Bank Syariah; Kesadaran Masyarakat akan Riba


Pekan lalu, sebenarnya ada tema khusus dari Komunitas 1 Minggu 1 Cerita (#1m1c). Temanya tentang Sadar. Namun, karena mataku masih sakit apabila menatap layar laptop dan ponsel terlalu lama, ide tulisannya baru sebatas ide saja. Belum sempat tertulis di blog, wokwok.
Eh tunggu. Sebenarnya tidak ada juga yang peduli dengan ini, sih..  😅

Oke, langsung saja.
Tulisan kali ini agak sedikit serius dan ber-faedah. Tidak seperti tulisan sebelumnya yang nir-faedah. Sesuai judulnya, kali ini aku akan bercerita dan sedikit sharing mengenai sesuatu yang telah aku ketahui, walaupun hanya sedikit saja, ehehe..
Diskusi, kritik dan saran yang membangun akan tulisanku ini amat terbuka nantinya di kolom komentar. Namun, janganlah pula kita berdebat kusir, tidak ada gunanya! 😁

Pertama, kita ketahui bersama bahwa hari ini ada dua jenis bank. Bank Ribawi alias Bank Konvensional, dan Bank Syariah. Apa yang membedakan keduanya?
Secara zhohir, di Bank Syariah satpamnya mengucapkan Assalamu'alaykum, Selamat datang di Bank Syariah ketika kita masuk ke sana. Sedangkan Bank Konvensional, satpam hanya mengucapkan Selamat pagi, selamat datang!
Selain itu, karyawan perempuan di Bank Syariah berjilbab semua. Sedangkan di Bank Konvensional, tidak semuanya mengenakan jilbab.


Paragraf di atas tidak serius, yaa. Walaupun faktanya demikian, hehe.
Pada prinsipnya, perbedaan kedua jenis bank 'hanya' terletak pada akad atau perjanjiannya.

Izinkan aku memberi contoh yang agak ekstrem terkait pentingnya akad.
Misal Ani dan Budi telah melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan hubungan badan alias skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tenang, tanpa takut digebrek oleh warga, sebab mereka telah sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, selain menyenangkan juga berpahala.

Namun, kita lihat teman mereka. Misal namanya Ana dan Joko. Apabila mereka belum melakukan akad nikah. Kemudian mereka melakukan skidipapap-wadidaw, maka mereka akan berkegiatan dengan tidak tenang, takut digebrek oleh warga, sebab mereka belum sah secara agama dan negara. Tambahan lagi, kegiatan mereka, walaupun menyenangkan, tetapi berdosa.
Begitu pentingnya akad, bukan!

Sependek pengetahuanku, tolong koreksi kalau salah, dalam Bank Konvensional akad-nya tidaklah sesuai syariah. Itulah sebabnya muncul Bank Syariah.
Simpelnya, di Bank Konvensional terjadi transaksi peminjaman uang, kemudian pembayaran dari pinjaman ternya dilakukan dengan harga yang berbeda. Misal, kamu pinjam uang Rp 100.000.000 untuk membeli rumah, maka kamu harus membayar uangnya seharga Rp 110.000.000. Sebab di sana akan ada bunga 10%.

Di sini lah letak titik kritisnya. Jika akad di awal adalah meminjam, maka dalam aturan syariah harus dikembalikan sesuai dengan pinjaman awal.
Pinjam Rp 100.000.000, harus dikembalikan juga seharga Rp 100.000.000. Tidak boleh lebih.
Apabila berlebih, di situ letak riba-nya, dan riba adalah haram.

Mari kita lihat pada Surat Al-Baqarah ayat 275; Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

Dengan acuan ayat di atas, Bank Syariah didirikan. Mari simak cerita di bawah ini, dengan cerita yang mirip dengan paragraf di atas, tapi dikemas dengan kacamata syari.

Misal, kamu hendak meminjam uang ke Bank Syariah sebanyak seratus juta rupiah. Tentu saja mereka tidak akan meminjamkan, elo siape tong! 😜

Oke, kini kita serius kembali. Ehehe..
Bank Syariah tidak akan meminjamkan karena dalam aturan syariah tidak boleh mengambil keuntungan dari hal tersebut.
Solusinya bagaimana? Mereka akan melakukan akad jual beli.

Bank akan membeli rumah ke developer seharga Rp 100.000.000, kemudian bank menjual rumah tersebut kepada kamu dengan harga Rp 110.000.000.
Tidak ada riba di sana, adanya jual beli. Simpel, kan!

Dalam kasus di atas, persamaannya adalah baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah sama-sama akan mendapat uang sebesar Rp Rp 110.000.000, atau dengan keuntungan Rp 10.000.000.
Namun, untuk memperolehnya didapat dengan cara yang berbeda. Bank Konvensional mendapat keuntungan dari meminjamkan uang (ini riba, haram), sedangkan Bank Syariah mendapat keuntungan dari hasil jual beli (ini halal).

Kasusnya juga sama seperti contoh sebelumnya. Kisah yang terjadi pada Ani-Budi dan Ana-Joko. Skidipapap-wadidaw yang dilakukan oleh pasangan Ani dan Budi adalah sah dan berpahala, sebab akad mereka benar.
Sedangkan Ana dan Joko ber-skidipapap-wadidaw malah berdosa, karena tidak ada akad yang diatur secara syari disana.
Padahal, kedua pasangan itu sama-sama ber-skidipapap-wadidaw-ria bersama. Yang satu halal, yang satu haram. Hueheuehee...

Well, sampai sini dulu saja yaak pembahasan mengenai ini. Mataku sudah sakit kembali, kapan-kapan dilanjutkan, insyaa Allah!

Share:

36 komentar

  1. perbankan shariah sebenarnya banyak kelebihan. kalau kita benar-benar jaga kewangan kita agar bebas daripada unsur shubhah, riba' dan lain-lain, jadi pilihlah shariah compliance berbanding konvensional...

    BalasHapus
  2. Kebetulan saya juga mau buka tabungan ke bank syariah, tapi kendalanya harus punya setoran awal 100rb dulu bang. Pengen banget punya tabungan sendiri, meski belum punya gaji sendiri sih. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hee.. Gapapa bro. Itu mah masih termasuk kecil. Kalo bank konven, setoran awalnya bisa sampe 250rb 😅

      Hapus
  3. Sebenarnya simpel ya, cuma perkara akad. Sayang banyak yang menyepelekannya. Perkara perbankan ini memang agak susah. Meskipun lebih cenderung ke bank syariah, saya pun masih punya rekening bank konvensional. Soalnya gaji masuk sana. Sehabis gaji masuk, semua saya transfer ke bank syariah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naah, keren ini mbak. Iya sih.. Banyak dari kita yg terpaksa pake bank konven krn gaji ditransfer dari sana yaak 😅

      Hapus
  4. Wawdiwaw bisa aja nih Di perbandingannya...
    Eh, ada ga sih bank syariah murni di Indonesia?

    Sama satu lagi kalau ngetik di laptop usahain duduknya dekat jendela. Tiap 20 menit, pandangan objek2 yg jaradknya jauh.. atau kalau jarak pandang jendela sempit, tatap langit saja. InsyaAllab dgn begini otot2 di sekitar lensa mata tetap aktif Jd ga cepet bikin mata lelah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo yg beneran murni 100% setahuku blm ada mbak. Semoga di masa depan segera ada yaakk.
      Btw makasih tips nya

      Hapus
  5. Perbandingannya itu lho..hahaha..bisa aja nyari perbandingan seperti itu. Berarti semua diawali dari akad, kalau akadnya benar insya Allah ke sananya benar.

    BalasHapus
  6. Pembahasannya menarik Mas dan penuh ilmu.
    Tapi perbandingannya itu loh, bikin .... 🤣

    BalasHapus
  7. Yes, bener banget, Do. Makanya di Bank Syariah gak ada transaksi pinjam-meminjam uang, adanya akad pembiayaan alias jual beli. Soalnya pinjam-meminjam uang itu riba kalau pakai bunga. 🙈

    Tapi tenang walaupun begitu, nyimpan duit di bank syariah tetep bisa dapat cuan, kok. Soalnya deposito walaupun gak pakai bunga, tapi tetep ada bagi hasil dengan pakai nisbah.🤑

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nampaknya mbak Roem punya simpanan Deposito Bank Syariah yaaak? 😀🤑

      Hapus
  8. Wah topiknya berisi ini.. Thanks pencerahannya..

    BalasHapus
  9. "Tidak ada riba di sana, adanya jual beli. Simpel, kan!"

    Etapi, bank syariah mengelola uang yang diterbitkan oleh bank sentral yang bukan syariah. Uangnya juga diterbitkan dengan prinsip-prinsip riba. Bagaimana ceritanya bank syariah bisa bebas riba?

    *mohon pencerahannya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nice mbak.. Emang saat ini bank-bank di Indonesia blm 100% syari sih. Tapi, menuju syari. Kata UAS gitu.
      Post selanjutnya akan aku bahas insyaa allah :))

      Hapus
  10. Kereeen! Cerita perbandingannya juga cakeep! wkwkwkkw

    Beberapa hari lalu, pernah ke bank konvensional daerah yang segera migrasi ke bank syariah, terjadilah percakapan:

    K: Konsumen, T: Teller-tabies

    T: "Insyaallah Bulan April ini, bank kita udah syariah bu"
    K: "Alhamdulillah, bunganya makin gede ga mbak?"

    Sekian terima kasih wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkkwkwk ga gitu...
      Btw itu Bank Daerah mana bang? Riau ya?

      Hapus
  11. Mantap nih, semoga semakin banyak yang sadar tentang pentingnya menabung atau berinvestasi di bank syari'ah.

    BalasHapus
  12. kudu nyontek buku2 zaman kuliah lagi nih.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eko & perbankan syariah, tapi ilmunya mental karena sebelum dan setelah lulus kuliah kerjanya malah di radio dulu tuh.. wkwkwk

      Hapus
    2. Woohoho... Keren nih anak ekonomi syariah

      Hapus
  13. Oh begitu ya bedanya bank konvensional dengan bank syariah, letaknya di akad atau perjanjian.

    BalasHapus
  14. mendapat wawasan lagi mengenai bank syariah, krna di awal cuma tau katanya"bank konven dan syariah sama aja" ternyata berbeda, akadnya pun berbeda.
    terimakasih kak atas wawasannya

    BalasHapus
  15. saya sering banget loh, baca tentang ini, tapi entah mengapa, baru kali ini saya benar-benar mengerti perbedaannya, meski jadinya geli sendiri, ternyata sebenarnya sama aja ya, hanya saja kalau bank syariah, udah ada kejelasan di awal.

    jadi kalau KPR syariah, harusnya tagihan ga pernah naik dong ya?
    karena harus jelas sejak awal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiiihi, makasih udah baca dan memahami tulisanku mbak 😀
      Iya bener, harusnya tagihannya ga boleh naik. Harus sama tagihan tiap bulannya, sesuai akad

      Hapus
  16. yeayyy dibantu mengingat kembali nih sama kang Dodo soal riba dan kawan-kawannya
    aslinya lupa, ini pelajaran sekolah tapi nggak nyanntol hahaha

    BalasHapus
  17. hehehe....
    - bank yang menerapkan sistem bunga dapat untung
    - bank yang menerapkan sistem " akad jual beli" juga dapat untung....

    # Seperti biasa, cara nulisnya menarik .... mantap

    BalasHapus
  18. Iya di bank Syariah lebih halal ya akadnya nggak ada keuntungan riba. daripada di bank konvensional.
    Makasih info nya Dodo.

    BalasHapus
  19. Makanya kalo skidipapap di apartemen kakak. Aman gak ada yang gerebek kaya di kosan, wkwkwkwk

    BalasHapus