Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Perjalanan menuju Bandung, adalah saat pertama kali aku melakukan Sholat Jama' dan Qoshor. Ternyata cukup asyik ya, sholat cukup di tiga waktu dalam satu hari. #Eh

Oke, bahasan kita kali ini serius.
Islam memberi keringanan (ruqshoh) ketika dalam perjalanan (safar). Maka, sholat boleh diringkas dan dikerjakan di waktu yang lain. Pun ketika Ramadhan, ruqshoh ketika safar di bulan Ramadhan adalah dibolehkan tidak berpuasa, namun harus diganti di hari lain.

Pada bulan November (satu bulan sebelum berangkat KKL), Departemen Kerohanian Himpunan Mahasiswa Elektro Unsri telah mengadakan pelatihan terkait Fiqih Sholat Jama' dan Qoshor.
Simpelnya, sholat boleh di-Jama' dan Qoshor jika jarak perjalanan telah mencapai lebih dari 80 km. Walaupun, terdapat perbedaan pendapat para ulama terkait jarak berapa kilometer yang pasti.

Pertama, Sholat Jama' adalah sholat yang boleh dilakukan di waktu yang tidak seharusnya. Hanya ada dua kondisi.
1. Zhuhur dan Ashar
2. Maghrib dan Isya

Artinya, sholat Zhuhur boleh dilakukan di waktu Ashar, atau sholat Ashar boleh dilakukan di waktu Zhuhur. Pun juga dengan sholat Maghrib boleh dilakukan di waktu Isya, atau sholat Isya boleh dilakukan di waktu Maghrib.
Tidak boleh kawin silang. Misal, Zhuhur dikerjakan di waktu Maghrib, atau Isya dikerjakan di waktu Ashar. Hal ini tidak ada tuntunannya.
Kemudian, bagaimana dengan Shubuh? Sholat ini tak boleh di-jama'. Yakali mau sholat Shubuh di waktu Dhuha wkwkwkw.

Kedua, Sholat Qoshor adalah sholat yang jumlah raka'atnya diringkas menjadi setengahnya. Hanya ada 4 sholat yang boleh di-qoshor.
1. Sholat Zhuhur, 4 raka'at menjadi 2 raka'at
2. Sholat Ashar, 4 raka'at menjadi 2 raka'at
3. Sholat Maghrib, 3 raka'at menjadi 2 raka'at (bukan 1,5 raka'at yaa wkwkwkkw)
4. Sholat Isya, 4 raka'at menjadi 2 raka'at
Lagi-lagi, Shubuh adalah istimewa. Sholat Shubuh tidak boleh di-qoshor menjadi 1 rakaat. Fix jika kamu melakukannya, ini adalah Bid'ah dholaalah, wa dholaalatun fiin naar!

For your information, Sholat Jama' dan Qoshor boleh digabung. Artinya, kamu bisa meringkas sholat dan mengerjakannya di waktu yang lain.


*** 

Selepas Sholat Ashar di Masjid PLTU Suralaya, kami bersiap memasukki bus untuk kemudian menuju Bandung. Ketika aku memasukki bus, ibu-ibu travel yang kami panggil Bunda kaget.
"Bunda kira, yang tadi masuk itu Dosen. Ternyata bukan. Kaget Bunda gara-gara kamu!"
Entahlah, sejak semester 1 teman-teman ku banyak yang bilang bahwa aku mirip dengan dosen hingga menyuruhku nanti di masa depan bekerja sebagai dosen saja.

Tak lama berselang, Dosen yang asli masuk ke bus; Pak Kajur. Pak Kajur bukanlah nama beliau. Kajur adalah kepanjangan dari Ketua Jurusan. Beliau hendak sharing ke kami. Beliau bilang, harusnya kami tadi Zhuhur melakukan sholat Jama' dan Qoshor.
Beliau menjelaskan secara ringkas seperti apa yang telah dituliskan di atas.

Akhirnya, bus berjalan menuju Bandung. Menurut Google Maps, jarak dari PLTU Suralaya menuju Bandung sejauh 266 km dengan waktu tempuh hampir 5 jam. Kami berangkat pukul empat sore, maka prediksi tiba di Bandung jika kami tanpa istirahat adalah sekitar pukul sembilan malam.

Tampilan di Google Maps dari PLTU Suralaya menuju Kota Bandung

Pemandangan di perjalanan ini tak berbeda jauh dengan tadi siang. Di sore hari, aku melihat perumahan penduduk yang cukup padat di Banten. Banyak bendera partai politik di sana. Maklum, ini tahun 2018. Sebentar lagi Pemilihan Umum.

Sepanjang jalan banyak ditemui bendera Parpol, foto diambil dari dalam bus
Kamu tahu? Sepanjang jalan, bus diisi dengan kegiatan karaoke bersama. Ada satu lagu yang sering diputar dan dinyanyikan teman-temanku di dalam bus. Yakni lagunya Via Vallen dengan judul Selow. Sampai-sampai, lagu itu masih terngiang-ngiang di kepalaku sampai hari ini!

Pemandangan pemukiman warga sekitar (lokasi di Cilegon, Banten)
Susana di dalam bus pada hari pertama

Menjelang pukul 6 sore, bus kami istirahat di Rest Area. Tujuannya adalah untuk mengambil makan malam dan istirahat sholat Maghrib dan Isya. Kami sholat Maghrib secara berjama'ah seperti biasa, tiga raka'at. Setelah itu, kami sholat Isya dua raka'at. Sholat Isya yang dilakukan kali ini adalah secara Jama' (sholat Isya yang dikerjakan di waktu Maghrib) dan Qoshor (Sholat Isya yang empat raka'at, dijadikan dua raka'at).
Ini adalah momen pertamaku melakukan sholat Jama' dan Qoshor. Aku begitu excited.


Selepas sholat, aku tak langsung naik ke bus. Beberapa teman masih ada yang sholat, kami memilih untuk duduk-duduk sambil ngudud di kantin Rest Area.
Aku tidak terbiasa berbicara dengan Bahasa Indonesia. Berbicara sehari-hari menggunakan Bahaso Plembang. Sejujurnya, aku agak kesulitan untuk membeli sesuatu ke ibu-ibu pedagang di kantin karena kendala bahasa.
"Bu, ini aku beli aqua  dan satu oreo ya. Sosoknya berapa bu? Eh, maksudku kembaliannya berapa bu?"

Mungkin ibu-ibu itu agak kaget mendengarkan kalimatku yang amburadul.
Sehari-hari aku biasa bilang sikok dan sosok. Kali ini harus bilang satu dan kembalian.


Kota Jakarta di malam hari dengan gedung tingginya
Perjalanan kami terus berlanjut hingga kembali melintasi kota Jakarta. Pemandangan kemacetan malam hari dan gedung-gedung pencakar langit dengan lampu kerlap-kerlip, kami saksikan sembari menikmati hidangan makan malam dalam bentuk nasi box. Hari pertama KKL begitu melelahkan, hingga akhirnya banyak yang terlelap di bus dengan lagu dangdut yang masih terus menyala.
Aku pun ikut telelap.

Setelah cukup lama terlelap, pukul setengah sebelas malam aku akhirnya sadar tersebab suara berisik dari luar. Lamat-lamat ku lihat di luar jendela. Ada rumah makan yang plang namanya tertulis alamat Jln. XXX, Kota Bandung. Dalam hati ku bergumam, "Akhirnya aku sampai di kota ini!"

Apa yang terjadi?
Ternyata bus kami nyasar. Salah jalan.

Suara berisik tadi disebabkan bus kami mengenai pepohonan yang ada di suatu pemukiman penduduk. Aku melihat sekilas, sepertinya bus kami masuk ke kompleks perumahan yang bentuknya mirip rumah-rumah jadoel, namun tetap elit. Kompleks ini seolah membawaku ke zaman awal kemerdekaan. 
Menurutku, suasana kala itu begitu syahdu. Mengingatkanku seperti suasana dalam buku-buku sejarah yang ku baca mengenai Soekarno, atau dalam film kisah cinta yang melegenda; Habibie dan Ainun, hingga mengingatkan pada Novel yang cukup ternama dan menjadi film layar lebar fenomenal; Dilan 1990!

