Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.


Semangat, Tante Sasa! adalah buku ketiga Mbak Thessa yang sebelumnya aku kira adalah kedua, yang aku dapatkan secara gratis. Buku pertama, Nikah Muda, lagi-lagi juga aku dapatkan gratis dari Mbak Thessa, hasil menang give away di blog belio, sudah aku baca dan sangat keren sekali.
Dasar aku si yang paling suka gratisan! 😝

Jujurly, aku sangat ingin membaca novel Semangat, Tante Sasa! ini sejak beberapa bulan lalu ketika rilis pertama kali. Setelah sekian lama ikutan give away dan selalu gagal, akhirnya berniat membeli sendiri. Tetapi karena tanggal gajian masih lama, aku jadi lupa. Haha.

Jadi, bagaimana ceritanya aku bisa mendapatkan gratis bukunya?
Sekira sebulan yang lalu, Mbak Thessa (@thessalivia) tetiba mengirim DM di Instagram, menawarkan mau gak baca bukunya. Tentu saja dengan senang hati aku jawab mau. Siapa dong yang gak mau buku gratis, plus memang sudah jadi whislist book pula.


Novel ini, menurut beberapa teman di Blog masing-masing, bercerita tentang Tante Sasa sang tokoh utama yang mengurus keponakannya. Banyak ilmu-ilmu parenting yang akan didapat dari novel ini. Baik secara tersirat maupun tersurat.

So, apakah khabar tersebut benar?
Macam mana pula isi kandungan khas dari buku ini?
Mari kita mulakan!


Ketika buku ini tiba di mess, seorang teman membercandai, “Waah baca buku tentang tante-tante ya bang? Itu pasti isinya tentang pelakor. Si tante Sasa akan merebut suami orang!”
Aku tertawa mendengar kelakarnya, temanku juga tertawa.

Ketika aku meng-unboxing paket tersebut, kemudian sampai ke prosesi membaca jaket buku (lebih dikenal sebagai blurb). Di sana tertulis 17+. Jantungku langsung berdetak, “Mampus!”


... Mama tahu kebiasan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! ...
Ini adalah salah satu kalimat dari dua paragraf yang ada di blurb. Nampaknya perkataan temanku benar. Jangan-jangan Tante Sasa beneran pelakor nihh.. Wwokokwk.

Oke, kini serius.
Cerita digambarkan seorang tokoh utama bernama Sasita atau dikenal sebagai Tante Sasa oleh keponakannya; Velisa. Sasita juga punya hubungan yang kurang harmonis dengan mamanya. Maka, ia memilih untuk tinggal di apartemen sendiri, alih-alih tinggal bersama ibu kandungnya. Padahal mah, enakan tinggal sama orangtua sendiri. Bisa berbakti, plus tidak keluar biaya untuk sewa atau beli apartemen karena tinggal di rumah sendiri.

Sasita tiba-tiba diminta untuk menjaga Velisa, sebab mamanya Sasita (sekaligus neneknya Velisa) hendak melaksanakan ibadah haji. Velisa memang diasuh oleh neneknya karena ayah ibunya telah tiada. Ibunya Velisa adalah kakak kandung Sasita.

Dengan ogah-ogahan, Sasita akhirnya bersedia menjaga keponakannya itu selama sang nenek berangkat ke Tanah Suci. Sasita mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap keponakannya. Tapi yaa yang namanya anak usia enam tahun, masih banyak belum bisa melakukan apa-apa yang dianggap mudah oleh orang dewasa.

Contohnya, Sasita terkaget ketika ia bangun tidur jam empat sore dan mendapati keponakannya hanya menonton Youtube saja. Ditanya sudah makan atau belum, jawabannya belum. Ditanya lapar atau tidak, jawaban Velisa lapar. Ketika ditanya kenapa tidak makan, keponakannya menjawab dengan polos, sebab tidak ada yang menyiapkan makanan.

Pelajaran mengasuh anak hari pertama: Jangan mengharapkan anak enam tahun inisiatif mengambil makanan sendiri. Jadi, jangan lupa menyiapkan makanan mereka.

Yaa, hampir di setiap bab, di paragraf akhir selalu disuguhi tulisan Pelajaran mengasuh anak hari ke-....
Ini yang menurutku keunikan buku ini. Aku belum pernah membaca novel yang di akhirnya diberikan hal-hal semacam kesimpulan atau hikmah seperti ini.

Selain itu, diceritakan pula Velisa kalau makan, pasti lamban sekali. Membuat Tante Sasa kesal. Tetapi, suatu waktu ketika diajak makan ke mall, keponakannya itu makan dengan lahap dan cepat. Tumben sekali.
Well, nampaknya Velisa adalah kita. Kecepatan makan akan meningkat ketika dihadapkan dengan makanan yang lezat! 😁

Di samping ilmu parenting, aku juga mendapat hal baru. Tentang  keuangan, investasi, saham dan segala  tetek bengeknya. Sasita bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang sekuritas. Dijelaskan pula kantornya berada di gedung-gedung bertingkat tinggi yang ada di Jakarta. Dari style-nya, Sasita nampak sedikit agak hedon. Aku bisa menyimpulkan, Tante Sasa adalah Mbak-Mbak SCBD! 😂

Hari demi hari berlalu dan Sasita mulai terbiasa dengan keponakannya. Suatu hari, Sasita menjanjikan untuk mengajak Velisa untuk jalan-jalan ke Dufan di hari Ahad. Masalahnya adalah, tiba-tiba seorang laki-laki 'jahat' bernama Seno, mengajak Sasita untuk nonton konser band di hari yang sama. Seno adalah mantan pacarnya si Sasita dan Seno adalah seorang bapak beranak dua! Ga ada otak lu, Sen!

Coba tebak, Sasita memilih untuk menemani keponakannya ke Dufan atau nonton konser bersama suami orang?
Ternyata Sasita juga ga ada otak. Dia memilih untuk nge-date bersama Seno dan membatalkan janji dengan keponakannya.
Sasita, lu juga ga ada otak!
Astaghfirullah, maafkan saudara-saudara kalau tulisannya terkesan memaki. Agak emosi soalnya.

Singkat cerita, setelah mereka bersenang-senang dan Sasita pulang di malam hari, ia melihat Velisa sedang menangis tersedu-sedu. “Kata Bunda, janji harus ditepati..”
Deg.. mampus lo, Sasita. Enak-enakan jalan sama suami orang, ponakan sendiri ditinggal sendirian, padahal beberapa hari yang lalu udah dijanjikan mau ke Dufan.

Skip skip skip..
Akhirnya Mama mengetahui hubungan terlarang Tante Sasita dengan Seno si suami orang. Di bagian ini, konflik cerita semakin seru
Kemudian coba tebak, gimana kelanjutan pengasuhan Velisa. Untuk mengetahuinya, silahkan beli bukunya! 😀😃

Kesimpulanku; Novel ini sangat unik. Bercerita tentang parenting, namun ditambah sedikit bumbu-bumbu perselingkuhan dan konflik anak dan orangtua. Ilmu parenting yang diselipkan juga tidak nampak menggurui. Pokoknya, keren sekali!
Semangat Tante Thessa! #ehh


Judul : Semangat, Tante Sasa!
Penulis : Thessalivia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit : 2021

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Aku juga tidak tahu jawabannya. Aku cuma mau mengeluarkan “unek-unek” saja.. Bukan untuk mendiskreditkan wanita yaak. Bisa jadi ini cuma “oknum”. Ehehe.
Kalimat di atas merupakan persiapan sebelum diserang gerombolan Feminazi hihiihi...

Well, walaupun kata orang wanita itu cenderung memakai perasaan dalam bertindak. Terkadang, para wanita itu bertindak tanpa perasaan sama sekali. Cenderung membuat kaum pria sakit hati. Hal ini aku dapatkan dari FGD; Focus Group Discussion (baca: ghibah) dengan beberapa teman. Berikut akan aku paparkan contoh kasus dari kisah nyata hasil FGDyang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.

Seorang wanita, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), sudah memiliki gebetan yang bernama Wawan. Suatu hari di tempat kerjanya, pria lain bernama Budi, hendak mendekati Mawar. Budi suka dengan Mawar.

Bagaimana respon Mawar ketika Budi PDKT dengannya? Padahal dia sudah punya gebetan bernama Wawan?
Tentu saja Mawar selalu merespon ajakan Budi. Diajak jalan, hayuu. Diajak nonton oke. Diajak makan, mau. Dan pasti, Budi menjadi yakin bahwa ini adalah sinyal positif dari Mawar. Diajak tidur juga mau! (Yaa enggak, lah!)
Apakah Wawan tahu akan hal ini? Tentu saja tahu. Mawar menceritakan ini ke Wawan. Mawar bilang ke Wawan bahwa Budi hanya ingin berteman biasa saja dengan Mawar.

“Kalau Budi beneran suka kamu gimana?” kata Wawan kepada Mawar di suatu sore.
“Yaudah, biarin aja?” Mawar menjawab enteng.
“Hah, maksudmu gimana?”
”Yaa kita lihat sebesar apa perjuangan Budi untuk mendapatkan aku!”
Wawan mulai merasa terancam posisinya, lalu mengonfirmasi, “Terus, Budi akan kamu terima?”
Lagi-lagi Mawar menjawab dengan sangat enteng seperti tanpa dosa, “Tentu saja tidak..”

MAWAR, LU KAGAK KASIHAN SAMA BUDI YAK? ELU NYURUH DIA BERJUANG, TAPI LU JUGA NIAT UNTUK MENGECEWAKAN DIA DI AKHIR.

Untuk Seorang Mawar, atau ada Mawar-Mawar lain di luar sana. Tolong. Jangan seperti ini ya. Kalau kamu memang tidak berminat dari awal, tolak saja dari awal. Jangan kamu angkat tinggi-tinggi, seolah ada harapan yang besar. Eh, gak tau nya kau jatuhkan kami dari harapan yang tinggi itu. Sakit rasanya. Sakit sekali. Rasanya dendam sekali dan benci sekali aku dengan Mawar. Kamu jahat, Mawar!

Lebih baik bagi kami, kalau dari awal memang sudah ditolak. Selesai urusannya. Tinggal mencari wanita lain yang sekiranya cocok, akan kami perjuangkan sepenuh hati. Kami tidak perlu membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk sesuatu yang hanya menganggap kami mainan saja. Jadi Badut, kalau kata netizen.

Mawar benar-benar tidak bisa dimengerti jalan pikirannya.
Tetap semangat untuk si Budi, dan Budi-Budi lain di luar sana. Cari saja wanita lain. Jangan cari wanita jahat seperti Mawar!



Di penghujung bulan Februari, yang katanya, bulan cinta. Izinkanlah aku membahas buku tentang cinta. Buku yang diterbitkan oleh Buku Mojok, karya Mohammad Ali Ma'ruf dengan judul Perihal Cinta Kita Semua Pemula.
Oh yaa, postingan ini untuk challange #JanexLiaRC di bulan Februari! 😁


Buku ini sebenarnya berisi quote-quote sahaja. Namun kebanyakan isinya memiriskan hati yang membaca. Terkadang aku tertawa sendiri membacanya; Menertawakan diri sendiri. Betapa diri ini telah dibutakan dengan yang namanya cinta #Eaakk.

Dan berikut, beberapa quotes yang menurutku sangat "menyentuh".

Malaikat Roqib dan Atid emang paling setia deh,
Nggak kayak kamu!
:((

Eheheh..

Nasib baik aku kerjanya di Jabodetabek 😅

Untung saja selalu berharap kepada Allah dan Rasul,
bukan kepada bintang jatuh
😊 

Dasar kamu seperti hantu!

Bahkan, baru saja mau dimulai.
Tetapi kamu sudah hilang duluan

Kalau ternyata memang bukan jodoh, apa mau dikata!

Aku yang selalu setia mendengar sambatan kamu.
Dasar badut!

Dasar badut! (2)

Dasar badut! (3)

Dasar badut! (4)

Untuk cowok-cowok yang sering antar jemput doi-nya, kasihan sekali Antum!
Eh tapi kayaknya aku juga pernah begitu deh 
😶

Buku ditutup dengan quote yang sangat ngenes! 😁😢

Kang Mas Joe-mblo, walaupun seorang jomblo akut, kali ini ingin membahas buku tentang cara menjadi suami yang wonderful. Suami yang disayang istri. Siapa tahu kita bisa mendapat sedikit pengajaran dari buku ini. Hehehe.
Oh yaa, postingan ini adalah challange #JanexLiaRC di bulan Januari, tetapi diposting di bulan Februari (?).

Buku ini ditulis oleh Ustadz Cahyadi Takariawan, akrab dipanggil Pak Cah. Seorang yang juga konsultan keluarga. Sering memberikan ceramah mengenai parenting, hubungan suami ke istri. Ayah ke anak. Anak ke ibu. Intinya, segala hal mengenai ketahanan keluarga, beliau concern di situ.

Wonderful Husband, adalah salah satu dari serial paket buku Wonderful Family. Ada beberapa buku dengan tema besar berbeda-beda dan warna cover berbeda-beda. Well, buku ini sampulnya keras. Hard cover. Berwarna oranye. Artinya, buku ini rasa jeruk.


Apa yang menarik dari buku ini?
Seperti yang aku bilang tadi bahwa buku ini ditulis oleh seorang Ustadz. Namun, sejauh yang aku baca, Ustadz Cahyadi alias Pak Cah, hanya mengeluarkan satu dalil Al-Quran. Dan itu pun tidak ditulis dalam Bahasa Arab, melainkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Jadi, menurutku buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan. Tak hanya Muslim, umat agama lain seperti Kristen, Budha atau tak beragama pun, masih aman untuk membaca buku ini. Intinya buku yang ditulis Pak Cah mengajarkan cara menjadi suami yang baik secara universal.

Menurut Pak Cah, ada sembilan kriteria untuk menjadi Wonderful Husband. Aku hanya akan membahas beberapa saja. Kalau mau bahasan full, baca saja bukunya langsung. Hehehe.

Memimpin keluarga dengan cinta.
Banyak hal yang dibahas dalam bab ini. Salah satunya, bagaimana menghadapi istri yang sedang emosi. Pak Cah memberikan tips untuk suami tetap bersikap tenang. Kemudian hindari kata “selalu” dan “tidak pernah”. Contohnya, jangan gunakan “Kamu selalu marah,” atau “Kamu tidak pernah mau diingatkan!”
Padahal kan yaa siapa tau istrinya baru sekali saja marah, atau baru sekali itu tidak mau diingatkan. Hehehe. Jangan menggeneralisir kesalahan yang baru sekali yang seolah-olah menjadi selalu salah.
Tips lain adalah, kalau sedang marah jangan mengancam, mudahlah meminta maaf, dan sebagainya.
Ini sebenarnya adalah hal-hal teknis, yang mungkin kita sering lupa akan hal ini.

Mampu menundukkan ego.
Secara umum, sifat laki-laki memiliki ego yang tinggi, kan? Nah itu harus agak sedikit diredam. Karena, yaa, kini suami sudah tinggal bersama orang lain yang disebut istri. Tidak bisa lagi semaunya saja. Harus ada hal-hal yang didiskusikan. Karena mempertahankan ego, kata Pak Cah, bisa melukai istri!

Fokus mengingat kebaikan istri.
No one’s perfect. Tentu saja istri banyak kurangnya. Tetapi perlu diingat. Laki-laki alias suami juga pasti ada kekurangan. Setiap orang punya kekurangan masing-masing. Fokus saja mengingat kebaikannya.
Peribahasa Jawa mengatakan, “Wit gedhang uwohe pakel, omonge gampang nglakoni angel.”
Betapa mudah kita menyalahkan orang lain, namun kita maafkan diri sendiri bahkan untuk kesalahan yang lebih besar.

Dan untuk menutup postingan kali ini, izinkanlah aku mengutip kalimat indah dari Pak Cah, semoga menjadi nasihat untuk kita semua. Tidak hanya antara suami ke istri, istri ke suami. Melainkan antar kita sebagai sesama manusia.

“Kebiasaan menggunakan standar ganda dalam menilai perbuatan orang lain dengan perbuatan diri sendiri, mengakibatkan kita mudah menyalahkan orang lain atas perbuatannya.”
Pak Cah, Wonderful Husband halaman 142



"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216)

Ada yang sangat kita inginkan, tapi tak dapat kita raih.

Terkadang kecewa, sedih, kesal. Apa boleh dikata?
Allah tidak men-taqdir-kan ini untuk kita!

Mungkin kita masih ingat, semasa kanak-kanak dahulu. Kita ingin ini, ingin itu. Tidak semua dapat dikabulkan oleh orang tua kita. 
Kenapa? Karena mereka tahu, itu tidak baik buat kita. 

Tak percaya? 
Ada saja anak-anak yang ingin bermain api di kompor, atau menceburkan diri ke tengah sungai yang arusnya sangat deras, atau bermain ke jalan raya yang ramai akan kendaraan. 
Tentu saja orang tua tidak mengizinkan hal itu, karena hal tersebut berbahaya bagi sang anak.

Jadi, ketika kita kembali ke hari ini. Kita menginginkan sesuatu, tetapi Allah tidak kasih. Santai saja.

Allah tahu, boleh jadi itu tidak baik bagi kita.
Semoga Allah kasih kita ganti yang lebih baik. 

Tidak semua yang kita inginkan harus terkabulkan, bukan? 😊

Ditulis saat sedang berada di ruang tunggu Bandara

Yeey! 
Akhirnya ke bioskop untuk pertama kalinya di tahun 2022. Setelah sebelumnya, di tahun 2021 aku hanya dua kali menonton film di bioskop. Pertama di bulan Februari; Doraemon Stand By Me 2. Kedua di bulan November; Nussa.
(Rencana pengen buat review-nya, tapi lupa mulu. Jadi males, ehehee)

Film tentang apa yang aku tonton hari ini?
Genre-nya adalah Horor! Iya, untuk pertama kalinya, aku menonton film horor di bioskop. Judulnya; Makmum 2.

Kenapa menonton film ini? Yaa karena kami telat sampai ke bioskop, wkwkk!
Ada satu teman yang agak telat datang dari jadwal janjian yang telah ditentukan. Satu teman lagi lupa kalau dia pulang kerja jam satu siang, bukan jam dua belas. Dan kami tiba di bioskop sekitar jam 13.40.
Jadi, rencana berubah. Mencari film yang pas saja jadwalnya. Dapatlah film ini.

Film ini, di awal menampilkan keindahan alam daerah pedesaan Jawa. Sangat indah menurutku. Tergambar pegunungan, sawah, ladang, rumah-rumah penduduk desa yang ramah, dan sebagainya. Sangat nyaman. Tidak sehiruk-pikuk aura perkotaan Jabodetabek.
Oh yaa, aku kurang tahu apakah itu di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Yang jelas, di film itu tergambarkan banyak dialog yang menggunakan Bahasa Jawa. Nasib baik aku telah faham Bahasa Jawa, jadi tidak perlu membaca subtitle-nya. Ehehe.

Sesuai namanya, Makmum 2. Jadi ini bercerita tentang hantu yang ikut menjadi makmum ketika shalat. Menghadirkan perasaan was-was dalam diri orang yang diganggu hantu makmum tersebut. Padahal mah, gak perlu was-was. Siapa tahu si hantu pengen tobat dengan ikutan shalat. Menjadi pribadi yang lebih baik. #Eaakk!

Dan film horor ini, menurutku tidaklah menyeramkan. Sesekali saja membuat terkejut. Karena efek suara, pencahayaan yang awalnya gelap tiba-tiba menjadi terang, kemudian si hantu makmum tiba-tiba muncul. Hantunya pun jelek sekali. Eh, iya. Yang namanya hantu pasti jelek. Tidak ada hantu yang ganteng atau cantik. Ahaha!

Kemudian, film yang seharusnya menyeramkan. Menurut kami malah seolah menjadi film lawak. Aku tidak tahu, apakah kami salah atau tidak. Ketika di bioskop orang-orang sedang ketakutan, kami malah tertawa cekikian melihat adegan yang  ada di film itu. Misal, hantu nya yang tiba-tiba terbang, atau hantu nya ikut baca “Allahu Akbar” atau "Sami'allahu-liman hamidah" ketika menjadi makmum (hantu aja ikutan shalat, masak kamu nggak, hehee), dan sebagainya.

Itu semua tidak masuk akal!
WOYY NAMANYA AJA FILM, BANYAK PROTES AJA, LU!

Walaupun cover film ini adalah horor, menurutku ini ada pesan moral tersembunyi. Menjaga lingkungan!
Kok bisa? Yaa, sebab ada pohon yang ditebang, maka kemudian ada hantu yang menjadi gentayangan. Mengganggu dan merasuki tiga orang anak beserta para ibunya.

Bagaimana ending-nya? Ada seorang “dukun” yang menanam kembali pohon yang telah ditebang. Beliau menanam pohon yang masih kecil. Masih di dalam polybag. Dua batang pohon. Dua loh, bukan satu. Dan ketika pohon kedua selesai ditanam. Hantu yang merasuki salah seorang ibu, sirna. Sang ibu sadar dari kesurupan.
Well, jangan-jangan beliau bukanlah dukun, melainkan aktivis lingkungan. Ehehe.
Maaf agak sedikit spolier, yaak. Ehehe.

Kira-klira seperti ini pohon dalam polybag yang ditanam oleh "Dukun" tersebut, ehehee

Dan terakhir, ada hal yang membuatku kecewa. Biasanya kan film horor di Indonesia selalu menampilkan adegan esek-esek. Tapi kenapa di film ini tidak ada yaaa? :((
#Ehh



Edit:
Temanku, Mang Coy, juga membuat review tentang film ini. Silahkan baca tulisannya; Review Film Makmum 2.



Memasuki bulan Februari, yang katanya bulan Cinta, marilah kita membahas tentang cinta-cintaan. #Eaakk.

Apa yang hendak aku bahas? Sebuah novel lama, terbitan pertama di tahun 2005 bulan Mei. Karya Om Puthut Ea, berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu.
(Oh yaa, buku yang aku baca adalah cetakan kedelapan, terbitan tahun 2019, diterbitkan oleh Buku Mojok).

Jujur, kesan awal membaca novel ini, aku merasa kasihan dengan tokoh “Aku” di novel tersebut. Terkadang memaki-maki dalam hati kepada si tokoh tersebut, “Geblek! Kok elu gitu, sih!”
Namun, beberapa detik setelah memaki, aku baru sadar akan suatu hal. Tokoh “Aku” adalah aku. Penggambaran aku sendiri (atau mungkin kita semua?). Seorang “sad boy” yang selalu gagal dalam percintaan! :((

Cerita berawal dari sebuah pesta seorang teman. Tokoh “Aku” tiba-tiba didatangi oleh seorang perempuan. Awalnya nampak misterius. Tidak jelas. Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, si perempuan adalah mantan pacarnya, yang kini telah bersuami. Dan “Aku”, nampaknya masih memiliki rasa cinta terhadap perempuan itu. Namun apalah daya, si perempuan sudah menjadi istri orang.
Lihat! Sama seperti kisah nyata yang aku alami, bukan!

Entah apa yang memotivasi si perempuan untuk kembali menggoda “Aku”. Menanyakan apakah “Aku” sudah punya pacar lagi, atau masih sendiri. Apakah sedang bahagia atau tidak. Pertanyaan-pertanyaannya seolah mengejek. Waduh. Menurutku, perempuan itu jahad sekali, sih.

Setelah agak lama si perempuan mengganggu, teleponnya berdering. Si suami menelpon, mengatakan bahwa ia telah menunggu di depan. Tanda hendak pulang. Kemudian, si “Aku” bertanya kepada si perempuan. Kenapa suaminya tidak masuk ke sini saja, menemui mereka berdua. Si perempuan menjawab, bahwa suaminya sangat cemburu kepada “Aku”.
Benar-benar perempuan yang aneh, kan!

Tak berselang lama, masih di pesta yang sama, “Aku” kembali didatangi oleh perempuan yang lain lagi. “Boleh pinjam apinya?” kata si perempuan, seraya hendak menyalakan rokok kemudian menghisapnya dalam-dalam.

Dan ketika berbasa-basi dengan si perempuan yang meminjam korek, “Aku” kembali dibuat terkejut. Dia tidak pernah mengenalnya, namun si perempuan bisa tahu beberapa hal detail tentang hidupnya. Dan dengan agresif, si perempuan mengajak “Aku” untuk berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta.
Perempuan agresif ini, membuat “Aku” sangat tidak nyaman.

Lanjut lagi. “Aku” diperkenalkan dengan perempuan lain oleh ibunya. Tidak cocok lagi. Padahal si perempuan nampaknya sudah suka.
Beralih ke perempuan lain yang “Aku” temui, si perempuan sudah cocok. Ada yang sampai mengajak nikah. Si “Aku” masih tidak mau.

Di sini lah aku mulai memaki. Kenapa dia tidak terima saja. Mau mencari seperti apa, sih. Tapi yaa namanya cinta, tidak bisa dipaksakan. Si perempuan mau, laki-lakinya tidak mau. Atau sebaliknya, si laki-laki sudah kesengsem, tapi perempuannya tidak menginginkan. Tidak jadi pula suatu hubungan.

Setelah melewati banyak perempuan, yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh “Aku”. Terungkap suatu fakta kenapa hal ini bisa terjadi. Rasa cinta terhadap sang mantan (perempuan yang ada di awal), belumlah sirna. Tokoh “Aku” mau menyembuhkan rasa itu dahulu. Menyelesaikannya. Baru kemudian menjalin hubungan dengan perempuan baru. Percuma saja ketika menjalin hubungan baru, tapi yang ada di hati adalah orang yang lama. Hubungan itu akan menyakitkan.
(SOK IYES BANGET GUE HAHAHA!)

Dan yaa, dari novel ini aku merasa cinta datang benar-benar tak tepat waktu. Ada yang kita cinta, ternyata dia sudah ada yang punya. Ada orang yang cinta kepada kita, tetapi di hati kita masih ada orang lain yang nun jauh di sana. Namun, orang itu pun tidak cinta kita. Benar-benar sulit nampaknya, mencari ketepatan waktu dalam bercinta!
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes