Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!
Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu pasti mengerti maksud dari gambar di atas. Perikaraanku, kamu pasti akan terkekeh melihat gambar ini. Hiiihi.
Yaaak, kamu benar. Itu adalah lirik lagu "Balonku" yang ditulis dalam huruf Arab, tapi bukan Arab biasa, lebih tepatnya huruf Arab Jawi.
Teksnya yang tertulis di atas, adalah sebagai berikut.
Baa
luunkuu
aadaa liimaa,
ruufaa ruufaa
warnaanyaa, hiijaw kuuninng
kiilaabuu, miiraah muudaa daan
biiruuw, miiliituus baaluun hiijaw,
duuuuwwwwwrrrrrrrrr
haatiikuu sangat kaacaw, baaluunkuu tinggaal imfaat
kuu fiigaang iiraat iiraat
Begitu, loh. Tidak ada penistaan apapun, kan!
Fyi, dalam bahasa Arab, tidak ada huruf vokal e dan o. Tidak ada pula huruf p. Itulah kenapa menjadi imfat, alih-alih empat. Menjadi baaluun, bukan balon. Hahaa!
***
Namun, masalah muncul ketika sebagian dari kita tidak dapat menerima hal ini sebagai lelucon. Beberapa hari yang lalu, aku mengirim foto itu ke suatu grup WhatsApp dengan niat lucu-lucuan saja.
Aku akui, aku memang mengirim ke grup yang tidak tepat. Di grup tersebut banyak bapak-bapak, bahkan ada Habib hingga ustadz pula. Anak-anak mereka pun ada yang sudah seusiaku.
Yaa, jarak kami memang terbilang jauh, dan mereka tidak menangkap maksud lucunya dimana.
Salah seorang Habib yang ada di grup protes ketika aku mengirim gambar itu, "Maksud gambar itu apa?"
"Mohon maaf ustadz," kataku menenangkan. "Itu hanya lucu-lucuan saja. Kalimat itu adalah lirik lagu Balonku Ada Lima yang ditulis dalam Bahasa Arab, hehhe..." aku mengetik itu di grup WhatsApp dengan sedikit cemas,
"Iya, ana (saya) tahu. Bukan cuma antum (kamu) yang bisa baca tulisan Arab dan tahu lagu anak-anak tersebut!"
Mampus, kataku dalam hati!
"Saran ana, hapus saja foto itu dari grup. Antum seolah-olah menyindir orang yang kerap mengunakan logo serupa dalam komunitas mereka," sang Habib kembali melanjutkan chat-nya di grup.
Agar masalah segera selesai, aku menanggapinya dengan meminta maaf, "Baik ustadz, terima kasih sudah mengingatkan. Mohon maaf apabila ada salah, fotonya sudah saya hapus dari grup."
Habib tersebut boleh jadi benar dan bermaksud baik. Sebab seolah-olah aku menyindir kelompok tertentu yang sering menggunakan logo yang serupa dengan gambar itu. Kelompok mana itu? Biasanya dari kelompok pengajian para Habaib. Mereka kerap menggunakan itu sebagai identitas mereka. Dijadikan stiker, ditempel di pintu hingga jendela rumah, motor hingga laptop. Ini tidak masalah sih, hanya sebagai menunjukkan identitas mereka.
Sama seperti kamu kalau menjadi fans klub sepakbola tertentu, Emyu misalnya. Pasti akan banyak pernak-pernik logo Manchester United yang menemanimu. Dinding kamar dengan poster pemain, sejak Era David Beckham hingga Wayne Rooney, wallpaper laptop dengan gambar animasi setan berwarna merah, atau case ponsel yang juga berwarna merah.
Analogi yang tepat, kan!
Hal yang seperti itu tak masalah, bukan! Asal jangan berlebih-lebihan saja.
Contoh gambar yang sering dijadikan stiker |
Namun, dari sebagian umat Islam, ada oknum yang salah mengartikan. Simbol-simbol tersebut malah dijadikan jimat. Kalau pasang stiker dengan logo ini di pintu warung, pasti akan laris. Nah, ini yang salah.
Contoh gambar yang kerap dijadikan jimat |
Disclaimer : Tolong koreksi jika pendapatku di atas salah!
***
Kembali ke huruf Arab Jawi.
Huruf ini mulai populer di kawasan Nusantara, ketika Islam mulai menyebar. Orang berbicara menggunakan Bahasa Melayu, tetapi menggunakan tulisan Arab (tidak seperti sekarang yang kita gunakan adalah huruf Latin).
Huruf Arab Jawi, sebenarnya masih digunakan dalam komunitas dan wilayah tertentu. Bahkan masih dipelajari di sekolah-sekolah di Provinsi Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Tidak hanya di sekolah, di tempat umum pun huruf ini masih digunakan. Selain di Indonesia, huruf Arab Jawi juga digunakan di negara tetangga. Namanya juga berawal dari Bahasa Melayu. Penggunaanya masih bisa ditemukan di Malaysia hingga Brunei Darussalam.
Sebagai contoh adalah beberapa gambar di bawah ini.
Kantor Gubernur Jambi, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya |
Kantor Gubernur Riau, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya |
KFC di Brunei Darussalam, tertulis dalam huruf Arab Jawi; Kii-iif-sii |
Kembali muncul pertanyaan. Apakah di Indonesia, huruf Arab Jawi hanya digunakan di provinsi tertentu saja? Jawabannya tidak juga. Sebenarya, hingga hari ini, huruf Arab Jawi tetap tersebar ke seluruh Indonesia. Mungkin saja kita tidak sadar.
Contohnya dimana? Ada di rumah kamu masing-masing. Ada di Al-Quran yang setiap hari kita baca.
Apa bacaannya? Aku coba buatkan yaa. Karena ilmu Arab Jawi ku masih cetek, tolong dikoreksi apabila ada yang keliru.
Bismillahirrahmaaniraahim
Tanda Tashih
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia telah mentashih Al-Quran dan terjemahan yang diterbitkan oleh :
Penerbit : CV Diponegoro, Bandung
Ukuran : 9,8 x 13,5 cm
Jakarta, 18 Dzulqa'idah 1425 H (Hijriyah)
30 Desember 2004 M (Masehi)
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran
Ketua : Haji Fadhal Abdur Rahman Bafadal
Sekretaris : Haji Muhammad Shohib Zhohri
Anggota :
1. Doktor Haji Muhammad Quraisy Syihab
2. Kyai Haji Sayyid Muhammad As-Sari
3. Doktor Haji Ali Audah
4. Doktor Haji Khotibul Imam
5. Doktor Haji Ahsan Saja'i Muhammad
6. Kyai Haji Ali Mustofa Ya'qub
7. Doktor Haji Rif'at Syauqi Nawawi
8. Doktor Hajjah Faizah Syabar Malisi
9. Doktor Haji Muslih Abdul Karim
10. Haji Muhammad Kailani AR
11. Doktor Haji Imam Tolhah
12. Doktor Haji Yasnur Yusuf
13. Haji Al-Hamam Munzir
14. Haji A. Badri Yunardi
15. Haji Mazmur Sya'roni
16. Haji Muhammad Syatibil Haqir
17. Haji Abdul Muhaimin Zen
18. Haji Ahmad Fatoni
19. Haji Bunyamin Sarori
20. Haji Ishomuddin Basori
21. Haji Ali Nurdin
22. Haji Anang Sudrajat
Begini tulisannya. Untuk paragraf awal, aku yakin itu betul. Namun, untuk nama-nama anggota. Aku tidak yakin tulisanku benar semua, nampaknya beberapa ada yang salah.
Lembar ini, pasti ada di setiap Al-Quran yang dicetak di Indonesia. Ini semacam jaminan dari Pemerintah Republik Indonesia bahwa Al-Quran yang kita pegang adalah asli. Bukan palsu. Jaminan bahwa tidak ada satu kata atau satu huruf pun yang salah dalam cetakan tersebut.
Masih belum faham? Bisa dilihat pada flyer berikut ini, yang dibuat oleh Lajnah (Lembaga) Pentashihan Mushaf Al-Quran.
***
Jadi, dalam postingan kali ini aku hanya ingin bilang kalau kita mau bercanda dengan huruf Arab itu boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu membercandai Al-Quran. Kualat, ntar!
Simpel saja, kalau kita tidak boleh bercanda dengan huruf Arab, atau Bahasa Arab. Lantas bagimana cara orang Arab bercanda! Wokwkkwkw.
Oh, yaa. Ini ada gambar "jimat" lagi. Aku punya pertanyaan di postingan kali ini.
Apa bacaan dari jimat tersebut?
Silahkan jawab di komentar yaak.
Untuk 1 orang yang beruntung, berhak mendapat hadiah pulsa Rp 20.000.
Maafkeun hadiahnya masih kecil. hehhee.