Foto candid ketika tengah tertidur dalam perjalanan menuju Bandung
Sampai di hotel.
Kami masuk ke kamar sekitar pukul sebelas malam. Satu kamar berisi tiga orang. Lagi-lagi aku bersama Adit. Orang lain di kamar kami adalah Abeng. Cukup penat, namun kami masih sempat ber-kelakar hingga tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 12 dini hari.

Foto di dalam kamar hotel, ada petunjuk arah kiblat
Kamar di sebelah kami ternyata ditempati oleh tiga orang perempuan. Entah apa yang merasuki Abeng. Ia berniat iseng. Dini hari seperti ini, hendak mencoba menelpon ke kamar sebelah menggunakan telepon yang ada. Abeng hendak menjadi lelaki pengganggu wanita di tengah malam!

Telepon yang digunakan untuk 'ngolai' kawan cewek di kamar sebelah
Ternyata, nasib baik berpihak pada perempuan di sebelah. Telepon di kamar kami ternyata tidak berfungsi dengan baik. Abeng tak kehabisan akal. Abeng tetap berusaha mengganggu kamar sebelah, namun menggunakan cara lain.
Abeng menggunakan aplikasi WhatsApp!
Dan, tahukah kamu? Saat ini, satu tiga orang di kamar sebelah sudah menjadi istri orang.
Sungguh malang nasibmu, Beng!
Kisah berlanjut mengenai perjalanan menuju Cilegon, Banten.

Kami berangkat dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju Cilegon menggunakan bus. Bus telah disewa dari pihak travel. Jadi, perjalanan kami selama di Pulau Jawa akan menggunakan bus tersebut. Dari Bandara, kami berangkat sekira pukul sepuluh pagi.

Tidak ada yang menarik, sampai akhirnya kami tiba di suatu Rumah Makan Padang di Provinsi Banten.

Aku berbincang dengan seorang teman yang berasal dari Sumatera Barat. Azmin namanya. Aku menanyakan tentang isu yang aku dapat dari salah satu novel yang ku baca.
"Min, kato uong kalu semakin jauh rumah makan Padang dari asalnyo, rasanyo semakin dak enak. Bener dak?"
Azmin menjawab, "Idak jugo! Kalo Rumah Makan Sederhana, nak dimano bae tetap enak tu lah."
Responku, "Laah, bener jugoo. Haha!"

Makan siang di salah satu Rumah Makan Padang di Provinsi Banten

Di rumah makan itu, kami sekalian sholat Zhuhur. Awalnya, aku mau sekalian sholat Ashar. Di-jama' dan di-qoshor. Namun karena yang aku lihat tidak ada teman yang melakukannya, aku urungkan niat itu. Biarlah, nanti di Cilegon saja sholat Asharnya. Wkkwk.

Akhirnya, kami sampai di Cilegon sekitar setengah dua siang. Di Cilegon, kami mengunjungi PLTU Suralaya.
PLTU Suralaya dikelola oleh PT. Indonesia Power; Anak perusahaan dari PLN. PLTU ini memiliki 7 unit pembangkit dengan total kapasitas 3.400 MW. Pembangkit ini meng-handle pasokan listrik separuh Pulau Jawa. Jika ada masalah di pembangkit ini, Istana bisa ketar-ketir!


Lokasi PLTU Suralaya dalam Google Maps

Di depan gedung Indonesia Power
Kami mulai memasukki gerbang, di pos jaga ada polisi dan tentara. Maklum, objek vital nasional. Kegiatan diawali dengan masuk ke ruangan Pertemuan, kemudian acara formal, kata sambutan dari pihak PLTU Suralaya dan kata sambutan dari Teknik Elektro Unsri.

Dalam sambutannya, pihak PLTU Suralaya mengatakan bahwa pembangkit ini telah melakukan tiga kali pembangunan.
Tahap I (2×400 MW). Dibangun pada Mei 1980 hingga Juni 1985. Untuk Unit 1 beroperasi pada tanggal 4 April 1984 dan Unit  2 beroperasi pada tanggal 26 Maret 1985. 
Tahap II (2×400 MW). Dibangun pada Juni 1985 hinga Desember 1989. Untuk Unit 3 beroperasi pada tanggal 6 Februari 1989 dan Unit 4 beroperasi pada tanggal 6 November 1989.
Tahap III (3×600 MW). Dibangun pada Januari 1993. Untuk Unit 5 beroperasi pada bulan Oktober 1996, Unit 6 beroperasi pada bulan April 1997, dan Unit 7 beroperasi pada bulan Oktober 1997.





Saat hendak masuk ke ruangan dalam kunjungan di PLTU Suralaya
Tak mau kalah, Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya memberikan sambutan juga. Bapak Muhammad Abu Bakar Sidik, S.T., M.Eng., Ph.D. mengaminkan apa yang dikatakan pihak PLTU Suralaya.
"Saya mengalami sendiri apa yang tadi bapak katakan. Tahun 1993, Teknik Elektro Unsri angkatan kami melakukan KKL ke sini juga. Saya melihat betul ketika PLTU ini tengah melakukan pembangunan tahap 3. Saya ke sini lagi, serasa nostalgia."

Penyerahan cinderamata dari Jurusan Teknik Elektro Unsri ke pihak PLTU Suralaya
Selanjutnya, pihak PLTU Suralaya memberikan penjelasan tentang sistem pembangkit di PLTU Suralaya dan kami diajak keliling area pembangkit.
Pembangkit ini terletak di pinggir laut. Di ujung Pulau Jawa, dekat Selat Sunda. Di sinilah, momen pertama kali aku melihat laut.
Bukan laut seperti di Palembang, yang sebenarnya adalah Sungai. Entahlah, aku juga bingung. Kenapa orang Palembang menyebut sungai sebagai laut.
"Mang, nak ke mano?"
"Nak ke Laut, nyari iwak!"
Ketika dicek, ternyata dia ke Sungai Musi.

Tetap fokus mendengarkan penjelasan pihak PLTU Suralaya walau tak dapat kursi

Suasana ruangan dari belakang

Bus yang ditumpangi selama perjalanan KKL di Pulau Jawa, kali ini bus mengantarkan untuk keliling area PLTU Suralaya

Kembali ke topik.
Setelah pihak PLTU Suralaya memberikan penjelasan tentang sistem pembangkitannya, tibalah saatnya untuk mengambil momen foto. Di bawah ini adalah beberapa momen yang berhasil ditangkap oleh kamera. Beberapa foto ada yang ku ambil menggunakan kamera ponsel. Ada juga dari ponsel orang lain. Dan ada juga dari kamera DSLR punya teman.

Wefie bersama teman. Kiri ke kanan: Rhedo, Aku, Royhan, Iqbal
Bersama para laki-laki kelas A Teknik Elektro Unsri 2015
Mau foto sendirian, ada saja yang mengganggu di belakang wkwkwk
Ada hal unik ketika pengambilan foto ini. Awalnya para Ukhti ini hendak berfoto berempat. Melihat ternyata aku yang hendak menjadi fotografer, 1 ukhti mengundurkan diri. Aku agak tersinggung sih awalnya wkwkwk. Tapi aku tetap ber-husnuzhon. Mungkin ia hendak "menjaga" dirinya agar tidak dilihat yang aneh-aneh oleh aku wkwkk.
Dan berbicara mengenai laut yang pertama kali aku lihat,
Laut di PLTU Suralaya adalah laut yang asli; Laut biru.
Sebiru centang WhatsApp dari dirimu!
#Eaaa :((

PLTU Suralaya dan laut biru nya
Sebelum berlanjut ke cerita perjalanan menuju Cilegon, ada satu bagian yang terlewat. Bagaimana aku pertama kali naik pesawat.


Naik pesawat, bagiku begitu excited. Kenapa? Karena anggapan di masyarakat, pesawat adalah kendaraan umum yang mewah dan ongkosnya mahal kwkwkw.

***

Pagi-pagi sekali selepas Shubuh.
Aku langsung berangkat dari rumah menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Pergi ke Bandara, aku diantar Bapak menggunakan motor. Sampai di sana sekitar jam 6 kurang 5 menit. Agen Travel telah menunggu di sana, mereka mengumpulkan KTP kami, dan akhirnya kami masuk ke gerbang keberangkatan.
Tidak ada yang menarik di bagian ini. Biasa saja.

Bapak dan Aku ketika di Bandara, beberapa saat ketika aku hendak masuk ke gerbang untuk melakukan check-in

Memasukki gerbang.
Untuk masuk ke area khusus penumpang, aku harus melewati gerbang yang terdapat metal detector. Tas dan koper pun diperiksa. Selepas itu, langsung diarahkan ke loket untuk check-in. Apa itu? Intinya adalah kegiatan untuk pemeriksaan identitas yang kemudian kami mendapat boarding pass untuk nanti dijadikan story di Instagram. Simpelnya sih, petugas travel meyerahkan KTP kami yang telah kami kumpulkan, ke petugas bandara. Selain itu, koper-koper kami diberikan kertas untuk dituliskan nama.

Teman-teman sedang melakukan check-in
Koper yang telah diikatkan kertas untuk diberi nama


Lanjut naik ke atas.
Aku kembali melewati petugas untuk dilakukan pemeriksaan. Tali pinggang harus dibuka, hingga ada seorang petugas yang meraba-raba tubuh hingga celana. Saya pasrah dan menikmatinya (?). Sekali lagi, pemeriksaan dilakukan demi keamanan.

Aku terus berjalan.
Aku duduk sebentar di ruang tunggu, berjalan lagi dan akhirnya, sampai ke Garbarata.
Menurut Wikipedia, Garbarata adalah jembatan yang berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat terbang untuk memudahkan penumpang masuk ke dalam dan keluar dari pesawat. Tergantung pada desain bangunan, ketinggian, memicu posisi, dan persyaratan operasional, mungkin dibuat menetap atau bergerak, berayun radial atau memperpanjang panjang.
Dalam perjalanan menuju Garbarata, dapat dilihat berbagai pesawat yang sedang parkir dan siap terbang. Gambar di bawah ini salah satu pesawat yang ku foto.
 
Pesawat Garuda yang tengah parkir di SMB II


Masuk ke Pesawat.
Pesawat yang kami tumpangi adalah pesawat Citilink, pesawat bintang tiga, dengan biaya cukup murah. Citilink adalah anak perusahaan Garuda Indonesia.
Susunan tempat duduk pesawat ini berbeda dengan bus yang sering aku naik untuk ke Layo. Jika bus ke Layo susunannya 2-2, pesawat Citilink susunannya adalah 3-3. Artinya 3 di kiri, 3 di kanan. Dan ada lorong untuk berjalan di tengah.
Dari tiga kursi itu, aku mendapat tempat duduk di  tengah. Jadi, aku diapit di kiri dan kanan. Hal yang membuatku kembali excited adalah, aku diapit oleh dua orang gadis. Ketika hari-hari biasa gadis-gadis di kampus jarang mau berdekatan denganku. Hari ini selama satu jam di atas udara aku berada di antara dua gadis.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Penampakkan ketika baru masuk ke dalam pesawat

Pesawat berjalan.
Sebelum pilot menerbangkan pesawat, ia akan menyapa para penumpangnya dari ruang kemudi. Sang kapten memperkenalkan diri, estimasi waktu keberangkatan, ketinggian penerbangan, cuaca dan lain-lain. Menurut informasi dari Pilot, waktu penerbangan kami sekitar 1 jam.
Setelah itu akan ada penjelasan dari pramugari mengenai tata tertib di pesawat. Cara penyelamatan diri jika terjadi hal yang tak diinginkan, dan sebagainya. Setelah itu, akhirnya pesawat kami bergerak, seperti melakukan 'pemanasan' terlebih dahulu. Pesawat nampaknya tengah mengelilingi lapangan pacu. Sebelumnya, pilot sudah memerintahkan para penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman.

Penampakkan dari dalam pesawat


Pesawat terbang.
Setelah pemanasan, pesawat berhenti sejenak. Kemudian tiba-tiba menjadi kecepatan sangat penuh. Sangat ngebut, lebih ngebut daripada bus mahasiswa yang ugal-ugalan dari Kertapati menuju Layo. Di situ jantungku mulai dag-dig-dug. Dan ketika pesawat hendak 'naik ke langit' meninggalkan darat, perasaan dag-dig-dug tersebut berada di titik klimaks. Bagimana rasanya ya? Sensasinya mirip ketika hendak meluncur dari wahana waterboom yang tinggi di Fantasy Island. Sensasi naik pesawat lebih dari waterboom!

Tekanan udara.
Setelah pesawat stabil, pilot memberikan izin ke penumpang untuk melepaskan sabuk pengaman. Kemudian, ada hal lain yang harus diketahui ketika di pesawat. Tekanan udara di dalam pesawat ketika mencapai ketinggian tertentu akan lebih rendah nilainya dibandingkan tekanan udara ketika di darat. Apa yang terjadi? Terkadang telinga kita sakit, dan suara menjadi kecil atau tidak dapat bersuara. Serius!
Ketika waktu penerbangan sudah mencapai 30 menit. Tiba-tiba seperti ada yang terjadi di telingaku. Seperti *blep*. Kemudian ketika aku hendak berbicara, susah sekali mengeluarkan suara. Seperti hendak berjerit, namun suara yang keluar sangat kecil. Jika kita berbicara dengan suara kecil,  mulut kita tidak akan mengeluarkan suara. Hanya gerakan-gerakan saja. Persis ketika kita tengah di alam mimpi. Kita tahu itu mimpi, tapi ketika hendak mengeluarkan suara, suara tidak keluar.
Pengalaman ini cukup menarik menurutku.

Landing.
Singkat cerita, penerbangan selama 1 jam ini hendak berakhir. Pilot meminta penumpang kembali mengenakan sabuk pengaman. Guncangan cukup keras ketika hendak mendarat. Akhirnya kami tiba di Bandara Halim Perdanakusumah.
Ini lah pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Jawa. Semoga suatu saat dapat kembali ke tanah ini!

Sampai di Bandara Halim Perdanakusumah dengan pesawat Citilink yang ditumpangi


Pertama kali, aku tiba di kota ini sekira setahun yang lalu; pertengahan Desember 2018.
Aku ke sana dalam rangka KKL (Kuliah Kerja Lapangan), yang belakangan berubah menjadi PKL (Praktek Kerja Lapangan). Walaupun, pada kenyataannya kami tidak melakukan praktek. Hanya melihat-lihat saja.

DKI Jakarta.
Merupakan provinsi yang sempat viral dalam sejarah bangsa. Lantaran sempat ada Gubernur yang terpeleset lidah, hingga menista Agama.
Dia menyulut emosi warga Muslim satu Nusantara, kemudian mereka datang ke Jakarta sebanyak 7 juta jiwa.

Awalnya, aku cukup takjub ketika sampai di sini.
Dari dalam pesawat ketika hendak landing, lamat-lamat ku lihat kota yang sangat padat. Kok bisa area sepadat ini ada di dekat Bandara. Padahal di kotaku (Palembang, red) bandara sepi dari pemukiman.
Oh iya, aku lupa. Ini ibukota.

Kami tiba di Bandara Halim Perdanakusumah sekitar pukul 10 pagi. Aku masih ingat, seharusnya setelah tiba, ambil koper, kami langsung naik bus menuju Cilegon. Jadi sebenarnya, aku di Jakarta hanya lewat. Tidak sempat keliling kemana-mana.
 Namun aku dan beberapa teman lain, nungguin seorang teman ke toilet. Cukup lama sih. Aku ber-husnuzhon bahwa toiletnya dalam keadaaan antre yang sangat ramai.
Selesai dari WC, sempat terjadi sedikit drama. Ternyata teman-teman lain sudah di bus wkwkwk. Jadi, mereka nungguin kami dari WC yang tak kunjung selesai.

Masuk ke Bus, aku duduk bersama teman kuliahku yang berasal dari konsentrasi Teknik Kendali dan Komputer (TKK); Aditya Wardhana. Fyi, ada tiga konsentrasi di Teknik Elektro Unsri. Selain konsentrasi TKK, ada TTL (Teknik Tenaga Listrik) dan TTI (Teknik Telekomunikasi dan Informasi). Aku memilih konsentrasi TTL.
Adit adalah seorang pemuda asal Empat Lawang yang periang dan hobi sekali mengoleksi Gundam. Adit sudah beberapa kali ke Jakarta. Berbeda dengan diriku yang baru pertama. Adit menjadi tour guide yang baik. Setiap gedung-gedung penting, Adit selalu menjelaskan kepadaku gedung apa yang kami lewati.
Penampakan Adit dan Aku setelah turun dari pesawat

Aku pun masih terheran-heran. Di kiri kanan, ada gedung-gedung tinggi. Tidak 1-2 lantai, namun bisa belasan hingga puluhan lantai. Tidak 1-2 gedung, namun di sepanjang jalan banyak ku temui gedung-gedung tinggi itu.
Akhirnya, aku bisa melihat gedung yang sebelumnya hanya bisa dilihat dari layar kaca.
Misal, kompleks gedung MPR. Aku bergumam, "Oooh ini ruponyo gedung MPR. Kalu be agek antor aku di sini. Haha!"
Ada lagi gedung yang hampir seisi bus histeris. Adit berujar, "Woy, gedung Metr* ti*pu di situ nah!"
Sontak sebagian kami langsung melongok ke jendela.
 
Penampakan gedung-gedung tinggi di Jakarta, diambil dari dalam bus

Jalan raya di Jakarta, waah jangan ditanya. Aduhai, alangkah padatnya jalan dengan kendaraan. Padahal sudah banyak jalan bertingkat dan melingkar.
Aku juga terheran-heran, karena yang seperti ini tidak ada di kotaku. Jika di Palembang hanya ada fly over dan under pass satu tingkat. Di sini, bisa 4-5 tingkat. Ketika di pangkal jalan kami ada di tingkat 4. Namun di ujung jalan ternyata di tingkat 5.
Aku pun, berkesempatan melihat Bus Transjakarta. Yang, lagi-lagi, hanya bisa ku lihat di televisi.
Ternyata desain busnya sama dengan Bus Transmusi. Bedanya hanya di tulisan, dan ukuran lebih besar.
Pembangunan pun, hampir di setiap sudut ku temui. Padahal kota ini sudah ramai, padat dengan gedung. Masih kurang bangunan kah?

Praktis, sepanjang perjalanan aku hanya terkagum-kagum melihat bangunan di kiri dan kanan. Sesekali karena bosan, aku membaca buku yang sudah dipersiapkan lama.
Tujuanku membaca buku adalah, agar dikira keren oleh si doi!

Aku memilih buku ini, mengenai sosok Fahri Hamzah, yang begitu mengejutkan, dipecat dari partainya. Aku juga penasaran, kenapa beliau menjadi sosok yang begitu fenomenal. Apa yang melatarbelakanginya?

Cuplikan buku mengenai sosok Fahri Hamzah

Karena jalanan di Jakarta begitu ramai, bus kami menuju Cilegon menggunakan tol dalam kota. Beruntung ada tol yang telah dibangun, jadi kami bisa sampai lebih cepat ke Cilegon.
 

Terimakasih Pak Jokowi!
Senin, 17 Desember 2018

Adalah pagi-pagi sekali aku telah bangun. Sebelum Shubuh. Ini adalah hari yang cukup penting, biaya yang dikeluarkan pun cukup besar. Hari ini aku akan berangkat KKL ke Pulau Jawa. Pengalaman yang cukup menarik, mengingat aku belum pernah kemanapun sebelumnya. Aku paling jauh pergi hanya ke Indralaya, ke Ponpes Raudhotul Ulum Sakatiga Ogan Ilir (berjarak sekitar 42 km dari rumah, atau 8 km dari kampus Unsri Layo).

Apa itu KKL?
KKL adalah kepanjangan dari Kuliah Kerja Lapangan, atau yang kini bernama PKL (Praktek Kerja Lapangan).Aku telah mendengar desas-desus kegiatan ini sejak semester 1. Biasanya, kegiatan KKL ini ke perusahaan di Pulau Jawa, sekaligus jalan-jalan. Namun, pernah ada dari jurusan lain yang KKL nya "hanya" ke sekitaran Sumatera (Lampung dan Sumatera Barat).

Aku mendengar dari kakak tingkat bahwa biayanya dapat mencapat 3 juta rupiah bahkan lebih. Ada dosen juga yang telah memberi saran baiknya agar menabung sedini mungkin. Alhamdulillah aku telah menabung sejak semester 2. Walaupun, ternyata banyak terpakai untuk keperluan lain seperti membeli ponsel yang rusak.

Kebiasaanku dulu adalah menyisihkan sedikit uang jajan untuk masuk ke dalam celengan. Misal, 2 ribu rupiah per hari. Artinya, satu bulan bisa mendapat uang sebesar Rp 60.000. Selain itu, sumber pemasukan celenganku adalah keuntungan berjualan pulsa. Rasanya, aku bisa menabung Rp 100.000 per bulan, yang berarti satu bulan bisa terkumpul uang sebesar Rp 160.000. Jika aku istiqomah, mungkin satu tahun setengah uang Rp 3 juta bisa terkumpul.

Celenganku yang dipersiapkan untuk KKL, foto ini diambil tanggal 15 Desember 2016


Di pertengahan jalan, ponsel Microsoft Lumia rusak, terpaksa harus membeli ponsel baru. Aku putuskan membeli ponsel merk Samsung dengan harga sekitar Rp 1,6 juta. Tabunganku kembali terkuras.

Seiring berjalannya waktu, sekitar akhir tahun 2017 booming Film Ayat Ayat Cinta 2. Alhamdulillah bisa menonton di bioskop pada hari perdana penayangan. Seketika aku ingat, bahwa aku pernah punya file pdf novel Ayat Ayat Cinta. Ku baca sampai habis. Ternyata begitu inspiratuf. Selain itu juga ku baca Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta Bertasbih 2. Luar biasa inspiratif. Dan akhirnya ku baca pula Ayat Ayat Cinta 2. Sayangnya, semua yang kubaca adalah bentuk free pdf alias bajakan! Hikss :(((

Tauladan tokoh Fahri pada AAC atau Azam pada KCB adalah, mereka ketika mahasiswa menjadi seorang wirausaha. Hal itu lah yang ku tiru. Aku berfikir merenung hingga sampai pada kesimpulan: Aku akan membuka bisnis Snack dengan nama Nugraha Snack.

Nugraha Snack pertama kali diluncurkan pada Februari 2018. Promosi awal hanya dilakukan melalui jarkom pada grup grup WA dan Line. Status instagram dan Facebook pun tak ketinggalan. Akhirnya di bulan itu dapat tiga order. Awalan yang bagus. Alhamdulillah. Nanti kapan-kapan aku akan menulis kisah detail tentang Nugraha Snack.


Logo Nugraha Snack ssat pertama kali diluncurkan


Kembali ke topik.

Uangku akhirnya terkumpul, ternyata biaya KKL sebesar Rp 3.850.000. Oh ya, sebelumnya uang tabungan ku gunakan untuk hal lain yang cukup urgent; membeli motor!
Motor sudah hampir menjadi kebutuhan pokok karena aku memiliki mobilitas yang cukup tinggi, maka harus ditunjang akses kendaraan pribadi. Qodarullah, ada teman yang menawarkan motor sepupunya untuk dijual. Aku beli motor tersebut seharga Rp 5 juta.

Beruntung, pembayaran KKL memiliki sistem subsidi silang. Artinya, jika tidak sanggup membayar uang sejumlah itu. Bayarnya bisa kurang. Ada subsidi hingga total Rp 10 juta. Rasaya, aku kemarin hanya membayar Rp 3.150.000. Dan beruntungnya lagi, di akhir kami mendapat cashback Rp 850.000 karena dapat dana dari Fakultas dan Jurusan.

Cerita perjalanan dimulai...

Bersambung...
Postingan Lebih Baru Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes