Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.


Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya! 
Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu pasti mengerti maksud dari gambar di atas. Perikaraanku, kamu pasti akan terkekeh melihat gambar ini. Hiiihi.

Yaaak, kamu benar. Itu adalah lirik lagu "Balonku" yang ditulis dalam huruf Arab, tapi bukan Arab biasa, lebih tepatnya huruf Arab Jawi.
Teksnya yang tertulis di atas, adalah sebagai berikut.

Baa
luunkuu
aadaa liimaa,
ruufaa ruufaa
warnaanyaa, hiijaw kuuninng
kiilaabuu, miiraah muudaa daan
biiruuw, miiliituus baaluun hiijaw,
duuuuwwwwwrrrrrrrrr
haatiikuu sangat kaacaw, baaluunkuu tinggaal imfaat
kuu fiigaang iiraat iiraat

Begitu, loh. Tidak ada penistaan apapun, kan!
Fyi, dalam bahasa Arab, tidak ada huruf vokal e dan o. Tidak ada pula huruf p. Itulah kenapa menjadi imfat, alih-alih empat. Menjadi baaluun, bukan balon. Hahaa!

***

Namun, masalah muncul ketika sebagian dari kita tidak dapat menerima hal ini sebagai lelucon. Beberapa hari yang lalu, aku mengirim foto itu ke suatu grup WhatsApp dengan niat lucu-lucuan saja.
Aku akui, aku memang mengirim ke grup yang tidak tepat. Di grup tersebut banyak bapak-bapak, bahkan ada Habib hingga ustadz pula. Anak-anak mereka pun ada yang sudah seusiaku.
Yaa, jarak kami memang terbilang jauh, dan mereka tidak menangkap maksud lucunya dimana.

Salah seorang Habib yang ada di grup protes ketika aku mengirim gambar itu, "Maksud gambar itu apa?"
"Mohon maaf ustadz," kataku menenangkan. "Itu hanya lucu-lucuan saja. Kalimat itu adalah lirik lagu Balonku Ada Lima yang ditulis dalam Bahasa Arab, hehhe..." aku mengetik itu di grup WhatsApp dengan sedikit cemas,

"Iya, ana (saya) tahu. Bukan cuma antum (kamu) yang bisa baca tulisan Arab dan tahu lagu anak-anak tersebut!"
Mampus, kataku dalam hati!

"Saran ana, hapus saja foto itu dari grup. Antum seolah-olah menyindir orang yang kerap mengunakan logo serupa dalam komunitas mereka," sang Habib kembali melanjutkan chat-nya di grup.

Agar masalah segera selesai, aku menanggapinya dengan meminta maaf, "Baik ustadz, terima kasih sudah mengingatkan. Mohon maaf apabila ada salah, fotonya sudah saya hapus dari grup."

Habib tersebut boleh jadi benar dan bermaksud baik. Sebab seolah-olah aku menyindir kelompok tertentu yang sering menggunakan logo yang serupa dengan gambar itu. Kelompok mana itu? Biasanya dari kelompok pengajian para Habaib. Mereka kerap menggunakan itu sebagai identitas mereka. Dijadikan stiker, ditempel di pintu hingga jendela rumah, motor hingga laptop. Ini tidak masalah sih, hanya sebagai menunjukkan identitas mereka.

Sama seperti kamu kalau menjadi fans klub sepakbola tertentu, Emyu misalnya. Pasti akan banyak pernak-pernik logo Manchester United yang menemanimu. Dinding kamar dengan poster pemain, sejak Era David Beckham hingga Wayne Rooney, wallpaper laptop dengan gambar animasi setan berwarna merah, atau case ponsel yang juga berwarna merah.
Analogi yang tepat, kan!
Hal yang seperti itu tak masalah, bukan! Asal jangan berlebih-lebihan saja.

Contoh gambar yang sering dijadikan stiker

Namun, dari sebagian umat Islam, ada oknum yang salah mengartikan. Simbol-simbol tersebut malah dijadikan jimat. Kalau pasang stiker dengan logo ini di pintu warung, pasti akan laris. Nah, ini yang salah.

Contoh gambar yang kerap dijadikan jimat

Disclaimer : Tolong koreksi jika pendapatku di atas salah!

***

Kembali ke huruf Arab Jawi.
Huruf ini mulai populer di kawasan Nusantara, ketika Islam mulai menyebar. Orang berbicara menggunakan Bahasa Melayu, tetapi menggunakan tulisan Arab (tidak seperti sekarang yang kita gunakan adalah huruf Latin).

Huruf Arab Jawi, sebenarnya masih digunakan dalam komunitas dan wilayah tertentu. Bahkan masih dipelajari di sekolah-sekolah di Provinsi Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Tidak hanya di sekolah, di tempat umum pun huruf ini masih digunakan. Selain di Indonesia, huruf Arab Jawi juga digunakan di negara tetangga. Namanya juga berawal dari Bahasa Melayu. Penggunaanya masih bisa ditemukan di Malaysia hingga Brunei Darussalam.
Sebagai contoh adalah beberapa gambar di bawah ini.

Kantor Gubernur Jambi, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya

Kantor Gubernur Riau, dengan aksara Arab Jawi di bawahnya

KFC di Brunei Darussalam, tertulis dalam huruf Arab Jawi; Kii-iif-sii

Kembali muncul pertanyaan. Apakah di Indonesia, huruf Arab Jawi hanya digunakan di provinsi tertentu saja? Jawabannya tidak juga. Sebenarya, hingga hari ini, huruf Arab Jawi tetap tersebar ke seluruh Indonesia. Mungkin saja kita tidak sadar.
Contohnya dimana? Ada di rumah kamu masing-masing. Ada di Al-Quran yang setiap hari kita baca.


Apa bacaannya? Aku coba buatkan yaa. Karena ilmu Arab Jawi ku masih cetek, tolong dikoreksi apabila ada yang keliru.

Bismillahirrahmaaniraahim
Tanda Tashih
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia telah mentashih Al-Quran dan terjemahan yang diterbitkan oleh :
Penerbit : CV Diponegoro, Bandung
Ukuran : 9,8 x 13,5 cm

Jakarta, 18 Dzulqa'idah 1425 H (Hijriyah)
              30 Desember 2004 M (Masehi)

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran

Ketua : Haji Fadhal Abdur Rahman Bafadal
Sekretaris : Haji Muhammad Shohib Zhohri

Anggota :
1. Doktor Haji Muhammad Quraisy Syihab
2. Kyai Haji Sayyid Muhammad As-Sari
3. Doktor Haji Ali Audah
4. Doktor Haji Khotibul Imam
5. Doktor Haji Ahsan Saja'i Muhammad
6. Kyai Haji Ali Mustofa Ya'qub
7. Doktor Haji Rif'at Syauqi Nawawi
8. Doktor Hajjah Faizah Syabar Malisi
9. Doktor Haji Muslih Abdul Karim
10. Haji Muhammad Kailani AR
11. Doktor Haji Imam Tolhah
12. Doktor Haji Yasnur Yusuf
13. Haji Al-Hamam Munzir
14. Haji A. Badri Yunardi
15. Haji Mazmur Sya'roni
16. Haji Muhammad Syatibil Haqir
17. Haji Abdul Muhaimin Zen
18. Haji Ahmad Fatoni
19. Haji Bunyamin Sarori
20. Haji Ishomuddin Basori
21. Haji Ali Nurdin
22. Haji Anang Sudrajat

Begini tulisannya. Untuk paragraf awal, aku yakin itu betul. Namun, untuk nama-nama anggota. Aku tidak yakin tulisanku benar semua, nampaknya beberapa ada yang salah.

Lembar ini, pasti ada di setiap Al-Quran yang dicetak di Indonesia. Ini semacam jaminan dari Pemerintah Republik Indonesia bahwa Al-Quran yang kita pegang adalah asli. Bukan palsu. Jaminan bahwa tidak ada satu kata atau satu huruf pun yang salah dalam cetakan tersebut.
Masih belum faham? Bisa dilihat pada flyer berikut ini, yang dibuat oleh Lajnah (Lembaga) Pentashihan Mushaf Al-Quran.


***

Jadi, dalam postingan kali ini aku hanya ingin bilang kalau kita mau bercanda dengan huruf Arab itu boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu membercandai Al-Quran. Kualat, ntar!
Simpel saja, kalau kita tidak boleh bercanda dengan huruf Arab, atau Bahasa Arab. Lantas bagimana cara orang Arab bercanda! Wokwkkwkw.

Oh, yaa. Ini ada gambar "jimat" lagi. Aku punya pertanyaan di postingan kali ini.


Apa bacaan dari jimat tersebut?
Silahkan jawab di komentar yaak.

Untuk 1 orang yang beruntung, berhak mendapat hadiah pulsa Rp 20.000.
Maafkeun hadiahnya masih kecil. hehhee.

Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking ria. Tiba-tiba ada seorang girl-friend (baca: teman perempuan) yang menelpon.
"Joe, hari ini kamu kosong, ndak?"

"Hemm.. Ada hal apa, Aini?" kataku dari seberang telepon, sebut saja namanya Aini.

"Jadi gini, aku ada acara. Dapet undangan dari temenku. Kamu bisa temenin aku? Acaranya siang ini jam satu." Aini menjelaskan maksud dirinya menelponku.

Sejujurnya, di siang itu aku ada pekerjaan lain. Harus menyelesaikan desain untuk postingan di Instagram @temanwakaf. Namun, karena sedang malas untuk membuat desain, aku menyanggupi ajakan si Aini, "Hoo, oke bisa!" kataku dengan penuh semangat. "Sebenarnya itu acara apa, dan siapa temanmu yang mengundang ke acara itu, Aini?"

"Oke, kamu coba lihat pesan WhatsApp yang baru saja aku kirimkan."
Aku kemudian membaca dengan cepat isi undangan tersebut. Acara itu bertempat di salah satu restoran yang ada di Palembang.

Relationship Party
Dear Aini and partner..
Undangan ini khusus untuk kamu dan pasanganmu. Aku punya ide dan gagasan menarik. Mari kita berkolaborasi membuat suatu gerakan dan perubahan baru untuk kemajuan di kota kita. 
Salam hangat,
Hamzah

Aku bertanya tanda tak faham, "Jadi, maksud acara Relationship Party ini apaan?"

"Aku juga tidak terlalu faham, mungkin temanku mau buat event atau komunitas atau bisnis baru kali. Aku ajak kamu sebab kamu kan punya bisnis yang sedang dikelola. Siapa tahu ada peluang baru atau bisa berkolaborasi dengan orang-orang di sana."

"Oh yaa, kamu benar juga Aini. Mungkin saja aku bertemu dengan orang yang bisa diajak mengembangkan Teman Wakaf yaa. Terus gimana?"

"Intinya, Hamzah meminta aku untuk datang ke Relationship Party dengan mengajak pasangan. Dan aku minta kamu seolah-olah jadi pacarku, Joe!"

"Haaahh!" aku terseru kaget.

"Iyaa, aku tidak mau kalau dipandang sebelah mata oleh teman-temanku nanti. Jadi, paling tidak aku dianggap udah punya pacar dong."

Aku bersungut-sungut tak percaya, sepenting itu kah mengajak seorang "pacar" ke acara itu. Padahal sebenarnya dia bisa datang sendiri. Tidak ada kewajiban mengajak pacar.

"Jangankan pura-pura menjadi pacarmu. Menjadi pacar yang asli, aku mau kok. Ehehe.." kataku sambil menggodanya.

"Apa? Enak aja, lu! Kan udah lama kita janji untuk tidak saling jatuh cinta. Kita kan selamanya tetap akan jadi bes-pren!" Aini berseru dalam percakapan telepon itu, seolah benar-benar tidak mau menjadi pacarku (?).

"Hahaa.. Ndak, lupakan." aku menyanggah jokes itu, padahal itu dari hati yang terdalam.
"Jadi, gimana? Bisa kan Joe? Pliss.. Nanti besok aku traktir deh."
"Emangnya sepenting apa kamu harus mengajak seorang "pacar" ke acara itu?"
"Joe, sebenarnya Hamzah, yang mengundang acara itu, adalah...."
"Siapa?"
"Dia mantanku, Joe!"

Telepon hening.
Pantas saja Aini ngebet untuk mengajakku agar seolah-olah jadi pacarnya. Seperti di sinetron saja, tidak mau terlihat buruk di depan mantan. Maka Aini "menyewa" aku untuk menjadi pacarnya. Aneh sekali.

"Kita bertemu dimana dan jam berapa?"
"Bagusnya dimana ya?"
"Gimana kalo kita ketemuan di masjid taman kota saja. Sekalian pura-pura hendak shalat Zhuhur di sana. Setelah itu, baru berangkat ke lokasi."
"Kenapa harus pura-pura shalat? Yaa kita shalat saja di sana, Kangg Mas Joeeee!"

Sambungan telepon telah berakhir, aku telah bersiap-siap untuk berangkat ke acara yang dimulai sekitar dua jam lagi.
Tak lama berselang, Aini kembali menghubungiku, kali ini melalui chat di WhatsApp.

"Joe, kamu pake baju apa? Biar aku bisa pilih baju yang senada denganmu untuk dipake ke acara nanti. Jangan dengan style yang biasa kamu kenakan. Baju kaus oblong plus jaket. Mana jaketnya adalah jaket organisasi kampus, ada logo Unsri lagi. Ga pantes untuk dipake ke acara itu."

"Waah, kamu nampaknya sudah sangat ma'rifat kepadaku yaa. Hahha. Aku beneran mau pake style seperti itu loh. Simpel. Kenapa ga boleh?" begitu balasanku terhadap chat dari Aini.

"Yaa, pokoknya jangan. Kamu jangan buat aku malu, Joe. Jangan pula malu-maluin. Arghhhgh."
"Kalo pake baju batik, boleh?"
"Kaku banget kek mau kondangan. Pake kemeja apa kek, kemeja yang lucu, ada?"
"Hoo, aku akan pake kemeja warna kuning dengan lengan panjang, kemudian pake celana bahan."
"Lah, itu style kayak kamu lagi kuliah. Itu mah kayak dosen. Aku tidak mau nanti dikira jalan sama bapac-bapac!"

Aku selalu salah di mata Aini. Tapi mungkin memang ada benarnya juga. Tidak hanya Aini yang berkata seperti itu, tetapi banyak teman yang bilang kalau style berpakaianku mirip Bapac dosen.

Aku kemudian masih di depan lemari pakaian, memilah dan memilih baju mana yang cocok aku kenakan. "Kalo kemeja yang ini gimana?" aku mengirimkan foto kemeja berlengan pendek yang berwarna abu-abu dengan sedikit tambahan aksen berwarna biru.

"Nah, cakep. Itu aja deh, semoga nanti pakaian kita cocok yaa." chat itu berakhir.

Aku tidak mau menjadi "pacar" yang buruk bagi Aini. Maka aku memilih pakaian yang terbaik.
Aku memilih celana termahal yang aku punya. Akhirnya aku putuskan menggunakan celana jins yang aku beli dua bulan lalu. Harganya dua ratus ribu rupiah, beli ketika ada diskon di Matahari yang awalnya seharga enam ratus ribu rupiah. Menarik, bukan. Wkwkkw.

Untuk alas kaki, awalnya aku hendak menggunakan sandal andalan yang sering aku pakai kemana-mana; sandal gunung. Namun, karena tidak mau membuat Aini kecewa dan malu, aku memilih menggunakan sepatu yang aku beli di marketplace saat event Reuni-212, eh bukan, flash sale 1212 maksudnya. Aku memakai sepatu seharga seratus lima puluh ribu rupiah (harga awal sebelum diskon adalah empat ratus ribu rupiah).

Skip skip...

Kami telah bertemu di masjid taman kota sesuai dengan kesepakatan. Aini ternyata menggunnakan baju yang berwarna sama denganku. Kami berdua sama-sama menggunakan pakaian dengan warna abu-abu. Dia mengenakan dari atas ke bawah, dari jilbab hingga rok dengan warna abu-abu. Aini tampak cantik sekali saat itu.
Kami sungguh sangat serasi. Seperti pasangan yang benar-benar hendak merencanakan pergi ke acara dengan warna pakaian yang kompak.

Lima belas menit kemudian, kami tiba di restoran yang dimaksud. Nampaknya, Hamzah adalah anak orang kaya sehingga mem-booking tempat seperti ini. Aku masih meraba-raba maksud dan tujuan Relationship Party hari ini.

Ternyata, di ruangan itu juga terputar lagu yang instrumen musiknya menurutku tidak asing. Setelah sepuluh detik berpikir, aku baru ingat. Lagu itu adalah lagu yang terdapat dari Drama Korea Start-Up. Dan aku juga baru ingat, Relationship Party adalah pesta yang Won (Seo) In Jae mengundang Seo Dal Mi, adiknya. Dan Seo Dal Mi mengajak Nam Do San dalam acara itu agar tidak diremehkan oleh kakaknya.
Apakah Seo Dal Mi adalah Aini, dan Nam Do San adalah aku? Entahlah..

Aku dan Aini telah duduk di meja yang telah tersedia. Selagi menunggu peserta lain yang belum datang, kami berbasa-basi dengan Hamzah.

"Hamzah, kenalin ini Joe. Dia.. ehm.. teman deketku." Aini memperkenalkanku sebagai "teman dekat" ke Hamzah si mantannya.

"Teman dekat?" Hamzah mendelik penasaran.

"Maksudnya kami sekarang pacaran!"

"Oh yaa, selamat yaa! Halo Joe. Salam kenal. Semoga setelah ini kita bisa berkolaborasi. Ngomong-ngomong, pakaian kalian cocok nih. Serasi."
Aku dan Aini hanya tersenyum. Hahaa.

Singkat cerita, pertemuan hari itu selesai. Tepat pukul setengah enam. Hamzah mengucapkan terima kasih telah datang.
Inti acara itu adalah, Hamzah sedang membuat bisnis baru, dia meminta masukan dan saran terhadap produknya. Dia juga mengajak apabila produknya telah launching, agar kami menjadi pelanggannya.

Hamzah selanjutnya mengantar kami sampai ke parkiran. Kali ini dia yang terkejut, "Kalian kenapa bawa motor sendiri-sendiri? Kenapa tidak berboncengan dengan satu motor saja? Kan kalian berpacaran!"

"Bukan mahram. Kami pacaran dengan sistem syariah, bro! Bukan yang konvensional. Haha," kataku sembarang.

***

Hari telah berganti, kali ini aku dan Aini telah berada di salah satu coffee shop yang ada di sudut kota. Aini berusaha menepati janjinya, namun kataku tidak usah repot-repot. Toh aku juga dapat manfaat dari acara kemarin. Bisa dapat teman baru, yang bisa jadi di masa depan menjadi relasi baru.
Karena aku sudah janji, maka harus ditepati, Joe! Katanya, kemarin dalam pesan di WhatsApp.

Pertemuan kami dimulai sebakda shalat Ashar, diakhiri menjelang waktu Maghrib. Hampir dua setengah jam duduk bercengkrama bersama. Tidak terasa, memang. Coba apabila waktu selama itu dipakai untuk kuliah, atau mennghadiri ceramah agama atau kajian kitab kuning. Pasti sangat melelahkan. Baru setengah jam saja, sudah mengantuk.

"Eh, Joe. Kalau aku boleh tebak, ini adalah pertama kali kamu nge-date dengan cewek, kan?"
"Haah? Maksudnya gimana?"
"Makan berdua sama cewek gini, aku pasti adalah orang pertama kan?"

Hening.
Aku berpikir sesaat.

"Kamu benar juga, Aini. Biasanya kita kalo ngumpul kan berlima. Haha."
Fyi, aku dan Aini punya geng persahabatan yang anggotanya lima orang. Tiga laki-laki dan dua perempuan.

"Astaga.."
"Kenapa, Aini?"
"Banyak cowok-cowok yang ketika aku ajak begini, mereka selalu bilang pertama kali "nge-date" nya pasti denganku. Kamu adalah cowok ke delapan, Joe."
"Hahaa, kamu telah merusak anak baik-baik sepertiku, Aini."
Aini tertawa, kemudian memukul tanganku seraya aku menikmati pukulan lembutnya.

"Aini, aku mau bilang sesuatu.." aku kembali memulai percakapan usai tragedi pemukulan.
"Yaa, ngomong aja Joe, ada apa?"
"Daripada kemarin aku jadi pacar bo'ongan, gimana kalo.. ehm, aku jadi pacarmu beneran?" aku berbicara dengan hati-hati.

Coba tebak apa responnya, Aini malah tertawa. "Haha, bisa aja kamu Joe."
"Hehe.." aku tertawa getir.

"Jadi gimana nih, diterima atau tidak? Ehehe.." aku masih mencoba berbicara dengan sangat hati-hati.

Aini tertawa lebih kencang, "Level jokes kamu hari ini sudah sangat meningkat, Joe! Keren banget. Lanjutkan!"

Aku di dalam hati bersungut-sungut kesal.
WOOY GUE INI BENERAN SERIUS. BUKAN LAGI NGELAWAK! -_-

Adzan Maghrib lima menit lagi berkumandang, kami bergegas pulang dari coffee shop. Aini menawariku untuk mampir sejenak ke rumahnya, sebab memang searah dengan jalanku pulang ke rumah. Aku awalnya menolak. Namun karena Aini terus memaksa, akhirnya luluh juga. Aku menebak-nebak, "permainan" seperti apa lagi yang hendak dia tawarkan di rumahnya.

Setelah shalat Maghrib di masjid dekat rumah Aini, aku kini disuguhkan minuman dan makanan ringan di rumahnya. Kembali sedikit berbincang, namun kini ada ibunya di sana.
"Buuk, ini si Joe. Temenku kuliah," kata Aini kepada ibunya. "Sudah berapa banyak teman cowokku yang aku ajak ke rumah yaa, buuk?" 

"Waah kalo itu, sudah banyak sekali." ibunya menjawab sekenanya saja.

Aku mengerti arah pembicaraan itu. Itu sama saja dengan.. Heyy, Joe. Kamu tidak spesial kok. Biasa saja, jadi jangan ngarep!


Malam yang gelap kembali datang, dingin kembali menyelinap. Seorang Joe masih sama seperti malam-malam sebelumnya. Ia kembali gagal untuk memulai hubungan yang agak "serius".
Seorang Kangg Mas Joe, sampai hari ini tetaplah menjadi Kangg Mas Joe-mblo!
Halo Februari!
Tidak terasa sudah berjumpa dengan bulan ini lagi. Setahun lalu, Februari 2020, adalah salah satu masa yang cukup dikenang dalam hidup. Saat itu, aku resmi diwisuda, kemudian aku dapat ijazah dan jadi sarjana, untung saja belum ada Corona masuk ke Indonesia.

Sudah hampir satu tahun aku tidak mengunjungi kampus.
Ada dua sebab, pertama karena emang udah diwisuda, jadi tidak ada kepentingan apapun ke sana. Kedua, di bulan selanjutnya pada tahun itu (Maret 2020), virus Covid-19 untuk pertama kali masuk ke Indonesia. Praktis, melumpuhkan segala pergerakan yang ada. Dampaknya, yang kuliah menjadi pindah ke rumah masing-masing. Kampus jadi sepi.
Aku juga (saat itu) takut mau jalan-jalan kemana-mana, termasuk ke kampus.

Namun, itu adalah saat itu. Sekarang adalah saat ini. Aku sudah tidak takut lagi mau jalan-jalan.
Jangan ditiru, yaak! Wokwkwk.

Beberapa hari yang lalu, temanku mengajak ke kampus. Ada berkas yang belum kami ambil, orang administrasi di Fakultas tempatku belajar, sudah mewanti-wanti kami agar segera mengambil berkas tersebut. Jangan buat kami pusing, dek!
Berkas apa yang hendak diambil? Namanya SKPI; Surat Keterangan Pendamping Ijazah. Noh, lihat. Ijazah aja udah ada pendampingnya, kamu gimana, mblo!

Sumber : unsri.ac.id

Oke lanjut.
Kembali ngomongin kampus. Kampusku terletak di luar kota. Jaraknya sekitar 40 km dari rumah. Apakah itu jauh atau dekat? Relatif sih.
Ketika masa awal-awal kuliah, dari rumah aku berjalan kaki dahulu sampai ke depan gang, kemudian naik angkot. Setelah sampai di sebuah lampu merah, turun di sana dan melanjutkan perjalanan naik bus. Bus akan mengantarkan sampai ke depan fakultas (bus nya masuk ke dalam kampus). Oh yaa, bus baru akan berangkat apabila penumpang sudah penuh. Tidak seperti angkot yang langsung jalan saja walaupun penumpangnya sepi.

Jadi, total waktu perjalanan dari rumah menuju kampus sekitar satu setengah jam (kalau sedang tidak beruntung, bisa dua jam). Dan pulang dari kampus ke rumah juga juga butuh total waktu yang relatif sama. Artinya, pulang-pergi di perjalanan bisa memakan waktu tiga  jam setiap hari. 

Bagaimana dengan ongkos? Untuk pergi naik angkot seharga Rp 4.000, ditambah ongkos bus seharga Rp 8.000. Sama dengan Rp 12.000.
Maka, total pulang-pergi memakan biaya transportasi sebesar Rp 24.000. Ibuku hanya memberi uang jajan Rp 25.000, hanya sisa Rp 1.000 yang cuma cukup buat beli rokok sebatang.
Kenapa malah jadi curhat.. -_-

Rute dari rumah menuju kampus.

Ini adalah peta perjalanan dari rumahku menuju kampus, cukup jauh memang.
Bisa terlihat dari perbedaan kepadatan penduduk. Yang ramai dengan bangunan, tentu saja wilayah Kota Palembang, sedangkan daerah yang masih hijau adalah wilayah kabupaten tetangga. Kampusku terletak di Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir,
Di sebelah timur, tenggara, barat hingga ke utara Kota Palembang merupakan wilayah milik Kabupaten Banyuasin, sedangkan di barat ada wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Bahkan, karena letak kampus kami yang dianggap "terpencil" oleh sebagian orang, muncul anekdot seperti ini.
Kampus lain mau bangun hutan di tengah kampus. Kampus kita, bangun kampus di tengah hutan.
Tapi, ini cuma dalam rangka bercanda doang kok. Kalo Pak Rektor baca tulisanku, jangan dianggap serius yaa, pak! Hehee..

Well, kalimat jokes tadi bisa jadi beneran, loh. Mungkin mengarah ke sarkastik.
Di kampus kami masih banyak hewan liar. Babi hutan, ular, monyet, kadal (bukan kadrun alias kadal gurun, wqkwk) hingga cebong berkeliaran. Ini adalah hal yang biasa. Namun, tidak di semua area ada hewan-hewan tersebut. Hanya terdapat pada area yang memang masih berbentuk hutan, tidak ada gedung bangunan. 

Babi hutan masih sering berkeliaran di daerah hijau, hiihi..

Kalau kamu lihat dari gambar ini, kampusku cukup luas, kan. Menurut Rektor (beliau bilang saat kami Ospek hari pertama), kampus kami adalah kampus terluas se-Asia Tenggara. 712 hektar luas areanya.
Namun, sebagai info, ketika aku cek di Google, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Bahru, Malaysia punya area yang lebih luas. Lebih dari 1.200 hektar.

By the way, sekarang kampus kami sudah bisa dikatakan tidak lagi terpencil. Tepat di gerbang belakang kampus, sudah ada gerbang Tol Trans Sumatera. Perjalanan dari gerbang Tol Indralaya ke gerbang Tol Palembang hanya memakan waktu 15 menit.

Jadi, inti dari postingan kali ini adalah aku hanya ingin sedikit berbagi gambar yang diambil dari dalam area kampusku. Banyak foto lama, sih. tapi tak apa lah yaa.
Cekidot..

Ikon baru di kampus, belum lama dibangun. Rasanya, baru sekitar 3 tahun yang lalu.

Bumper alias Bumi Perkemahan.Tempat dimana mahasiswa kalau mengadakan acara outbond di sini. Pernah ada yang tenggelam dan meninggal di kolam itu.

Mustek alias Musholla Teknik.

Graha Batubara, salah satu gedung yang ada di Fakultas Teknik.
Gedung kuliah milik Teknik Geologi.

Terminal bus yang ada di dalam kampus. Bus ini mengantarkan kamu dari dan menuju Palembang.
Sopirnya sering balapan dan ugal-ugalan di jalan, haha.

Foto tahun 2016, saat semester 2

Foto tahun 2020, saat Yudisium.
Terlihat tugu yang sudah diperbarui dan gedung di belakang sudah dicat ulang.

Terima kasih sudah membaca..


 

Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini penampakan buku milikku, mon maap kalo agak berantakan karena kondisi rumah yang memang lagi seperti ini. Ehehe.


Tapi, mari fokus ke judulnya. Kali ini aku tidak akan bercerita mengenai renovasi rumah. Aku mau melanjutkan cerita di awal tahun yang sempat tertunda; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020; Sebuah Pencitraan. 

Oke, karena sesuai judulnya, pencitraan. Aku mau share buku apa aja yang telah aku baca. Tapi yaa sekedar dibaca saja. Banyak dari buku berikut belum selesai dibaca. Banyak sebab dan banyak faktor eksternal. Jadi tujuan postingan kali ini adalah biar keren-kerenan aja.. ~


Bahagia Merayakan Cinta


Buku ini ditulis oleh Ustadz Salim A. Fillah. Nampaknya, beliau juga seorang kader parpol yang sama seperti Kang Abik, partai tertentu sejahtera (lihat postingan sebelumnya). Buku ini menceritakan tentang bagaimana pernikahan dalam sudut pandang Islami. Mulai dari persiapan sebelum menikah dan apa yang akan dilakukan setelah menikah.

Menariknya, buku ini bercerita mengenai hal teknis. Betul-betul teknis. Dan jujur saja, itu yang membuatku agak risih dan tidak nyaman. Fikiranku jadi "travelling" kemana-mana, hahaha.
Kenapa bisa? Lihat saja, ini adalah daftar isinya.



Lihat pada bab mengenai malam pertama. Penulis menjelaskannya secara cukup gamblang. Maksudnya, kamu di malam pertama harus melakukan ini, kemudian begini dan begitu. Setelah itu lepaskan baju istrimu #eh.
Seorang jomlo seperti aku, yaa sudah pasti akan membayangkan apa yang tertulis di buku itu. Tapi baru bisa membayangkannya saja, tidak bisa melakukannya. Sedih syekali :((

Yaa, jadi begitu yaa teman-teman netizen-qu. Aku menghentikan bacaanku hanya sampai sampai bab malam pertama. Kapan-kapan aku akan melanjutkan baca buku ini jika memang sudah benar-benar akan siap untuk menikah. Hiiihi.


Sang Pangeran dan Janissary Terakhir


Buku ini juga ditulis oleh Ustadz Salim A. Fillah. Menariknya, ini adalah novel pertama beliau. Sebab sebelumnya Ustadz Salim hanya menulis tentang pengembangan diri atau self development dalam sudut pandang agama.

Novel ini adalah novel sejarah. Bercerita tentang Sultan Abdul Hamid, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro. Diceritakan pula ternyata Kesultanan Yogyakarta ada hubungan dengan Kekhalifahan Turki Usmani (Turki Ottoman). Pun di Yogyakarta saat itu, diutus para Janissary atau Yeniceri (pasukan tentara khusus) yang langsung dari Turki.

Well, sebab buku ini bertajuk novel sejarah. Tentu saja, terdapat bagian cerita yang berisi fiksi di dalamnya, yaa namanya juga novel.

Aku belum menyelesaikan bacaan ini karena bahasa dan cara penyampaian di buku ini terlalu "berat". Jadi, agak sulit bagiku sebagai orang awam untuk memahami isinya.


Muhammad Al-Fatih 1453


Sekira satu atau dua tahun sebelumnya, aku telah membaca buku ini. Namun di tahun 2020 mencoba untuk menbaca ulang buku ini (waopun belum selesai lagi). Kenapa aku memutuskan untuk kembali membaca buku ini? Sebab beberapa waktu lalu, Presiden Turki, Pak Recep Tayyep Erdogan memutuskan untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid setelah sebelumnya adalah museum (sejak zaman Pemerintah Sekuler Republik Turki oleh Mustafa Kemal Attaturk).
Fyi, sebelum menjadi museum, Hagia Sophia di masa Khalifah Turki Usmani merupakan masjid selama ratusan tahun, dan pernah menjadi gereja pula selama ratusan tahun sebelumnya di masa Pemerintahan Kekaisaran Romawi Timur.

Buku ini bercerita tentang sejarah dari Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih. Seorang anak muda yang telah menjadi Sultan, saat berusia 21 (atau 23) tahun. Di usia semuda itu, beliau telah memimpin pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel yang berada di naungan Kekaisaran Romawi Timur.
Berbeda denganku yang di usia segini masih.... Eh, ralat. Jadi orang ga boleh iri hati dan rendah diri!

Kenapa Sultan Mehmed II dan Konstantinopel begitu istimewa bagi dunia Islam? Sebab ratusan tahun sebelumnya, sekitar tahun 600-an Masehi, Nabi Muhammad pernah berkata membawa bisyaroh (kabar gembira) bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Dan akhirnya, bisysaroh tersebut benar-benar terwujud setelah tahun 1453 Masehi.
Sultan Mehmed II memang seorang anak muda yang berkualitas. Sebab sejak belio akil baligh (pertama kali mimpi basah), selalu shalat wajib lima waktu berjama'ah, selalu shalat rawatib dan selalu shalat tahajud, tanpa pernah terlewat satu kali pun. Berbeda sekali dengan generasi muda hari ini, termasuk aku! Hikss :((

Jadi, siapa yang telah mengubah fungsi Hagia Sophia dari gereja menjadi masjid? Tentu saja jawabannya Sultan Mehmed II alias Muhammad Al-Fatih. Belio melakukannya ketika Konstantinopel resmi ditaklukkan.
Jika kamu mau protes terhadap fakta sejarah ini, yaa silahkan saja. Tapi jangan protes atau jangan tanyakan kepadaku kenapa sultan melakukan itu. Tanyakan saja kepada ahli sejarah.
Di zaman dahulu, (mungkin juga di zaman sekarang masih related), kebiasan orang ketika perang, terutama orang Turki adalah prinsip Winner takes all. Pemenang perang mengambil seluruh wilayah berikut propertinya. Jadi "sah-sah saja" ketika suatu bangunan dialihfungsikan menjadi bangunan lain. Pun juga ketika di Spanyol, di Cordoba (Qurthubah) misalnya. Ketika umat Islam mengalami kekalahan, masjid diubah menjadi gereja dan itu "sah-sah saja".

Oh yaa, terakhir. Penulis buku ini adalah Ustadz Felix Y. Siauw, seorang anggota ormas radickal, terlarang dan anti kebhinekaan.


Bincang Akhlak


Buku yang merupakan buah karya sastrawan Mesir kuno, seorang "ustadz" yang cukup fenomenal di jagat Twitter. Belio adalah Ustadz Jek. Silahkan meluncur ke akun Twitternya di @jek___. Aku yakin kamu akan mendapat banyak "hikmah" dari cuitan belio wqqowk.
Ini adalah contoh beberapa cuitan sang ustadz.




Dan ini adalah salah satu quote yang ada di buku tersebut. Benar-benar membincangkan akhlak, kan?



Rahasia Magnet Rezeki


Buku ini menguak "rahasia" bagaimana agar selalu mendapat rezeki. Sebenarnya, buku ini adalah materi training, dan penulisnya adalah sang trainer tersebut.
Aku membaca buku ini setelah ngobrol kepada "sahabat". Aku bercerita bahwa aku tak kunjung mendapat kerja alias jadi pengangguran terooos wowkwkwkw. Si doi meminjamkan buku ini, meminta aku membacanya agar pikiranku sedikit terbuka biar aku bisa menarik rezeki, katanya.

Menurutku bagus sih isi bukunya. Di bab-bab awal dikatakan kalau kita harus selalu positive thinking kepada  apapun yang terjadi kepada kita, apapun yang Allah kasih kepada kita. Ini adalah "rahasia" pertama.
Di bab-bab selanjutnya juga diberi "rahasia" kedua. Yakni kita harus banyak-banyak bersedekah. Oh yaa, tak lupa penulis memberi kisah nyata, setelah orang menjalankan rahasia tersebut, apa yang terjadi. Misal ada Pak X, selalu positive thinking, kemudian juga rajin bersedekah, hasilnya adalah bisnis yang awalnya bangkrut menjadi lancar jaya kembali.

Well, sebenarnya bagus penulisnya memberi rahasia seperti ini. Tetapi menurutku, itu bukanlah rahasia yang "pasti". Sebab ketika ada orang yang selalu berpikir postif, atau sering bersedekah, tidak otomatis bisnisnya menjadi lancar sih. Tetap ada peluang bisnisnya tetap seperti itu-itu saja.
Namun, aku bukan berarti orang yang anti dengan sedekah yaa!

Oh yaa, penulis dari buku ini adalah seorang yang bernama Nasrullah. Dari profil di halaman akhir buku dan dari apa yang dia tuliskan, aku bisa menarik kesimpulan. Bang Nasrullah adalah kader parpol yang sama seperti Kang Abik dan Ustadz Salim. Argumen lain yang memperkuat adalah, dituliskan bahwa beliau merupakan murid dari seorang guru yang ikhlas, Ustadz Dr. Mardani Ali Sera.
Btw, kalau kamu mengikuti perkembangan politik tanah air, Dr. Mardani adalah orang yang mencetuskan tagar #2019GantiPresiden dan #KamiOposisi.

Info terakhir yang hampir lupa. Beberapa waktu lalu ketika aku mengunjungi Gramedia, buku ini berjejer di top 10 buku paling laris.


Istri Kedua


Aku sudah pernah membahas buku ini dalam satu postingan khusus. Buku ini bercerita dari perspektif isitri kedua, yang saat ini mereka kerap kali dipandang sebelah mata.
Silahkan baca selengkapnya di sini; Ketemu Istri Kedua di Gramedia.

Dan lagi-lagi, menurut pengamatan sotoy-ku, penulis buku ini, Bunda Asma Nadia adalah kader parpol yang sama seperti penulis di atas yang telah aku sebutkan. Hiihi.


Groetjes uit Eindhoven


Buku ini aku dapatkan ketika dapat hadiah dari komunitas 1 Minggu 1 Cerita (1m1c). Tulisanku saat itu (Melawan Menteri) terpilih menjadi tulisan terfavorit mingguan, dan berhak atas hadiah buku ini. Tentunya, penulis dari buku ini adalah anggota komunitas juga, mbak Hafizatul Ismi.

Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi Mbak Fiza dan keluarganya yang tinggal di Kota Eindhoven selama dua tahun, sebab suaminya mendapat beasiswa pascasarjana S-2 di sana.
Aku cukup terkejut ketika di bab awal buku ini bercerita sebelum keberangkatan, bahwa Mbak Fiza tinggal di kota Palembang yang berarti satu kota denganku loh, haha. Jangan-jangan, mbak Fiza adalah tetanggaku!

Mbak Fiza dalam buku ini bercerita dengan sangat baik. Jujur, aku seolah-olah membayangkan Kota Eindhoven ada di hadapanku. Merasakan disiplinnya orang Belanda, membayangkan bagaimana kampus dan gedung MetaForum TU/e, melihat anak-anak yang bersekolah di Tarieq Ibnoe Ziyad, dan sebagainya.

Dan, terakhir, lagi-lagi atas pengamatan sotoy-ku. Dari tulisan, cara penyampaian dan style berpakaian Mbak Fiza aku kembali menarik kesimpulan seperti para penulis sebelumnya. Mbak Fiza adalah kader parpol tertentu. Bener gak ya, mbak? Hehee..

Jika kamu mau beli buku ini, silahkan kontak beliau di instagramnya, @hafizatul_ismi.


TOEFL Preparation Book


Di tahun 2020, aku mengikuti kursus Bahasa Inggris. Maka buku pelajaran yang didapat dari tempat kursus, termasuk buku yang aku baca, kan. Haha!
Kenapa aku kursus Bahasa Inggris? Tentu saja untuk menghadapi debat kusir para SJW di Twitter, kalo debat mereka mesti sering campur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Eh, tidak begitu lah. Canda doang.


Al-Qur`an

The real Pencitraan, baca Quran kok difoto!
(Walau rambut agak gondrong, baca Quran jangan sampai bolong!)

Ini adalah buku yang hampir sepanjang tahun dibaca. Tentu saja, kita sebagai umat Islam, pasti membaca Quran. Di tahun 2020, memang tidak setiap hari aku membaca Quran. Tapi di tahun 2021 ini, aku sedang berusaha keras agar setiap hari selalu membaca Quran, walau dalam keadaan sesibuk apapun! #Eaakk

***

Dalam postingan kali ini, aku mencba ikut challange dari Mbak Creameno, judulnya CR Challange #1 yang katanya setiap bulan akan ada, dan aku akan selalu ikut setiap bulan, insyaa Allah. 
Apa hubungannya dengan tulisan di atas? Tentu saja ada!

Aku mempunyai rencana untuk ke depan agar lebih meningkatkan jumlah bacaan lagi. Aku mau membaca lebih banyak buku lagi, dan dengen tema yang beda dan perspektif berbeda. Kalau kamu lihat dari berbagai buku yang telah aku jelaskan, kesemuanya punya satu tema besar. Islam.

Apa tujuannya? Aku ingin meng-improve pola pikirku dan pengetahuanku, agar aku punya "amunisi" untuk memenangakan debat di media sosial terutama Twitter, kemudian mengalahkan para kaum yang merasa paling open-minded!
EH INI RESOLUSI APAAN SIH -_- 

Yang kedua, buku terkahir yang aku jelaskan adalah Al-Quran. Aku bilang bahwa di tahun 2020 aku tidak membacanya setiap hari. Aku ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas waktu bersama Quran. Semoga saja tahun ini bisa full baca Quran setiap hari tanpa absen sedikit pun.
Oh yaa, aku buat gini bukan berarti aku gimana-gimana yaak. Cuma mau share ajakan kebaikan sama-sama. Siapa tahu, satu atau dua orang membaca tulisan ini, jadi ikut termotivasi juga. Boleh jadi pahala kebaikan buat aku. Lumayan, dikit-dikit buat menghapus dosa, dosa aku kayaknya sih udah banyak! :((

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes