The Untold Islamic History, adalah buku hasil karya Bang Edgar Hamas. Aku mengetahui belio dari media sosial Instagram dan Twitter. Bang Edgar sering membuat postingan mengenai keislaman, terutama sejarah Islam. Selain akun pribadi, belio juga punya akun media sosial yang bernama Gen Saladin. Aku sangat merekomendasikan kalian untuk mem-follow kedua akun tersebut, biar bisa dapat insight baru mengenai Islam.
Kemudian, dari profil penulis di halaman akhir buku, tertulis bahwa Bang Edgar berkuliah di Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar di Cairo, Mesir dan setelah itu melanjutkan ke Universitas Islam Madinah di Arab Saudi. Jadi, insyaa Allah argumen, dalil dan referensi yang ada di buku ini cukup kuat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Oh yaa, post ini adalah lanjutan dari post yang sebelumnya, mengenai review buku yang aku baca ketika isoman. Buku yang sebelumnya di-review merupakan vovel dengan judul Mecca, I’m Coming.
Well, ada yang menarik ketika aku membaca buku ini di kamar karantina. Dari perusahaan, menyediakan satu kamar yang cukup luas dengan isi dua orang. Dan saat itu, aku sekamar dengan seorang mas-mas kafir yang bukan beragama Islam.
Ketika dia melihat di samping ranjangku ada tumpukan buku, dia menanyakan perihal itu, “Waah, hobi baca buku ya mas, buku apa aja tuh? Saya boleh pinjam gak?”
“Tentu saja, boleh mas,” aku menjawab dengan senang hati.
“Ada buku apa saja emangnya yang dibawa?”
“Ooh ini ada novel, satunya mengenai sejarah,”
“Sejarah ya, menarik itu. Saya suka kalau buku-buku mengenai sejarah,” kata mas-mas yang sekamar denganku. Dia kemudian Kembali bertanya, “Memangnya itu sejarah tentang apa, mas?”
“Eumm.. Sejarah Islam, mas.”
Dengan raut muka kecewa dia berkata, “Kalau sejarahnya mengenai itu, saya tidak bisa membacanya, mas..”
Aku hanya ber-hehe saja.
Lanjut mengenai tampilan buku. Fisiknya sangat baik. Dengan harga hanya sembilan puluh ribu-an, buku ini punya hard cover. Biasanya buku dengan harga segitu covernya adalah soft, bukan hard. Jumlah halamannya lebih dari 250 dan buku ini menggunakan kertas majalah dan full color saudara-saudara!
Menarik sekali memang kemasannya.
Apa isi buku ini?
Sesuai judulnya, buku ini menceritakan sejarah-sejarah Islam yang jarang diceritakan, yang jarang diketahui oleh kita, atau bahkan cerita sejarah yang kita ketahui, ternyata tidak seperti itu adanya. Aku akan menceritakan beberapa bagian dari buku ini. Mari kita mulakan!
Ka’bah
Banyak dari kita sebagai orang awam, mengetahui bahwa Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Padahal (menurut penjelasan buku ini), Nabi Ibrahim hanya “meninggikan” bangunan Ka’bah, bukan “membangun” Ka’bah dari awal.
Dalilnya? Surat Al-Baqarah ayat 127.
Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail...
Betul, kan? Lihat yang dicetak tebal. Meninggikan fondasi. Itulah yang dilakukan Nab Ibrahim.
Lalu, siapa yang membangun Ka’bah dari awal? Menurut Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan ulama lainnya, jawabnya ialah... Nabi Adam.
Thariq bin Ziyad
Salah satu bab yang menurutku cukup menarik, mengenai Thariq bin Ziyad. Ia adalah pemimpin pasukan Muslim di Afrika Utara yang hendak berhadapan dengan pasukan Kafir di Spanyol. Kita sering mendengar bahwa Thariq bin Ziyad membakar kapalnya untuk “memaksa” pasukannya agar memenangkan pertempuran dan tidak kabur dari medan perang.
“Wahai pasukanku, lautan ada di belakangmu dan musuh ada di depanmu! Tidak ada pilihan lain selain berjuang!” beginilah quote yang terkenal yang katanya berasal dari Thariq bin Ziyad.
Pertanyaannya adalah, apakah kalimat tersebut benar-benar keluar dari mulut Thariq bin Ziyad?
Ternyata, kisah tersebut baru muncul 400 tahun setelah Thariq bin Ziyad menaklukkan Spanyol. Faktanya, tidak mungkin beliau melakukan itu. Pertama, sebab mubazir. Kapal itu pun adalah kapal sewa. Kedua, dalam Islam tidak pernah ada paksaan dalam berjuang.
Mitos pembakaran kapal ini, dihembuskan oleh Sejarawan Eropa masa lalu untuk menutupi “ketakjuban” mereka bagaimana mungkin pasukan Muslim yang sedikit (sekitar 12 ribu pasukan) mengalahkan 100 ribu pasukan dari kaum Kafir.
“Kok bisa?” gumam mereka saat itu.
Bangsa Barbar
Mari kita jujur pada diri kita sendiri. Apa yang ada di benak kita, ketika mendengar istilah “barbar”?
Tentu saja hampir dari kita semua sepakat; Barbar berarti istilah untuk menyebut suatu kelakukan yang tidak sopan, sembarangan, suka berbuat kerusakan dan sebagainya.
Dalam Kamus Bahasa Inggris, “Barbarian” diartikan sebagai masyarakat primitif dan kasar. Pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Barbar” berarti bangsa yang tidak beradab.
Sedih sekali.
Padahal, Barbar adalah salah satu suku bangsa yang ada di Afrika Utara. Thariq bin Ziyad dan pasukannya adalah orang yang bersuku Barbar.
Mandi
Cerita ini terjadi di tahun 900-an. Khalifah Abbasiyah yang bernama Al-Muqtadir Billah mengutus Ahmad bin Fadhlan dan rombongannya melakukan ekspedisi ke Kerajaan Volga Bulgaria (kini berada di Rusia) yang dihuni oleh Bangsa Viking.
Kebanyakan Bangsa Eropa masih belum mengenal mandi. Padalah, Rasulullah Muhammad saw telah mengajarkan bersuci dengan air dengan cara wudhu dan mandi junub (HAYOOLOOO SIAPA SERING MANDI JUNUB 😛) kepada umat Islam sejak 400 tahun sebelumnya.
Ahmad bin Fadhlan mengatakan Bangsa Eropa tidak memiliki budaya kebersihan yang baik. Jalanan becek dan penuh sampah. Orang-orang tidur di samping binatang ternaknya, dan ketika mereka hendak melakukan hubungan seks, mereka tanpa malu langsung melakukan saja di depan teman-teman mereka (eh tapi nampaknya hari ini masih ada juga yang seperti ini sih, malah sambil direkam dan kamu hobi menontonnya wokwowk).
Ketika di pagi hari, mereka tidak mandi. Dengan seember air, mereka hanya mencuci muka (hari ini juga masih banyak yang di pagi hari hanya mencuci muka, hehe), menyisir rambut dan meludah dengan air itu, tanpa mengeluarkan airnya dari ember. Selanjutnya, ember tersebut dipakai oleh orang lain, dengan air bekas orang yang telah dipakai sebelumnya. Kemudian air yang sama, dipakai oleh orang yang lain lagi. Bayangkan, betapa joroknya, bukan! Hihihii.
Ahmad bin Fadhlan menyaksikan itu dengan nyata, seolah tak percaya. Peradaban muslim yang saat itu sudah cukup maju, pun dengan ilmu pengetahuannya yang modern (pada masanya), namun di Eropa penduduknya masih sangat jorok dan terbelakang.
Namun, itu masa lalu. Hari ini, nampaknya keadaan dunia terbalik. Kondisi dunia Eropa yang sangat maju, kota-kota rapi, bersih, tertata. Mereka juga dalam segi ilmu pengetahuan maju. Berbeda dengan kita, umat Islam hari ini, malah berkebalikannya. Nampaknya, memang ada yang salah dengan kita. Mari kita perbaiki bersama, agar dapat mengembalikan kejayaan ummat, eaakk!
Kritikan terhadap buku
Namanya manusia biasa, penulis pasti ada kelebihan dan ada kekurangan. Akan adil apabila aku membahas kekurangan buku ini juga. Akan tetapi, di sini aku bukan mau membahas kekurangan atau mengkritik mengenai konten bukunya.
Kalau mau mengkritik konten, aku tidak bisa. Aku tidak memiliki kapasitas keilmuan di bidang sejarah Islam. Sejak SD hingga kuliah, Pendidikan formalku di sekolah “umum” saja. Hehhe.
Oh yaa, ini sebenarnya bukan kritik sih. Lebih ke koreksi atau saran. Sebagai pembaca awam, membuat mata ini tak nyaman membacanya.
Pertama, inkonsistensi penulis. Di beberapa bab, Bang Edgar menggunakan “saya” untuk menyebut dirinya. Namun di bab lain, menggunakan “aku”. Jujur saja, hal ini membuatku sedikit gemeuush.
Kedua, ada yang typo. Aku tidak ingat ada berapa. Yang aku ingat, kata “kamus” tertulis “kamu”. Ada lagi, tapi lupa aku catat, sih.
Ketiga, ada di bab “Yang Istimewa dari Istimewa”. Bang Edgar menggunakan contoh kasus Diego Maradona yang mendapat julukan “Si Tangan Tuhan” berkat gol nya di salah satu pertandigan di Piala Dunia. Bang Edgar mengatakan Maradona mendapat julukan tersebut, sebab orang tidak ada yang menyangka, Maradona dengan tinggi hanya 165 cm bisa melesat ke angkasa untuk menyundul bola ke gawang lawan.
Padahal, sependek pengetahuanku, alasannya bukan itu. Maradona benar-benar menggunakan tangannya untuk memasukkan bola ke gawang lawan, dan wasit tidak melihatnya dengan jelas. Jadi, Maradona sebenarnya agak curang saat itu, tidak menggunakan kepala untuk menyundul bola. Hehee..
CMIIW yaak. Correct me if I'm wrong.
Dan terakhir. Kalau mau beli buku ini, silahkan hubungi sosial medianya bang Edgar saja yaa!