Standar Ganda


Realita hari ini, banyak di antara kita. Aku, kamu, dia. Kita semua.
Menjadi standar ganda, nampaknya, memang sebuah niscaya di antara segelintir umat manusia.

Kita ambil contoh. Seorang komika yang kerap memperolok agama, tertangkap sebab narkoba. Belakangan diketahui bahwa, dia penyuka sesama pria.

Open minded, katanya. Ketika agama dijadikan bahan bercandaan. Padahal itu sakral.
Namun, ketika posisinya dibalik. Sang komika kita perolok, malah kita yang disebut goblok. Cerita tentang dia penyuka sesama jenis, kata mereka tak perlu di-publish.

Ingatkah, ketika dia ditampilkan ke publik. Dalam sebuah konferensi pers oleh kepolisian. Ada sayup-sayup suara wartawan mengatakan, "Stand up, dong!"

Para netizen pembela sang komika protes, "Dimana nurani lo? Orang sedang kena musibah, malah diperolok?"

C'mon, guys. Kenapa kalian tidak bermasalah ketika agama diperolok. Namun merasa sangat tersinggung ketika sang komika diperlakukan demikian?
Seharusnya, kalian dengan lapang dada menerimanya. Dark jokes, ini namanya. Bukan menyinggung sang komika.
Dan belum tentu pula, sang komika tersinggung dengan singgungan dari wartawan. Hehheee..

Terakhir, jangan dikira aku benci dengan sang komika. Tak patut bagi kita untuk membenci pribadi. Ini hanya refleksi bagi kita semua yang sering menggunakan standar ganda. Termasuk aku juga.
.
.
.

Ini foto sepeda di tempat tinggalku. Di sini, pakenya standar tunggal, tidak ada sepeda yang standar ganda.. 😁

Tags:

Share:

13 komentar

  1. Olok mengolok tak semestinya ditujukan pada suatu kebaikan.

    Tapi mungkin saya setuju jika ditujukan pada pelaku kejahatan, dikit.. dikit doang kok setujunya, hihi..

    BalasHapus
  2. yah begitulah manusia
    standar gandanya tiada akhir
    bisa jadi mereka yang bilang toleran eh malah sebenarnya tidak toleran sama sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa. Begitulah manusia. Aku. Kamu. Kita semua ya mas 😅

      Hapus
  3. Kayaknya yang namanya mengolok2, mau apapun itu bukan hal yang baik untuk dilakukan

    BalasHapus
  4. Oh kirain standar ganda itu biar sepedanya ngga jatuh.😄

    Sekarang memang kadang ada komika yang menjadikan sesuatu yang sakral seperti agama sebagai bahan bercandaan.

    Tapi standar ganda itu kayak nya sudah normal dalam kehidupan ya. Apalagi negara adikuasa, sering pakai standar ganda dalam urusan politik dunia

    BalasHapus
  5. hahaha, sama dengan kang Agus, ku kira sepedanya yg standar ganda, Kang. sepakat sih sama opini di atas. Memang nggak perlu membenci 'pelaku-nya' tapi perilakunya. semoga kita semua sehat selalu dan nggak mudah terhasut dg kabar di luar sana, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yapss. Sepakat dgn mba Ella. Jangan beli personal. Tapi benci perilaku nya ya

      Hapus
  6. wkwkwkwkwk, kirain mau ngomongin semua tentang standar sepeda, etapi sebenarnya namanya apa ya?
    Dulu saya kenalnya standar, di Surabaya orang sebutnya cagang.

    Kalau sepeda mah ga pake standar juga bisa diakalin ya, kalau motor, auto rubuh hahaha.

    Btw lagi betul banget, sedih banget dengan pemikiran generasi sekarang ya, semoga makin banyak sekolah-sekolah agama, untuk memblokir ilmu-ilmu seperti itu diserap anak-anak penerus bangsa

    BalasHapus
  7. Sepeda aku standarnya 2 Mas Joe.. standar tunggal sama ganda.. wkwk *duhh maaf oot..

    Hhmmm aku nggak paham siapa sih. Tapi 1 yg jelas kalau mau bercanda lebih baik nggk usah bawa Agama, etnis, suku, atau apapun itu.. kan masih banyak topik diluar sana yg bisa lebih lucu tanpa bawa2 hal2 itu.. 😁😁 bner nggk?

    BalasHapus
  8. bener banget, sekarang semua pake dalih 'open minded', orang mulai berani menentang ajaran agamanya sendiri ya akibat terlalu open minded. banyak contoh-contoh gak pantas yang beredar di socmed. miris. yang paling nyebelin ya standar ganda ini.. seolah2 junjungannya itu gak pernah salah.. kalo aku lebih milih gak komen apa2 karena malas berdebat, tapi istighfar aja banyak2, semoga tetep diarahin ke jalan yang lurus sm Allah..

    BalasHapus