Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Coba bayangkan. Kamu besok hendak berangkat jalan-jalan ke suatu tempat. Perjalanan itu bisa dikatakan penting. Atau menyenangkan, karena perjalanan itu bersama teman-teman sahabat rekan sejawat. Dan panitia mengatakan, “Besok kita kumpul di gerbang kampus jam empat pagi, sebelum Shubuh!”
Apa yang terjadi?

Tentu saja, para peserta akan menepati permintaan itu. Bahkan ada pula yang datang sebelum waktu yang ditentukan. Bisa jadi, jam tiga pagi sudah setia menunggu. Jam dua pagi sudah bangun tidur, mempersiapkan tetek bengeknya. Ajaib. Tidak mengantuk sama sekali.
Tapi mari kita lihat pada hari-hari biasa. Apakah kita se-semangat itu? Belum tentu.
Bangun Shubuh saja susah sekali~

Well, itu yang terjadi padaku.
Kami hendak jalan-jalan mendadak ke luar kota (alias, Bogor). Sebenernya gak terlalu jauh. Dan jam kumpulnya juga ngak pagi-pagi banget. Hanya selepas Shubuh. Pokoknya, kumpul di masjid. Shalat Shubuh berjama’ah di sana. Ketika selesai, langsung berangkat.
Coba tebak aku bangun jam berapa? Sebelum jam empat pagi sudah bangun, dong..

Hari-hari biasa? Terkadang juga bangun jam empat pagi, tapi bangun untuk mematikan alarm. Wkwkks!
Dan baru bangun lagi ketika azan di ponsel (dari aplikasi Muslim Pro) berkumandag. Dan baru benar-benar terjaga, setelah "nyawa terkumpul", beberapa menit setelah itu. Masuk ke kamar mandi, buang air, wudhu, motoran ke masjid.
Tapi kadang-kadang juga, kalau sedang lelah, atau sedang banyak maksiat di siang hari. Bangun tidurnya jam lima. “Terpaksa” shalat sendirian di rumah, wkkwkw.

Bisa gak ya, effort kita bangun Shubuh setiap hari itu, seperti effort kita bangun ketika hendak ada acara penting? Bangun langsung melek, mata seger, nggak ngantuk lagi.
Bisa. Harus bisa. 
Insyaa Allah bisa!


Fyi, kami ke Bogor dan sekitarnya di hari Sabtu. Sarapan Soto Mie khas Bogor di dekat alun-alun. Lanjut ke Kebun Raya Bogor, kemudian menuju ke arah Puncak, bablas sampai ke Cianjur. Wokowkw.
Menjelang Maghrib, balik lagi ke Puncak. Nongki di Warpat sampai menjelang Isya. Turun lagi ke arah kota, makan malam di Sate Maranggi. Kemudian pulang. Sampai di rumah pukul setengah satu dini hari. Oh yaa, turun dari Puncak itu bener-bener macet loh. Padat merayap.

Perjalanan ini juga sangat mendadak. Di hari sebelumnya (Jumat), seorang teman berceloteh mengajak jalan-jalan, “Kita sudah lama tidak jalan-jalan, nih!”
Dia mengopsikan untuk dua pekan lagi, jalan-jalan ke Bogor.
Salah seorang teman merespon, daripada dua pekan lagi, mending besok aja. Yaudah, gas! Tujuh orang akhirnya ikut dalam perjalanan kali ini.

Asyik juga perjalanannya.
Dan ternyata asyik juga menulis singkat sekali duduk seperti ini. Hehehe.


Seorang ibu, duduk di beranda rumahnya menantikan kabar anaknya. Sudah tiga hari tak kunjung pulang. Tiada kabar pula. Maklum, zaman itu. Tahun enam puluhan tidak ada yang namanya SMS, apalagi WhatsApp dan update status hingga story.

Sumber gambar: pixabay.com

Anak itu tiba-tiba hilang. Info apakah dia mati, atau diculik atau apa dan bagaimana. Tidak ada. Hilang begitu saja. Kalaupun benar-benar saat itu mati, mayatnya dimana tidak ada yang tahu.

Sang ibu harap-harap cemas. Sebenarnya beliau curiga, kenapa anaknya tak kunjung pulang. Ini pasti ada hubungannya dengan apa yang terjadi dengan keadaan politik nasional. Mengancam stabilitas negara. Anaknya, seorang remaja tanggung yang usia hampir dua puluh, ikut suatu organisasi kepemudaan, yang ternyata adalah underbow dari partai terlarang. Aku tidak perlu memberi tahu nama jelas dari partainya. Tapi kamu pasti sudah tahu semua. Inisial partainya adalah... Pe-ka-i..

Yaa, itu beberapa waktu setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI. Pemerintah dengan semangat membabat habis seluruh anggotanya, hingga juga hal-hal yang terlibat dengan mereka. Organisasi yang terafiliasi pun, harus dihancurkan. PNS dan karyawan BUMN yang terlibat, dipecat. Namanya dicatat. Database mereka jadi cukup lengkap.

Pertanyaannya adalah, siapa anak muda itu?
Anak muda yang ikut organisasi kepemudaan underbow dari PKI adalah, adik mbahku! Hahaha.
Aku baru mengetahui cerita ini dari bapakku, ketika lebaran kemarin.

Ketika ngobrol, mebicarakan silsilah keluarga, aku bertanya iseng, “Adik mbah putri (nenek) itu cuma satu kan ya pak?”
Aku sebenarnya berekspektasi jawaban bapak adalah memang satu, karena aku selama ini tahunya begitu, dan rumah adiknya mbah putri tidak jauh dari rumah mbahku.
Ternyata tidak. Bapak menjawab bahwa ada adik satu lagi yang ‘tiba-tiba hilang’.

PKI. Walaupun peristiwanya telah terjadi puluhan tahun lalu. Saking lamanya, saat itu pun orang tuaku belum lahir. Tapi masih hangat perbincangannya hingga saat ini. Anak keturunan orang-orang yang telibat dengan PKI, baik kader, simpatisan, hingga anggota organisasi underbow partai (walaupun belum tentu berideologi komunis), di-blacklist. Seperti yang disebut di awal, nama-nama mereka ada dalam database. Mbah kakung (kakek) yang ikut salah satu organisasi pekerja yang ada di BUMN, yang ternyata adalah underbow-nya PKI, ikut termasuk namanya tercatat di Koramil. Tapi, nasib baik mbah tidak ikut dipecat karena sudah menjelang masa pensiun. Sedangkan karyawan yang masih muda, tentu saja dipecat dari BUMN.
Mungkin, kamu pernah ingat cerita itu di (Hampir) Dituduh PKI.

Diskriminasi apalagi yang didapat?
Katanya, zaman dulu anak keturunan yang terlibat PKI (secara langsung maupun tidak langsung) agak sulit jika ingin berkontribusi kepada negara. Mereka tidak bisa menjadi PNS, ABRI, dan juga karyawan BUMN. 
Jadi, saat itu kalau mau daftar menjadi prajurit, selain melampirkan SKCK (seperti sekarang), harus melampirkan 'Surat Bersih Diri'. Itu diterbitkan oleh Koramil setempat. Dinyatakan bersih kalau kita bukan keturunan yang terlibat PKI.

Padahal, yang tertuduh PKI itu adalah bapaknya. Kenapa anak dan cucunya juga ikut menanggung ‘dosa’ leluhurnya?
Tapi itu katanya loh. Atau mungkin memang sempat ada, tapi aturan tersebut sudah dihapus. Toh, buktinya, pakdeku ternyata bisa menjadi PNS.

Kalau BUMN, anggota Polisi danTNI? Bagaimana?
Baru-baru ini, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyatakan bahwa anak keturuan PKI boleh mendaftar menjadi prajurit. Aturan lama telah dihapus, dan aku kini bisa melamar jadi prajurit TNI! 😀


*Tulisan ini berisi opini dan hasil obrolan ringan, jadi apabila ada yang salah. Harap dikoreksi.. 😊

Ini adalah cerita bagaimana akhirnya aku berada di Jabodetabek, sampai hari ini. Cerita ketika pertama kali berkelana sendirian ke Pulau Jawa, dari Pulau Sumatera. Semua berlangsung cepat sekali. Tak sampai satu pekan. Kejadian ini sekira setahun yang lalu. Akhir Februari dan awal Maret 2021. Sebenarnya, ingin ditulis di tahun lalu, namun selalu tidak sempat karena (sok) sibuk bekerja. Ehehe..

Bagaimana cerita perjalanan yang sangat cepat dan terekam dengan jelas di ingatan?
Mari kita simak bersama! 😁 

Hari Selasa.

Saat itu aku sedang mengikuti dua seleksi tes masuk ke perusahaan. Yang pertama di pagi hari, pukul sembilan. Yang kedua di siang hari pukul satu. Kedua tes berjalan dengan lancar walaupun tidak terlalu pede.

Untuk tes perusahaan kedua (selanjutnya kita sebut saja PT. X), yang berlangsung di siang hari, aku tidak terlalu yakin. Tes tahap pertama aku memang bisa mengerjakan dengan baik. Soal Bahasa Inggris, sebanyak dua puluh, pilihan ganda. Soalnya “hanya” mengenai Tenses sederhana saja. Melengkapi To Be (am, is, are, was, were), Preposition (on, in, at) dan soal-soal yang sangat sederhana. Tidak serumit tes TOEFL.
Aku lulus di tahap itu. Beberapa orang yang tidak lulus langsung di-kick dari room.

Tahap kedua yang membuat agak puyeng. Soal Matematika, Fisika dan Kimia dasar. Kalau di perkuliahan, ada di semester pertama dan kedua. Sebenarnya ini pelajaran SMA juga. Soal mengenai integral, akar pangkat dan sebagainya, hukum kekekalan energi, tumbukan dan sebagainya, lakmus merah, lakmus biru, juga mengenai pH meter. Aku tidak terlalu ingat pelajaran itu.
Nasib baik, soalnya dalam bentuk pilihan ganda. Yaudah, bismillah. Jawabannya ngasal. Tebak sembarangan. Kalau emang rejeki, ya Alhamdulillah. Pikirku saat itu. Hehee.

Pukul empat sore, tak lama setalah shalat Ashar, aku mendapat email dan SMS. Mengatakan bahwa aku lulus ke tahap selanjutnya di PT. X. Di hari Jumat harus mengikuti seleksi Psikotes di kantor mereka. Balaraja, nama daerahnya.

Dan jujur, mungkin aku kurang riset mengenai perusahaan ini, karena aku mengira akan ditempatkan di Batam. Setelah searching di Google Maps, ternyata Balaraja bukan berada di Batam, melainkan di… Kabupaten Tangerang. Iya, Kabupaten nun jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta wokwokw.

Aku kemudian memberi kabar ke teman yang berada di Jakarta, cuma sharing kebahagiaan saja. Mengakatan bahwa mau ke Tangerang untuk tes kerja. Dia langsung bilang, “Yaudah berangkat saja. Nanti nginep di kosku. Tiket berangkat ke sini aku beliin!”

Alhamdulillah.
Walaupun sejujurnya aku tidak berniat minta apapun dari temanku itu hanya cerita saja, tapi dia baik sekali membelikan aku tiket.

Siapa temanku itu?
Teman yang sejak SD dan SMA, selalu bersekolah di tempat yang sama. Orang tua kami juga sudah saling kenal. Saudara-saudaranya juga kenal. Hanya ketika kuliah saja yang berbeda. Dia merantau terlebih dahulu ke Ibukota, aku di Kampus Sriwijaya. Aku pernah cerita di Kunci Motor.

Lanjut di malam hari, langsung mencari tempat swab antigen yang masih buka. Harganya juga masih cukup mahal saat itu. Dua ratus ribu rupiah. Teteapi, jangka waktunya bisa dipakai sampai tiga hari (kalau sekarang cuma sehari).

Hari Rabu.

Suana setahun yang lalu, Bandara cukup sepi

Aku berangkat menggunakan maskapai Citilink (padahal PT. X adalah kompetitornya, wkwk) dengan pesawat Airbus A320, dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang (PLM) menuju Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta (HLP).

Pesawat Citilink yang akan dinaiki

Kali pertama naik pesawat sendiri. Belum tahu caranya. Awalnya agak-agak bingung, dan benar-benar nampak seperti orang dari kampung yang pertama kali mau naik ke pesawat. Sempat kesal juga sama petugas di Bandara yang dari caranya seperti agak memandang rendahku ketika aku banyak bertanya. Tapi yaudah lah. Malu bertanya sesat di jalan! Ahaha.

Pesawat berangkat dari PLM pukul 15.55

Well, sebenarnya sebelumnya pernah naik pesawat juga, tapi bareng-bareng teman satu angkatan ketika KKL. Jadi aku tinggal terima beres. (Baca: Pesawat)

Ruang tunggu Bandara PLM yang cukup lengang

Tiba di HLP sekitar pukul lima sore. Temanku mengatakan bahwa aku harus keluar dahulu, berjalan kaki menuju geraja yang ada di luar Bandara HLP, barulah kemudian pesan Gojek di sana. Aku ikutin sarannya. Sampai di Gereja ternyata banyak juga penumpang yang sepertiku, menunggu di sana. Banyak juga ojek pangkalan (motor maupun mobil) yang menawarkan jasa. Aku tidak mau. Aku tidak tau daerah ini. Takut terjadi apa-apa. Kalau menggunakan Gojek, bisa jadi lebih aman karena dipantau aplikasi. Ehehe.

Tapi para Ojek Pangkalan kreatif juga. Mereka tetap ngotot menawarkan jasa. Mereka bilang, untuk tarifnya, samakan dengan aplikasi Gojek saja. Aku bilang saja, sudah dijemput teman (padahal saat itu aku sudah order Gojek lewat aplikasi, wokwowk). Dan ketika abang Gojeknya dateng, abang ojek pangkalan itu agak sedikit kecewa dengan nada agak marah, “Lha, katanya dijemput teman, mas?”

Dari HLP menuju kosan temanku di daerah Jatinegara, memakan waktu sekitar setengah jam. Tiga puluh ribu ongkos Gojek-nya. Ini untuk pertama kali melihat-lihat Kota Jakarta dari dekat. Juga melihat sisi lain yang cukup timpang. Di satu sisi ada gedung-gedung tinggi yang megah, namun di sisi lain, di gang-gang sempit juga ada penduduk pinggiran yang bisa dikatakan cukup kumuh.

Skip, skip, beberapa menit menjelang Maghrib akhirnya aku bertemu dengan temanku di kosannya. Yang juga sudah lama tidak berjumpa. Kosannya bagus. Tapi cukup sempit. Harganya sewanya satu juta rupiah. Mahal juga ternyata menurut perspektifku, tapi setelah tinggal setahun di sini, itu adalah harga yang wajar.

Selanjutnya adalah..
Lanjut nanti ya. Udah ngantuk. Besok mau sahur! Tunggu di episode dua aja! 😀

Semangat, Tante Sasa! adalah buku ketiga Mbak Thessa yang sebelumnya aku kira adalah kedua, yang aku dapatkan secara gratis. Buku pertama, Nikah Muda, lagi-lagi juga aku dapatkan gratis dari Mbak Thessa, hasil menang give away di blog belio, sudah aku baca dan sangat keren sekali.
Dasar aku si yang paling suka gratisan! 😝

Jujurly, aku sangat ingin membaca novel Semangat, Tante Sasa! ini sejak beberapa bulan lalu ketika rilis pertama kali. Setelah sekian lama ikutan give away dan selalu gagal, akhirnya berniat membeli sendiri. Tetapi karena tanggal gajian masih lama, aku jadi lupa. Haha.

Jadi, bagaimana ceritanya aku bisa mendapatkan gratis bukunya?
Sekira sebulan yang lalu, Mbak Thessa (@thessalivia) tetiba mengirim DM di Instagram, menawarkan mau gak baca bukunya. Tentu saja dengan senang hati aku jawab mau. Siapa dong yang gak mau buku gratis, plus memang sudah jadi whislist book pula.


Novel ini, menurut beberapa teman di Blog masing-masing, bercerita tentang Tante Sasa sang tokoh utama yang mengurus keponakannya. Banyak ilmu-ilmu parenting yang akan didapat dari novel ini. Baik secara tersirat maupun tersurat.

So, apakah khabar tersebut benar?
Macam mana pula isi kandungan khas dari buku ini?
Mari kita mulakan!


Ketika buku ini tiba di mess, seorang teman membercandai, “Waah baca buku tentang tante-tante ya bang? Itu pasti isinya tentang pelakor. Si tante Sasa akan merebut suami orang!”
Aku tertawa mendengar kelakarnya, temanku juga tertawa.

Ketika aku meng-unboxing paket tersebut, kemudian sampai ke prosesi membaca jaket buku (lebih dikenal sebagai blurb). Di sana tertulis 17+. Jantungku langsung berdetak, “Mampus!”


... Mama tahu kebiasan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! ...
Ini adalah salah satu kalimat dari dua paragraf yang ada di blurb. Nampaknya perkataan temanku benar. Jangan-jangan Tante Sasa beneran pelakor nihh.. Wwokokwk.

Oke, kini serius.
Cerita digambarkan seorang tokoh utama bernama Sasita atau dikenal sebagai Tante Sasa oleh keponakannya; Velisa. Sasita juga punya hubungan yang kurang harmonis dengan mamanya. Maka, ia memilih untuk tinggal di apartemen sendiri, alih-alih tinggal bersama ibu kandungnya. Padahal mah, enakan tinggal sama orangtua sendiri. Bisa berbakti, plus tidak keluar biaya untuk sewa atau beli apartemen karena tinggal di rumah sendiri.

Sasita tiba-tiba diminta untuk menjaga Velisa, sebab mamanya Sasita (sekaligus neneknya Velisa) hendak melaksanakan ibadah haji. Velisa memang diasuh oleh neneknya karena ayah ibunya telah tiada. Ibunya Velisa adalah kakak kandung Sasita.

Dengan ogah-ogahan, Sasita akhirnya bersedia menjaga keponakannya itu selama sang nenek berangkat ke Tanah Suci. Sasita mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap keponakannya. Tapi yaa yang namanya anak usia enam tahun, masih banyak belum bisa melakukan apa-apa yang dianggap mudah oleh orang dewasa.

Contohnya, Sasita terkaget ketika ia bangun tidur jam empat sore dan mendapati keponakannya hanya menonton Youtube saja. Ditanya sudah makan atau belum, jawabannya belum. Ditanya lapar atau tidak, jawaban Velisa lapar. Ketika ditanya kenapa tidak makan, keponakannya menjawab dengan polos, sebab tidak ada yang menyiapkan makanan.

Pelajaran mengasuh anak hari pertama: Jangan mengharapkan anak enam tahun inisiatif mengambil makanan sendiri. Jadi, jangan lupa menyiapkan makanan mereka.

Yaa, hampir di setiap bab, di paragraf akhir selalu disuguhi tulisan Pelajaran mengasuh anak hari ke-....
Ini yang menurutku keunikan buku ini. Aku belum pernah membaca novel yang di akhirnya diberikan hal-hal semacam kesimpulan atau hikmah seperti ini.

Selain itu, diceritakan pula Velisa kalau makan, pasti lamban sekali. Membuat Tante Sasa kesal. Tetapi, suatu waktu ketika diajak makan ke mall, keponakannya itu makan dengan lahap dan cepat. Tumben sekali.
Well, nampaknya Velisa adalah kita. Kecepatan makan akan meningkat ketika dihadapkan dengan makanan yang lezat! 😁

Di samping ilmu parenting, aku juga mendapat hal baru. Tentang  keuangan, investasi, saham dan segala  tetek bengeknya. Sasita bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang sekuritas. Dijelaskan pula kantornya berada di gedung-gedung bertingkat tinggi yang ada di Jakarta. Dari style-nya, Sasita nampak sedikit agak hedon. Aku bisa menyimpulkan, Tante Sasa adalah Mbak-Mbak SCBD! 😂

Hari demi hari berlalu dan Sasita mulai terbiasa dengan keponakannya. Suatu hari, Sasita menjanjikan untuk mengajak Velisa untuk jalan-jalan ke Dufan di hari Ahad. Masalahnya adalah, tiba-tiba seorang laki-laki 'jahat' bernama Seno, mengajak Sasita untuk nonton konser band di hari yang sama. Seno adalah mantan pacarnya si Sasita dan Seno adalah seorang bapak beranak dua! Ga ada otak lu, Sen!

Coba tebak, Sasita memilih untuk menemani keponakannya ke Dufan atau nonton konser bersama suami orang?
Ternyata Sasita juga ga ada otak. Dia memilih untuk nge-date bersama Seno dan membatalkan janji dengan keponakannya.
Sasita, lu juga ga ada otak!
Astaghfirullah, maafkan saudara-saudara kalau tulisannya terkesan memaki. Agak emosi soalnya.

Singkat cerita, setelah mereka bersenang-senang dan Sasita pulang di malam hari, ia melihat Velisa sedang menangis tersedu-sedu. “Kata Bunda, janji harus ditepati..”
Deg.. mampus lo, Sasita. Enak-enakan jalan sama suami orang, ponakan sendiri ditinggal sendirian, padahal beberapa hari yang lalu udah dijanjikan mau ke Dufan.

Skip skip skip..
Akhirnya Mama mengetahui hubungan terlarang Tante Sasita dengan Seno si suami orang. Di bagian ini, konflik cerita semakin seru
Kemudian coba tebak, gimana kelanjutan pengasuhan Velisa. Untuk mengetahuinya, silahkan beli bukunya! 😀😃

Kesimpulanku; Novel ini sangat unik. Bercerita tentang parenting, namun ditambah sedikit bumbu-bumbu perselingkuhan dan konflik anak dan orangtua. Ilmu parenting yang diselipkan juga tidak nampak menggurui. Pokoknya, keren sekali!
Semangat Tante Thessa! #ehh


Judul : Semangat, Tante Sasa!
Penulis : Thessalivia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit : 2021

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Aku juga tidak tahu jawabannya. Aku cuma mau mengeluarkan “unek-unek” saja.. Bukan untuk mendiskreditkan wanita yaak. Bisa jadi ini cuma “oknum”. Ehehe.
Kalimat di atas merupakan persiapan sebelum diserang gerombolan Feminazi hihiihi...

Well, walaupun kata orang wanita itu cenderung memakai perasaan dalam bertindak. Terkadang, para wanita itu bertindak tanpa perasaan sama sekali. Cenderung membuat kaum pria sakit hati. Hal ini aku dapatkan dari FGD; Focus Group Discussion (baca: ghibah) dengan beberapa teman. Berikut akan aku paparkan contoh kasus dari kisah nyata hasil FGDyang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.

Seorang wanita, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), sudah memiliki gebetan yang bernama Wawan. Suatu hari di tempat kerjanya, pria lain bernama Budi, hendak mendekati Mawar. Budi suka dengan Mawar.

Bagaimana respon Mawar ketika Budi PDKT dengannya? Padahal dia sudah punya gebetan bernama Wawan?
Tentu saja Mawar selalu merespon ajakan Budi. Diajak jalan, hayuu. Diajak nonton oke. Diajak makan, mau. Dan pasti, Budi menjadi yakin bahwa ini adalah sinyal positif dari Mawar. Diajak tidur juga mau! (Yaa enggak, lah!)
Apakah Wawan tahu akan hal ini? Tentu saja tahu. Mawar menceritakan ini ke Wawan. Mawar bilang ke Wawan bahwa Budi hanya ingin berteman biasa saja dengan Mawar.

“Kalau Budi beneran suka kamu gimana?” kata Wawan kepada Mawar di suatu sore.
“Yaudah, biarin aja?” Mawar menjawab enteng.
“Hah, maksudmu gimana?”
”Yaa kita lihat sebesar apa perjuangan Budi untuk mendapatkan aku!”
Wawan mulai merasa terancam posisinya, lalu mengonfirmasi, “Terus, Budi akan kamu terima?”
Lagi-lagi Mawar menjawab dengan sangat enteng seperti tanpa dosa, “Tentu saja tidak..”

MAWAR, LU KAGAK KASIHAN SAMA BUDI YAK? ELU NYURUH DIA BERJUANG, TAPI LU JUGA NIAT UNTUK MENGECEWAKAN DIA DI AKHIR.

Untuk Seorang Mawar, atau ada Mawar-Mawar lain di luar sana. Tolong. Jangan seperti ini ya. Kalau kamu memang tidak berminat dari awal, tolak saja dari awal. Jangan kamu angkat tinggi-tinggi, seolah ada harapan yang besar. Eh, gak tau nya kau jatuhkan kami dari harapan yang tinggi itu. Sakit rasanya. Sakit sekali. Rasanya dendam sekali dan benci sekali aku dengan Mawar. Kamu jahat, Mawar!

Lebih baik bagi kami, kalau dari awal memang sudah ditolak. Selesai urusannya. Tinggal mencari wanita lain yang sekiranya cocok, akan kami perjuangkan sepenuh hati. Kami tidak perlu membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk sesuatu yang hanya menganggap kami mainan saja. Jadi Badut, kalau kata netizen.

Mawar benar-benar tidak bisa dimengerti jalan pikirannya.
Tetap semangat untuk si Budi, dan Budi-Budi lain di luar sana. Cari saja wanita lain. Jangan cari wanita jahat seperti Mawar!



Di penghujung bulan Februari, yang katanya, bulan cinta. Izinkanlah aku membahas buku tentang cinta. Buku yang diterbitkan oleh Buku Mojok, karya Mohammad Ali Ma'ruf dengan judul Perihal Cinta Kita Semua Pemula.
Oh yaa, postingan ini untuk challange #JanexLiaRC di bulan Februari! 😁


Buku ini sebenarnya berisi quote-quote sahaja. Namun kebanyakan isinya memiriskan hati yang membaca. Terkadang aku tertawa sendiri membacanya; Menertawakan diri sendiri. Betapa diri ini telah dibutakan dengan yang namanya cinta #Eaakk.

Dan berikut, beberapa quotes yang menurutku sangat "menyentuh".

Malaikat Roqib dan Atid emang paling setia deh,
Nggak kayak kamu!
:((

Eheheh..

Nasib baik aku kerjanya di Jabodetabek 😅

Untung saja selalu berharap kepada Allah dan Rasul,
bukan kepada bintang jatuh
😊 

Dasar kamu seperti hantu!

Bahkan, baru saja mau dimulai.
Tetapi kamu sudah hilang duluan

Kalau ternyata memang bukan jodoh, apa mau dikata!

Aku yang selalu setia mendengar sambatan kamu.
Dasar badut!

Dasar badut! (2)

Dasar badut! (3)

Dasar badut! (4)

Untuk cowok-cowok yang sering antar jemput doi-nya, kasihan sekali Antum!
Eh tapi kayaknya aku juga pernah begitu deh 
😶

Buku ditutup dengan quote yang sangat ngenes! 😁😢

Kang Mas Joe-mblo, walaupun seorang jomblo akut, kali ini ingin membahas buku tentang cara menjadi suami yang wonderful. Suami yang disayang istri. Siapa tahu kita bisa mendapat sedikit pengajaran dari buku ini. Hehehe.
Oh yaa, postingan ini adalah challange #JanexLiaRC di bulan Januari, tetapi diposting di bulan Februari (?).

Buku ini ditulis oleh Ustadz Cahyadi Takariawan, akrab dipanggil Pak Cah. Seorang yang juga konsultan keluarga. Sering memberikan ceramah mengenai parenting, hubungan suami ke istri. Ayah ke anak. Anak ke ibu. Intinya, segala hal mengenai ketahanan keluarga, beliau concern di situ.

Wonderful Husband, adalah salah satu dari serial paket buku Wonderful Family. Ada beberapa buku dengan tema besar berbeda-beda dan warna cover berbeda-beda. Well, buku ini sampulnya keras. Hard cover. Berwarna oranye. Artinya, buku ini rasa jeruk.


Apa yang menarik dari buku ini?
Seperti yang aku bilang tadi bahwa buku ini ditulis oleh seorang Ustadz. Namun, sejauh yang aku baca, Ustadz Cahyadi alias Pak Cah, hanya mengeluarkan satu dalil Al-Quran. Dan itu pun tidak ditulis dalam Bahasa Arab, melainkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Jadi, menurutku buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan. Tak hanya Muslim, umat agama lain seperti Kristen, Budha atau tak beragama pun, masih aman untuk membaca buku ini. Intinya buku yang ditulis Pak Cah mengajarkan cara menjadi suami yang baik secara universal.

Menurut Pak Cah, ada sembilan kriteria untuk menjadi Wonderful Husband. Aku hanya akan membahas beberapa saja. Kalau mau bahasan full, baca saja bukunya langsung. Hehehe.

Memimpin keluarga dengan cinta.
Banyak hal yang dibahas dalam bab ini. Salah satunya, bagaimana menghadapi istri yang sedang emosi. Pak Cah memberikan tips untuk suami tetap bersikap tenang. Kemudian hindari kata “selalu” dan “tidak pernah”. Contohnya, jangan gunakan “Kamu selalu marah,” atau “Kamu tidak pernah mau diingatkan!”
Padahal kan yaa siapa tau istrinya baru sekali saja marah, atau baru sekali itu tidak mau diingatkan. Hehehe. Jangan menggeneralisir kesalahan yang baru sekali yang seolah-olah menjadi selalu salah.
Tips lain adalah, kalau sedang marah jangan mengancam, mudahlah meminta maaf, dan sebagainya.
Ini sebenarnya adalah hal-hal teknis, yang mungkin kita sering lupa akan hal ini.

Mampu menundukkan ego.
Secara umum, sifat laki-laki memiliki ego yang tinggi, kan? Nah itu harus agak sedikit diredam. Karena, yaa, kini suami sudah tinggal bersama orang lain yang disebut istri. Tidak bisa lagi semaunya saja. Harus ada hal-hal yang didiskusikan. Karena mempertahankan ego, kata Pak Cah, bisa melukai istri!

Fokus mengingat kebaikan istri.
No one’s perfect. Tentu saja istri banyak kurangnya. Tetapi perlu diingat. Laki-laki alias suami juga pasti ada kekurangan. Setiap orang punya kekurangan masing-masing. Fokus saja mengingat kebaikannya.
Peribahasa Jawa mengatakan, “Wit gedhang uwohe pakel, omonge gampang nglakoni angel.”
Betapa mudah kita menyalahkan orang lain, namun kita maafkan diri sendiri bahkan untuk kesalahan yang lebih besar.

Dan untuk menutup postingan kali ini, izinkanlah aku mengutip kalimat indah dari Pak Cah, semoga menjadi nasihat untuk kita semua. Tidak hanya antara suami ke istri, istri ke suami. Melainkan antar kita sebagai sesama manusia.

“Kebiasaan menggunakan standar ganda dalam menilai perbuatan orang lain dengan perbuatan diri sendiri, mengakibatkan kita mudah menyalahkan orang lain atas perbuatannya.”
Pak Cah, Wonderful Husband halaman 142
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes