Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Kamis, 20 Desember 2018

Suasana pagi hari ini begitu sejuk. Tidak hanya sejuk, namun menggigil. Begitu terasa menusuk ke sum-sum tulang belakang. Suhu udara di luar memang sedang dingin. Ditambah lagi, air conditioner yang menyala sepanjang malam.
Kali ini kami berada di suatu rest area di Jawa Timur, entah di KM berapa dan di Kabupaten mana. Yang jelas, waktu telah menunjukkan pukul setengah lima. Sudah hampir setengah jam yang lalu adzan Shubuh berkumandang. Ya, di Jawa Timur waktu Shubuh dimulai sekitar pukul empat pagi, berbeda dengan di Palembang.

Selepas sholat Shubuh, aku kira kami akan sarapan di sana. Ternyata tidak. Kami kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke restoran untuk sarapan yang berada di Kabupaten Nganjuk.
Di dalam bus, teman-teman banyak yang kembali tidur. Namun tidak sedikit yang tetap terjaga, bercengkrama satu sama lain.

***

Sekira pukul tujuh pagi, bus kami tiba di sebuah restoran. Kami akan sarapan di sana, sekaligus mandi pagi. Ya, kami kembali mandi di tempat umum.
Cara sarapan di restoran ini sama dengan restoran tempat kami makan malam sebelumnya. Nasi, sayur, lalapan, sambal dan lain-lain bebas mengambil sesuka hati. Namun untuk lauk, ada petugas yang menjaga. Sungguh suatu aturan unik yang baru ku temui.
 
Di sebuah restoran di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Nasihat yang sungguh menarik
Kami tidak lama di restoran ini, sekitar pukul delapan pagi, perjalanan dilanjutkan menuju Kebun Binatang Jatim Park 2 di Batu Malang. Dari Nganjuk ke sana, kami melewati Kediri. Dan tahukah kamu? Kami melewati Pare, tempat fenomenal yang dikenal sebagai Kampung Inggris.
Kami membutuhkan waktu perjalanan hampir empat jam dengan jarak tempuh sejauh 125 km.

Rute perjalanan menuju Jatim Park 2
Rute perjalanan menuju Jatim Park 2, dengan skala lebih kecil
Kali ini kami tidak melewati tol, namun melewati jalan biasa.Hal tersebut yang menyebabkan waktu jadi lebih lama. Pun, medan yang dilalui adalah dataran tinggi, jadi cukup memacu adrenalin.
Ini adalah beberapa foto dalam perjalanan.

Kelurahan Kauman, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Salah satu sudut jalan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur

Jalan yang cukup sempit menuju Jatim Park 2

Pemandangan di samping jalan, ngeri jugo kalu nyampak dari sini wkkw

Akhirnya, kami tiba di Jatim Park 2, Kota Batu Malang ketika beberapa menit lagi menjelang adzan Zhuhur. Setelah mengantre untuk ambil tiket, kami langsung menuju mushollah untuk sholat Zhuhur dan Ashar.

Foto ini diambil di dekat toilet, lho
Di area gerbang Jatim Park 2

Masih di area gerbang Jatim Park 2
Area gerbang Jatim Park 2 juga

Oh ya, satu lagi. Dari tadi, aku terus menulis Jatim Park 2. Ya, ada tiga Jatim Park di sini. Jaraknya pun tidak berjauhan satu sama lain. Di bawah ini adalah lokasinya jika dilihat dari Google Maps.

Lokasi Jatim Park 1, Jatim Park 2, Jatim Park 3 dan Musem Angkut di Kota Batu Malang yang berdekatan


Di Jatim Park 2, rutenya cukup panjang dan memutar. Artinya, rute tersebut mengharuskan kita, secara otomatis, melewati seluruh area yang ada. Cukup melelahkan, sih. Kami harus tetap fit menjaga stamina, karena masih ada dua objek wisata lain yang harus dikunjungi; Museum Angkut dan Gunung Bromo.
Dan ini adalah beberapa foto ketika aku tengah berada di dalam area Jatim Park 2. Terdapat banyak hewan yang jarang aku temui di sini.


Komodo Dragon
Bintang Laut
Ikan
Jauh-jauh ke Jawa Timur, ternyata ketemu Jeme Lahat di sini..
Singa

Tujuan kami selanjutnya untuk hari esok adalah beberapa objek wisata di Provinsi Jawa Timur. Jadi, setelah dari kantor pusat PT. Telkom Indonesia, kami langsung cus ke arah timur Jawa.
Kurang lebih, seperti ini rute yang akan kami jalani dari siang hari hingga esok pagi.

Rute Perjalanan dari Graha Merah Putih menuju Jawa Timur di esok hari

Seperti yang telah aku tulis di part sebelumnya, kami akan bertemu dengan teman-teman yang mengunjungi PT. Toyota di rest area, tepatnya di Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Dalam hati aku bergumam, "Akhirnya aku melewati Tol Cipali, setelah bertahun-tahun hanya menyaksikan tol ini melalui layar televisi ketika hendak Hari Raya Idul Fitri!"

Gambar yang dimbil dari dalam bus, perjalanan dari Graha Merah Putih menuju Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali

Perjalanan menuju rest area memakan waktu sekitar satu jam setengah dengan jarak sejauh 91,5 km. Kami tiba di sana sekitar pukul setengah dua siang, dan langsung sholat Zhuhur qoshor dan Ashar jama' qoshor di sana. Kami lebih dahulu tiba daripada teman-teman yang dari Toyota.

Rute dari Graha Merah Putih menuju rest area
Rest Area KM 86A Tol Cipali

Tahu Sumedang yang dimakan di Subang
Cukup lama kami ber-istri-rahat, eh, beristirahat di sana. Hampir lebih dari satu jam, nungguin teman-teman dari Toyota yang tak kunjung tiba di rest area. 

Tahukah kamu, ada hal yang cukup menarik aku lakukan. Aku akhirnya makan Tahu Sumedang, langsung di Jawa Barat, walaupun bukan di Sumedang, tapi di Subang. Ternyata, rasanya sama saja dengan yang biasa aku beli di Indralaya ketika jadi mahasiswa baru semester satu dulu, hehee..

Oh ya, Tahu Sumedang ini dibelikan oleh bos di kampus, alias...
Dosen Pembimbingku.

Beliau sangat berjasa dalam mewujudkan mimpiku untuk makan Tahu Sumedang langsung di Provinsi Jawa Barat.




Setelah teman-teman dari Toyota datang, akhirnya pukul 14.45 bus kami berangkat meneruskan perjalanan ke arah timur Jawa. Cukup bagus pemandangan yang ku lihat, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan di Palembang, sih. Tapi tak mengapa, tetap aku abadikan momennya dengan kamera ponsel.
Di bawah ini adalah beberapa foto hasil jepretan kamera ponselku yang diambil dari dalam bus.

Pemandangan di sekitar tol, foto diambil pukul 16.12 WIB
Pemandangan di sekitar tol, foto diambil pukul 17.54 WIB

Setelah sekitar tiga setengah jam perjalanan dengan jarak 238 km, bus kembali beristirahat.
Kini, kami telah memasuki wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang. Kami beristirahat di sebuah restoran. Cukup lama waktu yang kami habiskan di sana, mulai dari makan malam, sholat Maghrib dan Isya, hingga mandi.
Ya, mandi.

Rute perjalanan dari Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali menuju restoran tempat kami beristirahat untuk makan malam
Di sini ada sesuatu yang ku rasa tidak beres. Untuk pertama kali kami mandi di tempat umum seperti ini. Ada apa gerangan?
Oh, ternyata! Aku salah menduga. Sebelumnya, ku kira kami akan setiap malam menginap di hotel. Namun semua bayanganku berubah. Malam ini tidak ada hotel. Kami akan mandi dan makan malam di resotran, setelah itu tidur malam ini tetap di dalam bus.

***

Makan di restoran ini, sistemnya prasmanan seperti kita di kondangan. Namun, ada yang unik.
Untuk nasi, sayur, lalapan, sambal, kerupuk, dan lain-lain kami bebas mengambil sendiri sebanyak apapun. Akan tetapi untuk lauknya, pihak restoran tidak mengizinkan. Ada petugas yang menjaga lauk, mereka yang mengambilkannya untuk kami, bukan kami yang mengambil sendiri.
Mungkin, mereka takut ada yang serakah dengan lauk.

Sekira pukul delapan malam, setelah semua selesai makan malam dan mandi. Kami semua menuju bus. Kami diminta kembali ke bus masing-masing seperti di awal keberangkatan. Aku yang penumpang Bus 1, bersiap memindahkan tas dan barang-barang dari Bus 2.
Seorang teman ber-basa-basi, "Sudahlah, Do. Dak usah pindah bus. Di sini bae, samo bae!"
Aku menuruti sarannya.
Teman-teman di Bus 1 mengira aku tidak betah di bus mereka. Padahal, tidak sama sekali. Justru aku lebih memilih Bus 1.
Namun, karena rasa malasku untuk memindahkan barang-barang jauh lebih besar, dan memang ada satu slot bangku kosong, jadi ku putuskan tidak kembali ke Bus 2. Maka, aku saat ini resmi menjadi penumpang Bus 2.

Oke, lanjut.
Ada cerita lain lagi yang menarik.
Di tengah perjalanan, sekitar pukul sembilan malam, aku kebelet ingin buang air besar. Serius.
Aku beranikan diri bilang ke pihak travel, yang memang posisinya dekat dengan tempat dudukku. (Aku duduk di depan).
Mereka mengabulkan permintaanku, kami berhenti di salah satu SPBU. Teman-teman bertanya ada apa. Dan akhirnya mereka memaklumi.
Hal yang membuatku kecewa adalah, ternyata WC di sana berbayar wkwkwk.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan.
For your information, tujuan kami selanjutnya adalah sebuah Restoran di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang berjarak 352 km.
Akan dibahas di part selanjutnya, Insyaa Allah..

Rute dari restoran tempat makan malam (Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah) menuju restoran tempat sarapan (Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur)

Karena pertama kali tidur di bus pada malam hari, membuatku tidak nyenyak. Sesekali terbangun melihat sudah jam berapa, atau sudah di mana. Dalam gambar; ketika aku terbangun pukul 01.32 WIB dini hari.

Well, aku menulis ini setelah beberapa hari yang lalu telah melaksanakan kegiatan yang cukup sakral di kampus; Wisuda.
Ternyata, setelah diwisuda agak beda yah rasanya. Wkwkwkkw...

Rabu, 19 Desember 2018

Shubuh ini aku berencana untuk sholat di Masjid Al-Murabbi.
Tapi, karena imanku yang labil naik-turun (lebih banyak turunnya wkwkk), rencana tadi hanya menjadi wacana. Aku dan teman-teman sekamar terbangun ketika orang-orang di masjid sudah selesai sholat. Jadi, sholat Shubuh kami seperti kemarin; dilakukan di Mushollah hotel.

Hari ini adalah kunjungan ke perusahaan. Ada dua perusahaan yang akan dikunjungi. Namun karena kedua perusahaan memberi waktu yang sama, maka para peserta harus dibagi dua. Ada yang ke PT. Toyota dan ada yang ke PT. Telkom Indonesia.
Teman-teman yang konsentrasinya TKK, diutamakan untuk ke Toyota. Sisanya boleh anak TTL.
Pun juga dengan yang konsentrasinya TTI, diutamakan untuk ke Telkom. Sisanya anak TTL.

Aku memilih untuk mengunjungi Telkom. Ada beberapa alasan sih.

Pertama, jarak yang dekat dengan hotel, masih di dalam kota Bandung. Jika dilihat melalui Google maps, hanya membutuhkan waktu sekitar 13 menit dari hotel. Berbeda dengan Toyota yang terletak di Karawang. Membutuhkan waktu hampir satu jam setengah dalam perjalanan normal.


Rute perjalanan dari hotel menuju PT. Telkom Indonesia

Rute perjalanan dari hotel menuju PT. Toyota di Karawang

Kedua, teman-temanku yang mendapat jatah ke Toyota harus check-out dari hotel sekitar pukul setengah enam. Intinya, selepas sholat Shubuh dan mandi, mereka langung meninggalkan hotel. Sarapan pun mereka lakukan di dalam bus dengan nasi box.
Berbeda dengan kami yang masih santuy di jam segitu dan masih sempat untuk sarapan di hotel.

Ya, untuk sementara kami berpisah. Bus 1 menuju Toyota, dan Bus 2  menuju Telkom. Aku awalnya merupakan penumpang Bus 1 harus pindah ke Bus 2. Teman-teman penumpang Bus 2 namun hendak mengunjungi Toyota, harus pindah ke Bus 1.
Kesepakatannya adalah, setelah masing-masing kunjungan selesai, kedua bus akan bertemu di rest area dan para penumpangnya akan kembali ke bus awal masing-masing.

***

Setelah sarapan dan check-out, kami bersiap menuju bus yang hendak berangkat ke kantor pusat PT. Telkom Indonesia yang mereka sebut Graha Merah Putih.
Dimana letak kantor ini? Simpelnya, terletak persis di seberang Gedung Sate alias Kantor Gubernur Jawa Barat.
Di sepanjang jalan sekitar Gedung Sate, banyak sekali aku melihat baliho dengan wajah Kang Emil.
Oh ya, selain di Bandung, kantor pusat PT. Telkom Indonesia juga ada di Jakarta.

Kantor Pengadilan Negeri di Kota Bandung, diambil dari dalam bus


Penampakan Gedung Sate alias Kantor Gubernur Jawa Barat dari kejauhan  yang berhadapan langsung dengan Kantor Pusat PT. Telkom Indonesia

Penampakan ketika hendak masuk ke Graha Merah Putih
Lanjut.
Di sana kami disambut di ruangan yang terdapat di lantai tujuh. Ada dua orang pihak Telkom yang menerima kami. Aku lupa siapa nama mereka.
Bapak pertama bercerita, dia adalah alumni Elektro Unsri, angkatan 80-an. Ketika kuliah, skripsi beliau membahas mengenai tegangan tinggi. Dan di PT. Telkom Indonesia, beliau bekerja di bagian marketing. Antara jurusan kuliah, perusahaan dan bagian kerjanya tidak nyambung sama sekali. Sungguh absurd sekali si bapak. Ehehe..

Namun, jangan anggap remeh hal tersebut. Di situ lah poin pentingnya. Kita boleh kuliah apa saja, yang akan menjadi basic kita. Terlepas kerja di bagian apa, itu tidak masalah. Yang penting kerjaannya halal!

Bapak pertama, Alumni Teknik Elektro Unsri yang bekerja di PT. Telkom Indonesia


Sayang sekali snacknya bukan dari NugrahaSnack! Ehehe..
 
Bapak kedua lebih menjelaskan mengenai apa itu PT. Telkom Indonesia, bagaimana sistem bisnisnya, produknya dan lain sebagainya. Ternyata, PT. Telkom Indonesia merupakan BUMN terbesar nomor dua, dan sudah memiliki anak perusahaan di 11 negara.
Bisnis dari Telkom tidak melulu soal pulsa dan internet. Banyak jasa lain yang menjadi produk mereka.
"Pokoknya, proyek apapun yang berhubungan dengan dunia telekomunikasi, dan selama di situ ada duit, pasti kami kerjakan!"

Para peserta tengah fokus menyimak paparan dari pihak PT. Telkom Indonesia

Setelah penyampaian materi, tibalah sesi tanya jawab. Aku ikut bertanya, dan ternyata mendapat hadiah berupa flashdisk. Lumayan heehe.

Flashdisk hadiah dari Telkom

Pertemuan ditutup dengan penyerahan plakat dari Teknik Elektro Unsri ke PT. Telkom Indonesia dan sebaliknya. Setelah itu kami turun untuk foto bersama di lantai satu.

Penyerahan cinderamata dari Teknik Elektro Unsri ke pihak PT. Telkom Indonesia, diwakili oleh Bapak Pertama
Penyerahan cinderamata dari pihak PT. Telkom Indonesia ke Teknik Elektro Unsri, diwakili oleh Bapak Kedua

Foto kenang-kenangan di lantai 1 Graha Merah Putih, (ngapo aku yang nyemelo dewekkan)
Foto kenang-kenangan di lantai 1 Graha Merah Putih, (masih aku dewek yang nyemelo)

Tepat adzan Zhuhur berkumandang, kami meninggalkan Graha Merah Putih, menuju rest area di tol untuk bertemu dengan teman-teman yang melaksanakan kunjungan di Toyota di Karawang..
Di saat itu lah pula, orang di masjid tengah melaksanakan sholat Zhuhur berjama'ah, sedangkan kami tengah menikmati santap siang berupa nasi box di dalam bus.
Ah..
Menurutku kota Bandung adalah kota yang paling syahdu dalam paket perjalanan kami.
Setelah malam sebelumnya aku menikmati pemandangan kompleks perumahan zaman Belanda, kali ini aku menikmati syahdunya kawasan perbelanjaan di Bandung.

***

Selesai dari The Lodge Maribaya di Lembang, kami kembali menuju hotel di Bandung. Kami berangkat dari sana sekira pukul lima sore dan tiba di hotel sudah lewat waktu Isya. Aku sholat Isya di-qoshor dan untuk sholat Maghrib dikerjakan setelah sholat Isya, dengan cara jama' dan qoshor.

Oh ya, aku belum cerita. Kami menginap di V Hotel. Beralamat di Jln. Terusan Sutami III No.1A, Sukagalih, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
Di lobi hotel, terdapat peta Bandung. Di sini aku bisa melihat gambaran kota Bandung secara keseluruhan. Menurutku, pembangunan di seluruh kota cukup merata dan tersebar. Hal ini cukup bagus, jadi kawasan yang ramai tidak hanya terpusat pada satu titik, banyak pusat-pusat keramaian lain.

Peta Kota Bandung yang dipajang di hotel


Satu lagi, di dekat hotel ini ada masjid yang cukup terkenal di media sosial untuk kalangan pemuda hijrah. Masjid Al-Murobbi. Kami melewati masjid ini ketika hendak kemanapun. Jaraknya hanya sepelemparan batu dari hotel. Dan jika dilihat dari namanya, mungkin kamu langsung tahu dari golongan mana para pengurus masjid ini. Eheeheh.

Fyi, salah satu pembicara terkenal yang sering mengisi kajian di masjid tersebut adalah Ustadz Akmal Sjafril, S.T., M.Pd.I. Beliau menurutku cukup keren. S1 di Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, S2 di Pendidikan Islam di Jurusan Pendidikan dan Pemikiran Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, dan kini menjadi mahasiswa S3 di bidang Ilmu Sejarah Universitas Indonesia. Beliau juga merupakan pendiri gerakan Indonesia Tanpa JIL. Flyer acaranya sering ku lihat di media sosial.

Peta dari Google yang menunjukkan begitu dekatnya hotel dengan Masjid Al-Murabbi


Kembali ke laptop!

Setelah makan malam dari nasi box, aku dan beberapa teman memutuskan untuk berjalan-jalan mencari oleh-oleh. Kami menuju menuju mall yang cukup terkenal di Bandung; Paris van Java.
Di lobi, kami bertemu dua dosen pendamping kami, dan kami bersepakat ke sana bersama-sama. Kami menggunakan jasa transportasi taksi daring. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke PVJ mall.

Paris Van Java Mall di Bandung

Arsiteketur mall ini tidak seperti mall mainstream yang aku ketahui. Tidak seperti Palembang Square atau Palembang Indah Mall. Paris van Java Mall beda sekali. Bergaya khas Eropa, ruangan cukup terbuka dan area yang sangat lebar serta luas. Aku tidak menemukan oleh-oleh yang cocok untuk dibeli di sini. Katanya, harga di sini sangat mahal. Eheehe.

PVJ Mall dengan arsitektur bergaya Eropa

Hal lain yang cukup mencolok mata adalah dari para pengunjungnya.
Style berpakaian di sini cukup beda dengan di Palembang. Di sini, banyak sekali para perempuan mengunakan hotpants atau celana pendek yang di atas lutut. Tidak satu-dua orang. Sangat banyak paha yang berseliweran di depan mataku.
Sayang sekali, aku tak sempat mengambil gambar paha-paha mereka!

Setelah bertahun-tahun, aku kemudian teringat nasihat dari seorang ulama terkenal asal Minangkabau; Buya Hamka.
Ada yang bertanya kepada Buya. Katanya, "Pelacur di Arab memakai cadar dan hijab!"
Buya menjawab dengan tak terduga, "Di Amerika, ternyata tidak ada pelacur!"

Buya Hamka kemudian menerangkan maksud kalimatnya, "Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa yang dicari. Meskipun ke Mekkah, tetapi jika yang diburu adalah hal yang buruk, maka setan akan berusaha membantu kita untuk mendapatkannya!"
Buya melanjutkan, "Tetapi sebaliknya, sejauh perjalanan ke Amerika Serikat, bila yang dicari adalah kebajikan, maka segala kejelekan akan enggan menghampiri!"

Aku kemudian merenung. Apakah tujuanku ke PVJ hanya untuk mencari hotpants?
Ah, entahlah!

***
Lanjut.
Karena tidak menemukan yang ingin dicari di PVJ, kami memutuskan ke tempat perbelanjaan lain yang katanya lebih murah. Kawasan Cihampelas Walk (Ciwalk). Lagi-lagi, jasa transportasi yang digunakan adalah taksi daring. Hanya sepuluh menit untuk sampai ke sana.

Sampai di Ciwalk, aku dan teman-teman membeli kaus oblong bertuliskan "Bandung". Ada yang dipakai untuk oleh-oleh, ada yang untuk digunakan langsung. Ya, aku sengaja tidak membawa baju banyak. Jadi setelah dibeli, esoknya bisa langsung dipakai hehee..

Antara Aku, Cihampelas Walk, mobil polisi dan KFC

Setelah selesai membeli kaus oblong, kami menemukan penjual batagor dan siomay khas Bandung. Kami mencoba membelinya. Eh, sebenarnya hanya Adit yang membeli, yang lain, minta. Wkwkkw!
Cara memakannya agak beda dengan di Palembang. Makan siomay di Bandung itu menggunakan semacam bambu yang telah dibelah kecil-kecil menyerupai lidi. Nah, bambu itu digunakan untuk menusukkan siomay yang hendak dimakan dengan cocolan kuah saus kacang.

Kawasan Cihampelas Walk dengan sky walk nya

Petualangan malam kami berakhir sekira pukul sebelas malam. Dari kawasan Cihampelas menuju hotel, kami kembali menggunakan jasa taksi daring. Waktu dibutuhkan sekitar dua puluh lima menit.

Sampai hotel, saatnya beristirahat untuk melanjutkan KKL esok di hari ketiga!
Selasa, 18 Desember 2018

Hari telah berganti, waktu telah menunjukkan hampir setengah satu dini hari dan kami masih sibuk mengganggu teman perempuan di kamar sebelah.

"Waah, ternyata begini ya tidur di hotel."
Aku bergumam di keheningan malam.
Lagi-lagi, ini adalah momen pertama bagiku untuk menginap di hotel. Bagi yang jarang atau bahkan tidak pernah, tidur di hotel ternyata enak. Kasur empuk, nyaman, dan udara sejuk.

***

Setelah tidur, pagi hari kami bangun dan sholat Shubuh di Mushollah yang terdapat di basement. Kami selesai sholat sekitar jam 5 pagi, sedangkan sarapan siap jam 6. Masih ada waktu free 1 jam yang aku gunakan untuk bercengkrama bersama Adit dan Abeng di kamar.

Sarapan dimulai.
Makanan dan minuman yang tersedia di hotel cukup banyak. Kami bisa memilih apapun. Mulai dari susu, jus apel, kopi, coco crunch, nasi, sambal, lauk-pauk hingga berbagai lalapan khas Sunda.
Sarapan hari ini diiringi musik khas Sunda, irama bunyi-bunyian angklung dan musik lain yang berasal dari bambu.

Aku, Abeng dan Adit bersama Dosbing Skripsi ku ketika sarapan di satu meja

Dan lagi-lagi, ada hal baru yang ku jumpai di Bandung. Logat dan dialek mereka cukup berbeda dengan Palembang. Beda dengan kita yang ceplas-ceplos dan terkesan nge-gas cak nak ngajak bebalah! Style bicara mereka begitu selow dan berirama mendayu-dayu.
"Maaf Kang, piringnya teh boleh saya ambil?"
Ujar salah seorang pelayan dengan logat Sunda yang begitu kental. 
Atau, seperti Jokes Sunda yang cukup viral di media sosial, "Teteh teh mau teh, teh?"
(Baca pake irama Sunda, ya!)

***

KKL hari kedua, hanya diisi dengan mengunjungi tempat wisata di Jawa Barat. Ada dua tempat yang kami kunjungi. Farmhouse Susu Lembang dan Lodge Maribaya di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Keduanya berada di luar kota Bandung.
Kami berangkat dari hotel sekitar pukul setengah sepuluh dan tiba di Farmhouse Susu Lembang sekitar pukul sepuluh.

Farmhouse Susu Lembang adalah tempat yang cukup keren, asri, sejuk, hijau, dan sangat instragam-able. Ketika masuk, kami mendapat semacam kupon yang bisa ditukarkan dengan susu. Karena aku tidak bisa minum susu, kupon itu hendak aku tukar dengan makanan lain. Namun ternyata tidak bisa wkwkwk. Alhasil, kupon itu tetap aku tukarkan dengan susu dan aku berikan ke teman.
Btw, susu ini lah yang biasa orang-orang posting di Instagram seperti gambar di bawah ini.


Hasil Googling Farmhouse Susu Lembang

Ada apa di Farmhouse Susu Lembang?
Di sini kamu bisa melihat tempat ala-ala Eropa, kandang sapi dan domba, hingga pemandangan dari ketinggian dan lain sebagainya. Ini adalah foto-foto ketika kami di sana.

Bersama Fawaz (Teman sejak SMA)
Suasana di depan gerbang Farmhouse Susu Lembang
Kandang sapi di Farmhouse Susu Lembang
Kandang domba di Farmhouse Susu Lembang
Suasana ala-ala Eropa di Farmhouse Susu Lembang

Sesaat sebelum meninggalkan Farmhouse Susu Lembang, Kiri ke kanan: Adit, Abeng, Nur, Asyef, Aku

Setelah selesai dari Farmhouse Susu Lembang, kami menuju suatu restoran untuk istirahat makan siang dan sholat Zhuhur sekaligus Ashar. Kami sholat Zhuhur di-qoshor dua rakaat, dan setelah itu (masih di waktu Zhuhur) kami sholat Ashar di-jama' dan qoshor dua rakaat juga.

Aku tidak terlalu ingat nama restoran yang kami datangi. Yang pasti, lokasinya cukup jauh dari Farmhouse Susu Lembang.
Makan siang kami hari ini berbeda dengan kemarin. Jika di hari kemarin beberapa banyak yang tidak puas dengan rasanya, kali ini hampir semua orang puas dengan rasa dan pelayanan dari restorannya.
Di sini aku baru menyadari bahwa suhu di Jawa Barat lebih dingin daripada Palembang. Ketika di toilet dan hendak ambil wudhu, ternyata suhu airnya jauh lebih dingin.
Airnya seperti air es. Jika kamu menyimpan air di kulkas dengan rentang waktu agak lama, airnya menjadi dingin, kan? Nah, kira-kira seperti itu lah suhu air di sana.
Namun aku sempat bingung, kenapa suhu air di hotel tempat kami menginap berbeda dengan suhu air di restoran ini.
Jawabannya mungkin karena di hotel mereka punya pemanas suhu.

Setelah dari restoran, kami menuju The Lodge Maribaya di Kabupaten Bandung Barat. Kami berangkat sekitar pukul dua siang dan tiba sekitar pukul tiga sore.
Ada apa di sana?
Di The Lodge Maribaya terdapat banyak spot yang begitu instragam-able. Di sana kami kebanyakan hanya berfoto dan bercengkrama.
Ini lah beberapa foto di The Lodge Maribaya.

Foto di depan toilet di The Lodge Maribaya, di sini juga terasa suhu airnya seperti air es
Pemandangan di The Lodge Maribaya
Tempat parkir di The Lodge Maribaya, nampak bahwa lokasi ini berada di dataran yang cukup tinggi
Wefie; Maya, Matin, Abeng, Aldan, Adit, Tiara, dan Aku yang paling belakang

Tiga serangkai yang menjadi rekan sekamar; Aku, Adit dan Abeng sedang memandangi masa depan #Eaa
Bersama teman-teman, jangan fokus ke jarinya, saat itu sedang musim pemilu wkwkkw
Bersama sebagian teman-teman. Belakang; Novrizal, Regitha, Lucki, Maya, Matin, Fawaz, Boni, Yogi, Arif, Tiara dan Sartika. Depan; Desliani, Tengku, Nurhasanah, Aku, Adit, Abeng.

Aku, Royhan dan Ega (Anggota Kerohanian HME)
Dua Dosen yang menemani kami KKL, Dosen Pembimbing Skripsi ku dan Kajur Teknik Elektro

Postinganku di Instagram, berlokasi di The Lodge Maribaya. Ternyata cukup viral dengan 110 likes dan 23 komentar haha. Btw, salah satu dari mereka sudah jadi istri orang, wkwwk!


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes