinginnannya sendiri, jangan karena terbebani oleh ayahnya lagi.

Aji kembali melanjutkan, "Besok, aku harus dinas ke Singapura. Kamu bisa pergunakan waktumu untuk bersama Keno. Setelah itu, silahkan pikirkan kamu mau pilih aku atau Keno."

***

Udah, review-nya sampai sini saja yaaak. Cerita lengkapnya silahkan baca bukunya, hiiihi.
Menurutmu, apakah di akhir cerita Kiran akan memilih kembali bersama Keno atau tetap pada Aji? Share di kolom komentar yaa!

Oh yaa, terakhir. Menurutku. Tokoh Kiran ini, bisa jadi terinspirasi dari tokoh nyata. Jangan Kiran adalah representasi dari Mbak Thessa sendiri. Hahaa..
Sebab diceritakan bahwa Kiran sangat nge-fans dengan Harry Potter. Di sisi lain, Mbak Thessa sering sekali membahas Harry Potter juga.
Hal ini, sama seperti aku mengira tokoh Dilan, mungkin saja adalah representasi penulisnya sendiri (Kang Pidi Baiq), atau Fahri dalam Ayat Ayat Cinta, jangan-jangan adalah Kang Abik itu sendiri! 😁


Gambar di atas memperlihatkan seorang perempuan berhijab merah. Duduk persis di hadapanku. Saat ini, gelasnya telah habis isi minumannya. Padahal, tiga belas menit yang lalu penuh berisi milk-shake. Ia kemudian hendak bersiap mengambil sepotong kentang yang tersisa di atas piring, setelah drama kecil-kecilan yang tidak penting.

Kamu saja yang habiskan!
Ndak, kamu saja!
Jangan, kamu!
Aku udah kenyang.
Gitu aja terus sampe kiamat.. -_-

***

Banyak kejadian random yang telah aku lalui di bulan ini. Banyak senangnya. Walaupun hanya kesenangan dunia semata. Jika ditilik dari kacamata yang aku pakai, sebenarnya kesenangan tersebut tidaklah senang. Sifatnya semu belaka. Tidak abadi.

Jadi, setidaknya ada tiga kesenangan duniawi yang baru saja aku dapatkan. Apa saja itu?
Silahkan disimak dengan saksama! :))


1. Pertama kali nge-date berduaan dengan perempuan

Iya, beneran ini ga bohong kwkwkkw. Aku juga tidak menyangka, ternyata aku punya nyali seberani ini. Rasanya, aku ingin sekali berteriak. Ibunda, saksikanlah ananda! Akhirnya aku bisa mengajak jalan anak gadis orang!

Beberapa hari yang lalu, ketika aku bercerita kepada salah satu temanku akan hal ini, dia cukup histeris. Akhirnya kamu bisa suka sama perempuan juga, yaa!
Entahlah, selama ini aku sering di-bully atau diejek dengan sebutan Maho; Manusia Homo. Aku tidak pernah merasa terhina atau marah, sih. Sebab aku memang bukan seorang Maho.
Kenapa orang-orang pada memanggilku begitu? 
Karena teman-temanku tidak pernah melihatku mendekati atau sampai jatuh cinta kepada perempuan (?).
Padahal mah kalo jatuh cinta ga perlu diumbar-umbar. Yaa kan, hoohoooho..

Skip.. Skip..
Kami saat itu memilih untuk nongki di salah satu cafe. Menghabiskan waktu untuk ngobrol ngalor-ngidul. Dari hal penting sampai tidak penting.
Kemudian, jujur saja. Ketika aku berdua-duaan bersama seorang perempuan (nge-date, kata orang), dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Kenapa? Sebab dalam circle pertemananku yang lain, ini adalah hal yang tabu. 

Fyi, aku adalah anggota organisasi Kerohanian Islam (Rohis) sejak SMA hingga di kampus. Pun ketika telah lulus kuliah, kegiatan Rohis seperti kajian keislaman dan majelis taklim tetap berjalan. Yaa kali kuliahnya selesai, pengajiannya juga selesai. Wowkwk.
Di Rohis, didoktrin diajarkan bahwa interaksi antara laki-laki dan perempuan tidak boleh terlalu bablas. Harus ada batas. Itu sebabnya aku mengatakan aku pergi berdua-duaan dengan perempuan adalah hal yang tabu bagi anak Rohis.
Baca selengkapnya tentang ceritaku jadi anak Rohis; Pembatasan Sosial, Aku dan Kamu. Sebuah Auto Kritik?

Ada hal yang menjadi sebuah plot twist. Coba tebak siapa perempuan yang aku ajak jalan kemarin? Doi juga anak Rohis, wkwkwkw.
Jadi, kesimpulannya adalah kami berdua sembunyi-sembunyi untuk nge-date. Takut-takut ada paparazi mengirim foto kami berdua ke grup WhatsApp. Apalagi kalo adik tingkat yang melihat, bakal lebih berabe urusannye.

Pertemuan itu diakhiri beberapa menit sebelum adzan Maghrib. Sebelum itu, aku hendak membayar makanan dan minuman kami ke kasir. Namun, apa boleh dikata, uangku saat itu kurang. Aku lalu meminjam uang si doi Rp 50.000. Total belanjaannya Rp 58.000. Jadi, aku hanya keluar uang Rp 8.000.
Ketika aku bilang nanti aku ganti, aku transfer saja uangnya. Katanya tidak usah. Tidak usah repot-repot mengganti. Kita kan sudah berteman baik, sudah seperti saudara sendiri.
Di dalam hati aku kembali berteriak. Tuhan, uangku hari ini kembali aman.

Selepas itu, aku berkesempatan mengantarnya pulang ke rumah. Jadi, aku bisa bersilaturahmi dan berbincang sesaat kepada orangtuanya. Oh yaa, jangan dipikir kalo mengantarnya dengan cara aku memboncengnya dengan naik motorku. Tidak.
Kami naik motornya sendiri-sendiri. Namanya juga nge-date "syar'i".
Canda syar'i, Hahaha!

Kembali ke pernyataanku di paragraf awal. Kenapa kesenangan ini tidak abadi? Yaa karena doi hanya menganggap hubungan kami sebuah pertemanan biasa. Tidak lebih. Sedangkan aku berharapnya lebih dari sekedar teman. Namun ternyata cinta bertepuk sebelah tangan #eaakk.
Cerita lebih lengkap, telah ditulis di post Menjadi Pacar Sewaan.


2. Mengurus SKCK

Apa fungsi dari Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias SKCK? Tentu saja untuk salah satu syarat dalam melamar pekerjaan.
Kenapa bagiku, mengurus SKCK dianggap hal yang menyenangkan? Sebabnya sih simpel. Bukan karena SKCK-nya, tetapi karena orangnya. Aku pergi ke Polrestabes bersama seseorang yang... Ehehhee.

Muncul pertanyaan baru. Siapakah orang itu? Apakah orang yang sama pada poin pertama? Jawabannya tentu saja berbeza!
(Haters pasti bakal bilang kalo aku seorang crocodile 😆)

Mas, bisa temenin aku ke buat SKCK ke Polresta kan?
Ujar si dia saat itu dalam pesan via WhatsApp. Tentu saja aku bersedia. Dengan senang hati hiiihi.
Maka, saat itu aku juga ikut membuat SKCK karena sudah kepalang berada di sana. Siapa tahu butuh.

Lagi-lagi, bisa berdua-duaan bersama perempuan, adalah hal yang menyenangkan. Walaupun kali ini ber-dua-du-an-nya hanya di kantor polisi sambil menunggu SKCK-nya jadi.
So, saat itu kami "nge-date" di ruang tunggu kantor polisi. Sungguh so sweet syekalii..

Sama seperti poin pertama. Kesenangan ini pun tidaklah abadi.
Selama menunggu proses keperluan surat-surat kami kelar, aku berekspetasi bahwa kami akan mengobrol dengan ramah, akrab dan penuh kehangatan. Tapi nyatanya, dia lebih banyak hanya diam saja. Lebih sibuk dengan ponsel terbarunya.
Heyy, tahukah kamu kita sudah lama tak bertemu. Aku sudah menahan rindu yang menggebu-gebu. Kenapa kau seolah tak acuh kepadaku?
Ingin rasanya aku berteriak kepadanya seperti itu saat itu.

Untuk menumpahkan kekesalan itu, karena kami diem-dieman padahal duduk sebelahan. Aku ikut mengambil ponselku. Larut dalam kesibukan untuk menatap layar ponselku sendiri, alih-alih menatap wajahnya yang putih bersih.
Aku kemudian membuat sebuah sajak yang aku post di blog ini. SKCK judulnya. Silahkan dibaca: ))

Oh yaa, hampir lupa. Si dia juga sama seperti si doi. Sama-sama anak Rohis juga.
Aku akhirnya berbaik sangka, kenapa dia seolah menjaga jarak denganku. Mungkin, dia inginnya kami saling ghadul bashar, alias menjaga pandangan. Hehehe...


3. Dijanjikan dapat pekerjan

Dari kesenangan yang dijelaskan pada poin pertama dan kedua (dua-duanya retjeh dan tidak penting). Poin ini akhirnya serius. Sekira dua pekan yang lalu, aku mendapat chat dari Kang Rasyid. Belio adalah guru ngajiku, sekaligus tetanggaku, sekaligus seniorku di kampus. Bedanya cukup jauh, tiga belas tahun!

Kamu sudah dapat kerja atau belum?
Kang Rasyid mengirim pesan itu ketika membalas status WhatsApp-ku. Belio memberikan info bahwa ada lowongan kerja di perusahaannya saat ini. Sebab bulan depan belio hendak resign, dan butuh pengganti posisi yang ditinggalkannya.

Belio menyarankanku untuk segera kirim lamaran, nanti kalau diterima dia janji akan bantu mengajari apa-apa saja yang harus dikerjakan di sana. Walaupun Kang Rasyid juga tidak janji apakah aku pasti diterima atau tidak. Sebab bukan belio yang menyeleksi calon karyawan baru. 

Dengan penuh semangat, di esok hari aku mengirim lamaran. Dilengkapi dengan CV, ijazah, transkrip nilai dan dokumen pendukung lainnya. Namun hingga hari ini masih belum ada kabar dari perusahaan tersebut.

Dua hari yang lalu, aku kembali bertanya kepada Kang Rasyid. Bagaimana kelanjutan tawaran pekerjaan kemarin. Ternyata belio bilang tidak tahu. Sebab beberapa hari terakhir sedang tidak masuk ke kantor. Belio sedang sakit dan tengah menjalani isolasi mandiri. Aku mengucapkan semoga lekas sembuh. Belio bilang nanti kalau sudah masuk ke kantor dan ada kabar terbaru lagi, akan diberi tahu.

Nampaknya kesenangan ketiga ini juga akan sama seperti kesenangan pada poin pertama dan kedua. Sementara dan tidak abadi.
Aku sudah senang karena dikira akan segera mendapat kerja, namun nyatanya kesenangannya juga semu. Sudah dua pekan tidak berkabar. Mitosnya, apabila dua pekan tidak ada respon dari HRD, berarti lamarannya ditolak.
Tapi yaa gitu, balik-balik ke takdir dan rejeki orang masing-masing, sih. Tidak usah risau.
Bahkan, seekor semut kecil hitam yang bersembunyi di balik batu hitam di malam hari yang gelap, rejekinya juga sudah dijamin oleh Allah, kok!

Oh yaa, adakah hubungan poin ketiga dan poin kedua? Tentu saja ada, dong.
Selain rekurtmen untuk jurusanku, Teknik Elektro, ternyata perusahaan tersebut juga membuka lowongan untuk jurusan Akuntansi. Maka aku mengabari si dia untuk ikut melamar juga (jadi ketahuan deh kalo si dia adalah anak Akuntansi 😅).
Oleh sebab itu, dia meminta pertanggung jawabanku untuk menemaninya membuat SKCK. Hahahaa!

***

Ada seorang yang bertanya padaku. Kenapa aku harus mem-publish kisah yang cukup privasi seperti ini?
Apakah kamu tidak risih atau malu jika kehidupan nyatamu yang ternyata tidak penting itu diketahui banyak orang?

Aku kemudian berfikir sejenak. Benar juga ya!
Tapi biarin deh, toh pembaca di sini juga banyak yang tidak mengenalku secara nyata di riil-lyfe. Mereka juga banyak yang tidak tahu, apakah kisah yang dituliskan benar-benar nyata 100%, atau boleh jadi banyak yang dikarang-karang belaka? Tidak tahu kan, hehehe.

Dan, terakhir. Tulisan ini dibuat untuk ikutan challange dari Mbak Creameno; CR Challange #2.

Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut Kumparan, Masjid ini dibangun pada tahun 2000-an di tanah milik Gubernur Sumatera Selatan saat itu; Syahrial Oesman. Beliau meng-hibah-kan tanah miliknya untuk dibangun menjadi masjid.

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang, terletak di Perumahan Amin Mulya, Kecamatan Jakabaring, Palembang. Daerah ini merupakan kawasan perumahan elit yang ada di Palembang. Masjid ini dibangun atas inisiasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Palembang untuk menghormati salah satu tokoh terkenal asal Tiongkok yang bernama Laksamana Cheng Hoo. PITI adalah sebuah organisasi yang mewadahi para muslim beretnis Tioghoa.


Masjid Cheng Hoo adalah masjid yang punya arsitektur cukup unik. Tidak seperti masjid mainstream yang ada di Indonesia. Sebab bentuknya sangat kental dengan ke-khas-an Tionghoa. Kalau ada yang tidak tahu, atau melihat dengan sekilas, bisa saja mereka mengira bangunan ini adalah kuil.

Bagian dalam masjid ini menurutku mirip dengan tempat pertandingan di film Kung Fu.
Seandainya karpet sajadah, mimbar khotbah dan hiasan kaligrafi dilepas. Ehehe

Keunikan lain. Apabila kamu berfikir di masjid ini akan kamu jumpai banyak jama'ah beretnis Tionghoa, kamu salah besar! Di sini banyak jama'ah berwajah Pribumi eh, Melayu dan Jawa. Sama seperti masjid pada umumnya.

By the way, aku pernah baca salah satu artikel di Internet dan video di Youtube. Katanya, di beberapa negara tertentu apabila ada kelompok etnis tertentu membangun masjid. Yang akan meramaikan masjidnya hanya dari etnis mereka saja. Misal, masjid yang dibangun etnis X, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis X. Masjid yang dibangun etnis Y, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis Y. Masjid yang dibangun etnis Z, akan diramaikan oleh jama'ah beretnis Z.

Bersyukur kita tidak seperti itu. Inilah hebatnya Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Yaa namanya masjid, kamu dari suku apapun tidak ada larangan. Tinggal masuk saja, ibadah sepuas hati.

Menara masjid

Foto yang diambil dari lantai dua masjid

Masjid Cheng Hoo di malam hari

Kembali kita membahas siapa itu Laksamana Cheng Hoo.
Beliau dikenal sebagai seorang pelaut dari negeri Tiongkok yang beragama Islam. Namun, beberapa sumber yang aku baca di internet seperti Historia.id atau Tagar.id. Ternyata beliau bukanlah seorang Muslim, melainkan penganut Budha. Namun, kebenaran ini masih diperdebatkan.
Wallahu a'lam.

Oh yaa, Masjid Cheng Hoo terdapat di beberapa kota di Indonesia, kan. Tidak hanya di Palembang.
Apakah di kotamu juga ada Masjid Cheng Hoo? Share di kolom komentar, yaaak!

Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya! 
Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu pasti mengerti maksud dari gambar di atas. Perikaraanku, kamu pasti akan terkekeh melihat gambar ini. Hiiihi.

Yaaak, kamu benar. Itu adalah lirik lagu "Balonku" yang ditulis dalam huruf Arab, tapi bukan Arab biasa, lebih tepatnya huruf Arab Jawi.
Teksnya yang tertulis di atas, adalah sebagai berikut.

Baa
luunkuu
aadaa liimaa,
ruufaa ruufaa
warnaanyaa, hiijaw kuuninng
kiilaabuu, miiraah muudaa daan
biiruuw, miiliituus baaluun hiijaw,
duuuuwwwwwrrrrrrrrr
haatiikuu sangat kaacaw, baaluunkuu tinggaal imfaat
kuu fiigaang iiraat iiraat

Begitu, loh. Tidak ada penistaan apapun, kan!
Fyi, dalam bahasa Arab, tidak ada huruf vokal e dan o. Tidak ada pula huruf p. Itulah kenapa menjadi imfat, alih-alih empat. Menjadi baaluun, bukan balon. Hahaa!

***

Namun, masalah muncul ketika sebagian dari kita tidak dapat menerima hal ini sebagai lelucon. Beberapa hari yang lalu, aku mengirim foto itu ke suatu grup WhatsApp dengan niat lucu-lucuan saja.
Aku akui, aku memang mengirim ke grup yang tidak tepat. Di grup tersebut banyak bapak-bapak, bahkan ada Habib hingga ustadz pula. Anak-anak mereka pun ada yang sudah seusiaku.
Yaa, jarak kami memang terbilang jauh, dan mereka tidak menangkap maksud lucunya dimana.

Salah seorang Habib yang ada di grup protes ketika aku mengirim gambar itu, "Maksud gambar itu apa?"
"Mohon maaf ustadz," kataku menenangkan. "Itu hanya lucu-lucuan saja. Kalimat itu adalah lirik lagu Balonku Ada Lima yang ditulis dalam Bahasa Arab, hehhe..." aku mengetik itu di grup WhatsApp dengan sedikit cemas,

"Iya, ana (saya) tahu. Bukan cuma antum (kamu) yang bisa baca tulisan Arab dan tahu lagu anak-anak tersebut!"
Mampus, kataku dalam hati!

"Saran ana, hapus saja foto itu dari grup. Antum seolah-olah menyindir orang yang kerap mengunakan logo serupa dalam komunitas mereka," sang Habib kembali melanjutkan chat-nya di grup.

Agar masalah segera selesai, aku menanggapinya dengan meminta maaf, "Baik ustadz, terima kasih sudah mengingatkan. Mohon maaf apabila ada salah, fotonya sudah saya hapus dari grup."

Habib tersebut boleh jadi benar dan bermaksud baik. Sebab seolah-olah aku menyindir kelompok tertentu yang sering menggunakan logo yang serupa dengan gambar itu. Kelompok mana itu? Biasanya dari kelompok pengajian para Habaib. Mereka kerap menggunakan itu sebagai identitas mereka. Dijadikan stiker, ditempel di pintu hingga jendela rumah, motor hingga laptop. Ini tidak masalah sih, hanya sebagai menunjukkan identitas mereka.

Sama seperti kamu kalau menjadi fans klub sepakbola tertentu, Emyu misalnya. Pasti akan banyak pernak-pernik logo Manchester United yang menemanimu. Dinding kamar dengan poster pemain, sejak Era David Beckham hingga Wayne Rooney, wallpaper laptop dengan gambar animasi setan berwarna merah, atau case ponsel yang juga berwarna merah.
Analogi yang tepat, kan!
Hal yang seperti itu tak masalah, bukan! Asal jangan berlebih-lebihan saja.

Contoh gambar yang sering dijadikan stiker

Namun, dari sebagian umat Islam, ada oknum yang salah mengartikan. Simbol-simbol tersebut malah dijadikan jimat. Kalau pasang stiker dengan logo ini di pintu warung, pasti akan laris. Nah, ini yang salah.

Contoh gambar yang kerap dijadikan jimat

Disclaimer : Tolong koreksi jika pendapatku di atas salah!

***

Kembali ke huruf Arab Jawi.
Huruf ini mulai populer di kawasan Nusantara, ketika Islam mulai menyebar. Orang berbicara menggunakan Bahasa Melayu, tetapi menggunakan tulisan Arab (tidak seperti sekarang yang kita gunakan adalah huruf Latin).

Huruf Arab Jawi, sebenarnya masih digunakan dalam komunitas dan wilayah tertentu. Bahkan masih dipelajari di sekolah-sekolah di Provinsi Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Tidak hanya di sekolah, di tempat umum pun huruf ini masih digunakan. Selain di Indonesia, huruf Arab Jawi juga digunakan di negara tetangga. Namanya juga berawal dari Bahasa Melayu. Penggunaanya masih bisa ditemukan di Malaysia hingga Brunei Darussalam.
Sebagai contoh adalah beberapa gambar di bawah ini.

Kantor Gubernur Jambi, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya

Kantor Gubernur Riau, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya

KFC di Brunei Darussalam, tertulis dalam huruf Arab Jawi; Kii-iif-sii

Kembali muncul pertanyaan. Apakah di Indonesia, huruf Arab Jawi hanya digunakan di provinsi tertentu saja? Jawabannya tidak juga. Sebenarya, hingga hari ini, huruf Arab Jawi tetap tersebar ke seluruh Indonesia. Mungkin saja kita tidak sadar.
Contohnya dimana? Ada di rumah kamu masing-masing. Ada di Al-Quran yang setiap hari kita baca.


Apa bacaannya? Aku coba buatkan yaa. Karena ilmu Arab Jawi ku masih cetek, tolong dikoreksi apabila ada yang keliru.

Bismillahirrahmaaniraahim
Tanda Tashih
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia telah mentashih Al-Quran dan terjemahan yang diterbitkan oleh :
Penerbit : CV Diponegoro, Bandung
Ukuran : 9,8 x 13,5 cm

Jakarta, 18 Dzulqa'idah 1425 H (Hijriyah)
              30 Desember 2004 M (Masehi)

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran

Ketua : Haji Fadhal Abdur Rahman Bafadal
Sekretaris : Haji Muhammad Shohib Zhohri

Anggota :
1. Doktor Haji Muhammad Quraisy Syihab
2. Kyai Haji Sayyid Muhammad As-Sari
3. Doktor Haji Ali Audah
4. Doktor Haji Khotibul Imam
5. Doktor Haji Ahsan Saja'i Muhammad
6. Kyai Haji Ali Mustofa Ya'qub
7. Doktor Haji Rif'at Syauqi Nawawi
8. Doktor Hajjah Faizah Syabar Malisi
9. Doktor Haji Muslih Abdul Karim
10. Haji Muhammad Kailani AR
11. Doktor Haji Imam Tolhah
12. Doktor Haji Yasnur Yusuf
13. Haji Al-Hamam Munzir
14. Haji A. Badri Yunardi
15. Haji Mazmur Sya'roni
16. Haji Muhammad Syatibil Haqir
17. Haji Abdul Muhaimin Zen
18. Haji Ahmad Fatoni
19. Haji Bunyamin Sarori
20. Haji Ishomuddin Basori
21. Haji Ali Nurdin
22. Haji Anang Sudrajat

Begini tulisannya. Untuk paragraf awal, aku yakin itu betul. Namun, untuk nama-nama anggota. Aku tidak yakin tulisanku benar semua, nampaknya beberapa ada yang salah.

Lembar ini, pasti ada di setiap Al-Quran yang dicetak di Indonesia. Ini semacam jaminan dari Pemerintah Republik Indonesia bahwa Al-Quran yang kita pegang adalah asli. Bukan palsu. Jaminan bahwa tidak ada satu kata atau satu huruf pun yang salah dalam cetakan tersebut.
Masih belum faham? Bisa dilihat pada flyer berikut ini, yang dibuat oleh Lajnah (Lembaga) Pentashihan Mushaf Al-Quran.


***

Jadi, dalam postingan kali ini aku hanya ingin bilang kalau kita mau bercanda dengan huruf Arab itu boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu membercandai Al-Quran. Kualat, ntar!
Simpel saja, kalau kita tidak boleh bercanda dengan huruf Arab, atau Bahasa Arab. Lantas bagimana cara orang Arab bercanda! Wokwkkwkw.

Oh, yaa. Ini ada gambar "jimat" lagi. Aku punya pertanyaan di postingan kali ini.


Apa bacaan dari jimat tersebut?
Silahkan jawab di komentar yaak.

Untuk 1 orang yang beruntung, berhak mendapat hadiah pulsa Rp 20.000.
Maafkeun hadiahnya masih kecil. hehhee.

Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking ria. Tiba-tiba ada seorang girl-friend (baca: teman perempuan) yang menelpon.
"Joe, hari ini kamu kosong, ndak?"

"Hemm.. Ada hal apa, Aini?" kataku dari seberang telepon, sebut saja namanya Aini.

"Jadi gini, aku ada acara. Dapet undangan dari temenku. Kamu bisa temenin aku? Acaranya siang ini jam satu." Aini menjelaskan maksud dirinya menelponku.

Sejujurnya, di siang itu aku ada pekerjaan lain. Harus menyelesaikan desain untuk postingan di Instagram @temanwakaf. Namun, karena sedang malas untuk membuat desain, aku menyanggupi ajakan si Aini, "Hoo, oke bisa!" kataku dengan penuh semangat. "Sebenarnya itu acara apa, dan siapa temanmu yang mengundang ke acara itu, Aini?"

"Oke, kamu coba lihat pesan WhatsApp yang baru saja aku kirimkan."
Aku kemudian membaca dengan cepat isi undangan tersebut. Acara itu bertempat di salah satu restoran yang ada di Palembang.

Relationship Party
Dear Aini and partner..
Undangan ini khusus untuk kamu dan pasanganmu. Aku punya ide dan gagasan menarik. Mari kita berkolaborasi membuat suatu gerakan dan perubahan baru untuk kemajuan di kota kita. 
Salam hangat,
Hamzah

Aku bertanya tanda tak faham, "Jadi, maksud acara Relationship Party ini apaan?"

"Aku juga tidak terlalu faham, mungkin temanku mau buat event atau komunitas atau bisnis baru kali. Aku ajak kamu sebab kamu kan punya bisnis yang sedang dikelola. Siapa tahu ada peluang baru atau bisa berkolaborasi dengan orang-orang di sana."

"Oh yaa, kamu benar juga Aini. Mungkin saja aku bertemu dengan orang yang bisa diajak mengembangkan Teman Wakaf yaa. Terus gimana?"

"Intinya, Hamzah meminta aku untuk datang ke Relationship Party dengan mengajak pasangan. Dan aku minta kamu seolah-olah jadi pacarku, Joe!"

"Haaahh!" aku terseru kaget.

"Iyaa, aku tidak mau kalau dipandang sebelah mata oleh teman-temanku nanti. Jadi, paling tidak aku dianggap udah punya pacar dong."

Aku bersungut-sungut tak percaya, sepenting itu kah mengajak seorang "pacar" ke acara itu. Padahal sebenarnya dia bisa datang sendiri. Tidak ada kewajiban mengajak pacar.

"Jangankan pura-pura menjadi pacarmu. Menjadi pacar yang asli, aku mau kok. Ehehe.." kataku sambil menggodanya.

"Apa? Enak aja, lu! Kan udah lama kita janji untuk tidak saling jatuh cinta. Kita kan selamanya tetap akan jadi bes-pren!" Aini berseru dalam percakapan telepon itu, seolah benar-benar tidak mau menjadi pacarku (?).

"Hahaa.. Ndak, lupakan." aku menyanggah jokes itu, padahal itu dari hati yang terdalam.
"Jadi, gimana? Bisa kan Joe? Pliss.. Nanti besok aku traktir deh."
"Emangnya sepenting apa kamu harus mengajak seorang "pacar" ke acara itu?"
"Joe, sebenarnya Hamzah, yang mengundang acara itu, adalah...."
"Siapa?"
"Dia mantanku, Joe!"

Telepon hening.
Pantas saja Aini ngebet untuk mengajakku agar seolah-olah jadi pacarnya. Seperti di sinetron saja, tidak mau terlihat buruk di depan mantan. Maka Aini "menyewa" aku untuk menjadi pacarnya. Aneh sekali.

"Kita bertemu dimana dan jam berapa?"
"Bagusnya dimana ya?"
"Gimana kalo kita ketemuan di masjid taman kota saja. Sekalian pura-pura hendak shalat Zhuhur di sana. Setelah itu, baru berangkat ke lokasi."
"Kenapa harus pura-pura shalat? Yaa kita shalat saja di sana, Kangg Mas Joeeee!"

Sambungan telepon telah berakhir, aku telah bersiap-siap untuk berangkat ke acara yang dimulai sekitar dua jam lagi.
Tak lama berselang, Aini kembali menghubungiku, kali ini melalui chat di WhatsApp.

"Joe, kamu pake baju apa? Biar aku bisa pilih baju yang senada denganmu untuk dipake ke acara nanti. Jangan dengan style yang biasa kamu kenakan. Baju kaus oblong plus jaket. Mana jaketnya adalah jaket organisasi kampus, ada logo Unsri lagi. Ga pantes untuk dipake ke acara itu."

"Waah, kamu nampaknya sudah sangat ma'rifat kepadaku yaa. Hahha. Aku beneran mau pake style seperti itu loh. Simpel. Kenapa ga boleh?" begitu balasanku terhadap chat dari Aini.

"Yaa, pokoknya jangan. Kamu jangan buat aku malu, Joe. Jangan pula malu-maluin. Arghhhgh."
"Kalo pake baju batik, boleh?"
"Kaku banget kek mau kondangan. Pake kemeja apa kek, kemeja yang lucu, ada?"
"Hoo, aku akan pake kemeja warna kuning dengan lengan panjang, kemudian pake celana bahan."
"Lah, itu style kayak kamu lagi kuliah. Itu mah kayak dosen. Aku tidak mau nanti dikira jalan sama bapac-bapac!"

Aku selalu salah di mata Aini. Tapi mungkin memang ada benarnya juga. Tidak hanya Aini yang berkata seperti itu, tetapi banyak teman yang bilang kalau style berpakaianku mirip Bapac dosen.

Aku kemudian masih di depan lemari pakaian, memilah dan memilih baju mana yang cocok aku kenakan. "Kalo kemeja yang ini gimana?" aku mengirimkan foto kemeja berlengan pendek yang berwarna abu-abu dengan sedikit tambahan aksen berwarna biru.

"Nah, cakep. Itu aja deh, semoga nanti pakaian kita cocok yaa." chat itu berakhir.

Aku tidak mau menjadi "pacar" yang buruk bagi Aini. Maka aku memilih pakaian yang terbaik.
Aku memilih celana termahal yang aku punya. Akhirnya aku putuskan menggunakan celana jins yang aku beli dua bulan lalu. Harganya dua ratus ribu rupiah, beli ketika ada diskon di Matahari yang awalnya seharga enam ratus ribu rupiah. Menarik, bukan. Wkwkkw.

Untuk alas kaki, awalnya aku hendak menggunakan sandal andalan yang sering aku pakai kemana-mana; sandal gunung. Namun, karena tidak mau membuat Aini kecewa dan malu, aku memilih menggunakan sepatu yang aku beli di marketplace saat event Reuni-212, eh bukan, flash sale 1212 maksudnya. Aku memakai sepatu seharga seratus lima puluh ribu rupiah (harga awal sebelum diskon adalah empat ratus ribu rupiah).

Skip skip...

Kami telah bertemu di masjid taman kota sesuai dengan kesepakatan. Aini ternyata menggunnakan baju yang berwarna sama denganku. Kami berdua sama-sama menggunakan pakaian dengan warna abu-abu. Dia mengenakan dari atas ke bawah, dari jilbab hingga rok dengan warna abu-abu. Aini tampak cantik sekali saat itu.
Kami sungguh sangat serasi. Seperti pasangan yang benar-benar hendak merencanakan pergi ke acara dengan warna pakaian yang kompak.

Lima belas menit kemudian, kami tiba di restoran yang dimaksud. Nampaknya, Hamzah adalah anak orang kaya sehingga mem-booking tempat seperti ini. Aku masih meraba-raba maksud dan tujuan Relationship Party hari ini.

Ternyata, di ruangan itu juga terputar lagu yang instrumen musiknya menurutku tidak asing. Setelah sepuluh detik berpikir, aku baru ingat. Lagu itu adalah lagu yang terdapat dari Drama Korea Start-Up. Dan aku juga baru ingat, Relationship Party adalah pesta yang Won (Seo) In Jae mengundang Seo Dal Mi, adiknya. Dan Seo Dal Mi mengajak Nam Do San dalam acara itu agar tidak diremehkan oleh kakaknya.
Apakah Seo Dal Mi adalah Aini, dan Nam Do San adalah aku? Entahlah..

Aku dan Aini telah duduk di meja yang telah tersedia. Selagi menunggu peserta lain yang belum datang, kami berbasa-basi dengan Hamzah.

"Hamzah, kenalin ini Joe. Dia.. ehm.. teman deketku." Aini memperkenalkanku sebagai "teman dekat" ke Hamzah si mantannya.

"Teman dekat?" Hamzah mendelik penasaran.

"Maksudnya kami sekarang pacaran!"

"Oh yaa, selamat yaa! Halo Joe. Salam kenal. Semoga setelah ini kita bisa berkolaborasi. Ngomong-ngomong, pakaian kalian cocok nih. Serasi."
Aku dan Aini hanya tersenyum. Hahaa.

Singkat cerita, pertemuan hari itu selesai. Tepat pukul setengah enam. Hamzah mengucapkan terima kasih telah datang.
Inti acara itu adalah, Hamzah sedang membuat bisnis baru, dia meminta masukan dan saran terhadap produknya. Dia juga mengajak apabila produknya telah launching, agar kami menjadi pelanggannya.

Hamzah selanjutnya mengantar kami sampai ke parkiran. Kali ini dia yang terkejut, "Kalian kenapa bawa motor sendiri-sendiri? Kenapa tidak berboncengan dengan satu motor saja? Kan kalian berpacaran!"

"Bukan mahram. Kami pacaran dengan sistem syariah, bro! Bukan yang konvensional. Haha," kataku sembarang.

***

Hari telah berganti, kali ini aku dan Aini telah berada di salah satu coffee shop yang ada di sudut kota. Aini berusaha menepati janjinya, namun kataku tidak usah repot-repot. Toh aku juga dapat manfaat dari acara kemarin. Bisa dapat teman baru, yang bisa jadi di masa depan menjadi relasi baru.
Karena aku sudah janji, maka harus ditepati, Joe! Katanya, kemarin dalam pesan di WhatsApp.

Pertemuan kami dimulai sebakda shalat Ashar, diakhiri menjelang waktu Maghrib. Hampir dua setengah jam duduk bercengkrama bersama. Tidak terasa, memang. Coba apabila waktu selama itu dipakai untuk kuliah, atau mennghadiri ceramah agama atau kajian kitab kuning. Pasti sangat melelahkan. Baru setengah jam saja, sudah mengantuk.

"Eh, Joe. Kalau aku boleh tebak, ini adalah pertama kali kamu nge-date dengan cewek, kan?"
"Haah? Maksudnya gimana?"
"Makan berdua sama cewek gini, aku pasti adalah orang pertama kan?"

Hening.
Aku berpikir sesaat.

"Kamu benar juga, Aini. Biasanya kita kalo ngumpul kan berlima. Haha."
Fyi, aku dan Aini punya geng persahabatan yang anggotanya lima orang. Tiga laki-laki dan dua perempuan.

"Astaga.."
"Kenapa, Aini?"
"Banyak cowok-cowok yang ketika aku ajak begini, mereka selalu bilang pertama kali "nge-date" nya pasti denganku. Kamu adalah cowok ke delapan, Joe."
"Hahaa, kamu telah merusak anak baik-baik sepertiku, Aini."
Aini tertawa, kemudian memukul tanganku seraya aku menikmati pukulan lembutnya.

"Aini, aku mau bilang sesuatu.." aku kembali memulai percakapan usai tragedi pemukulan.
"Yaa, ngomong aja Joe, ada apa?"
"Daripada kemarin aku jadi pacar bo'ongan, gimana kalo.. ehm, aku jadi pacarmu beneran?" aku berbicara dengan hati-hati.

Coba tebak apa responnya, Aini malah tertawa. "Haha, bisa aja kamu Joe."
"Hehe.." aku tertawa getir.

"Jadi gimana nih, diterima atau tidak? Ehehe.." aku masih mencoba berbicara dengan sangat hati-hati.

Aini tertawa lebih kencang, "Level jokes kamu hari ini sudah sangat meningkat, Joe! Keren banget. Lanjutkan!"

Aku di dalam hati bersungut-sungut kesal.
WOOY GUE INI BENERAN SERIUS. BUKAN LAGI NGELAWAK! -_-

Adzan Maghrib lima menit lagi berkumandang, kami bergegas pulang dari coffee shop. Aini menawariku untuk mampir sejenak ke rumahnya, sebab memang searah dengan jalanku pulang ke rumah. Aku awalnya menolak. Namun karena Aini terus memaksa, akhirnya luluh juga. Aku menebak-nebak, "permainan" seperti apa lagi yang hendak dia tawarkan di rumahnya.

Setelah shalat Maghrib di masjid dekat rumah Aini, aku kini disuguhkan minuman dan makanan ringan di rumahnya. Kembali sedikit berbincang, namun kini ada ibunya di sana.
"Buuk, ini si Joe. Temenku kuliah," kata Aini kepada ibunya. "Sudah berapa banyak teman cowokku yang aku ajak ke rumah yaa, buuk?" 

"Waah kalo itu, sudah banyak sekali." ibunya menjawab sekenanya saja.

Aku mengerti arah pembicaraan itu. Itu sama saja dengan.. Heyy, Joe. Kamu tidak spesial kok. Biasa saja, jadi jangan ngarep!


Malam yang gelap kembali datang, dingin kembali menyelinap. Seorang Joe masih sama seperti malam-malam sebelumnya. Ia kembali gagal untuk memulai hubungan yang agak "serius".
Seorang Kangg Mas Joe, sampai hari ini tetaplah menjadi Kangg Mas Joe-mblo!
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes