Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Percayalah, isi dari tulisan ini tidak sekeren judulnya.
Entahlah, ini bisa jadi sebuah opini atau keresahan yang tengah bergejolak dalam dada.
Aku harap kamu dapat enjoy membacanya!
Kisah ini adalah nyata, namun tidak terlalu nyata.
Jadi, tidak semua yang ditulis adalah nyata. Kebanyakan semu dan maya.
Penuh khayalan belaka!

***

Pekan ini, komunitas #1minggu1cerita memberikan tema dalam setoran tulisannya;
Pembatasan.

Dalam bulan-bulan ini, kita sering mendengar diksi tersebut di televisi; Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Yaa, hingga hari ini, wabah Corona masih melanda penjuru dunia. Maka kita harus membatasi diri dalam beraktivitas. Jangan berkerumun, hingga hindari kontak fisik. Kita tidak tahu, siapa di antara kita yang ternyata menjadi carrier virus tersebut.

Namun, bukan PSBB yang hendak dibahas kali ini. Aku hanya hendak fokus ke pembatasan.
Aku pernah mengalami pembatasan semasa di kampus. Kisah ini terjadi sekira tahun 2016.
Kala itu, aku masih menjadi salah seorang mahasiswa semester dua. Aku saat itu adalah anggota baru organisasi Islam di kampus.

Mengikuti organisasi Islam, adalah keren di mata sebagian orang. Kamu akan dibilang sebagai anak hijrah. Kamu akan mendengar diksi baru dalam percakapan sehari-hari dalam bahasa Arab. Mulai dari akhi, ukhti, atau ana, anti, antum, atau yang ekstrim ana uhibbuki fillah, ukh! :')

Menjadi anggota organisasi Islam di kampus, sebut saja UKM X, dituntut untuk menerapkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh dalam segala sendi kehidupan (kaaffah).
Bukankah kampus adalah miniatur kehidupan nyata yang sebenarnya?
Maka dari itulah, berlatih dahulu bagaimana Islam kaaffah di kampus. Pasca lulus, bisa diterapkan di kehidupan sebenarnya.

Masalah tantangan baru siap dihadapi.
Seperti kita tahu, Islam begitu mengatur bagaimana interaksi antara laki-laki (ikhwan) kepada perempuan (akhwat).
Di sini, kami dilatih berinteraksi dengan cara baru yang menurutku cukup aneh. Pun bagi orang awam, ini cukup terkekang.

Jadi begini, selayaknya organisasi. Pasti akan ada suatu rapat. Entah itu untuk merencanakan suatu agenda, evaluasi program kerja atau apapun itu. Rapat dalam UKM X disebut sebagai syura.
Kami melakukan syura di mushollah fakultas, dengan kain pembatas (hijab).
Eh, maksudnya gimana?

Lokasi kami mengadakan syura adalah di teras mushollah, d antara tempat sholat ikhwan dan akhwat pasti ada kain pembatas kan. Nah, di sana kami mengadakan rapatnya.

Yang terjadi adalah, ketika rapat. Kami, para ikhwan hanya mendengar suara para akhwat dari seberang kain di sana. Tanpa tahu siapa orangnya yang menjadi peserta rapat, atau bagaimana bentuk orang yang menjadi lawan bicara saat itu.

Padahal ketika sedang syura dengan pembatas kain, aku dan si akhwat boleh jadi sangat-sangat berdekatan saat itu. Bahkan, jarak kami hanya sedekat satu centimeter. Dekat sekali.
Aku yakin, jika tidak ada kain pembatas, kami tidak akan berani duduk berdampingan sedekat itu.
Terimakasih kain pembatas!

Jadi jika suatu saat kami bertemu di kooridor menuju ruang-ruang kuliah, atau ketika makan siang di kantin, atau tengah membaca buku di perpustakaan. Kami betul-betul tidak tahu yang mana orang yang kami ajak syura kemarin.
Seperti yang telah aku singgung di awal, kami hanya tahu suara mereka dengan batasan kain. Dan juga di grup Line atau WhatsApp anggota UKM X.

Berbicara mengenai grup, kami diberikan batasan lain; jam malam.
Ya, kami hanya boleh chat di grup maksimal jam sepuluh malam. Istilah ini disebut jam syar'i. Sebenarnya, terdapat perbedaan pendapat (khilafiyah, eh) terkait jam malam. Ada fakultas lain yang lebih ekstrim, menerapkan jam sembilan malam sebagai batas. Ada lagi temanku di kampus lain yang sampai jam setengah sebelas malam.
Ada juga temanku yang lain, yang mereka tidak punya istilah jam syar'i. Kemudian aku baru ingat, temanku itu bukan anggota organisasi Islam di kampusnya. Hahaha..

Sejujurnya, aturan seperti ini cukup asyik menurutku.

Cerita terus berlanjut, namanya manusia yang tak luput dari salah. Aturan untuk chat dengan batas waktu pukul sepuluh malam, hanya berlangsung di grup UKM X saja. Sedangkan untuk aturan di grup lain hingga chat pribadi, tidak berlaku! Awkwokwowkwkk.

Suatu saat, aku tengah asyik chatting dengan seorang akhwat di UKM X. Niatnya, membahas suatu agenda dimana kami menjadi panitianya. Aku ketuanya, ia sekretaris.
Setelah rampung membahas agenda, entah kenapa kami aku malah asyik membahas hal yang tidak penting.

Begini contohnya,
"Ukh, kamu sudah makan belum?"
"Selepas sholat Zhuhur tadi, udah baca Quran berapa lembar?"
"Jangan lupa sholat Dhuha, ukh!"

Si ukhti tidak mau kalah. Ia memberi feedback yang cukup berani.
"Gini terus. Kita cuma saling chat setiap hari tanpa pernah bertemu. Besok-besok makan bareng yok, akh! Seblak kuy! Berdua aja boleh."
"Eh, jangan ding. Sama temen-temen yang lain juga, bertiga atau berempat. Biar ga ada fitnah, akh. Heheheh"

Yaps, kami hampir setiap hari menjadi rutin saling chat di aplikasi Line, tanpa aku tahu orangnya yang mana.

Hingga suatu hari, ketika aku tengah duduk santuy sambil merokok di kantin. Ada seorang ukhti yang menyapa,
"Akhii.. Makan siang nih?"

Aku sedikit bengong. Itu orang siapa yang menyapa, aku tidak kenal sama sekali. Setelah hening beberapa detik, aku menjawab sekenanya,
"Eh, iya iya.."

Seorang sahabat bilang kepadaku, kalau ukhti yang menyapa tadi adalah si ukhti yang setiap malam menjadi teman chatting ku.

Sahabat itu kemudian menasihatiku, agar aku berhenti melakukan perbuatan sia-sia, "Untuk apa kalian chattingan setiap malam. tiada berguna, bro!"
Aku menyanggah, "Eh, tapi dia kan perhatian sekali sama aku. Siapa tau dia..."

Sahabatku kembali menyanggah, "Kagak, bro. Si ukhti itu memang ramah kepada setiap orang. Dia memang seperti itu kepada siapa saja. Jangan ge-er kamu!"

Akhirnya setelah kejadian itu, aku menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Yaah, di sisi lain setelah satu tahun, akhirnya aku tahu bagaimana rupa orang yang aku chat setiap malam. Orangnya agak kurus. Wajahnya putih bersih dan cerah. Badannya juga cukup tinggi. Sepertinya, ia lebih tinggi dariku.

***

Apakah kemudian kamu menganggap kisah ini nyata atau tidak, itu adalah hak kamu. Aku tidak peduli.
Haha.
Ya, pada hakikatnya aturan tersebut adalah baik. Baik sekali, bertujuan untuk mengatur bagaimana kita berinteraksi kepada lawan jenis. Namun, kita jangan pula terlalu ekstrem, terlalu kaku.
Sejujurnya, hingga hari ini aku masih banyak belum mengenal teman secara nyata. Hanya tahu secara online saja, tidak offline.

Sebagai contoh, setelah tiga tahun delapan belas bulan kuliah, akhirnya aku wisuda. Aku mendapat banyak ucapan selamat, terutama dari teman-teman UKM X.

Aku menerima hadiah berupa sajadah, buku zikir, karangan bunga dari kain flanel, buket snack dan lain sebagainya.

Beberapa saat sebelum foto ini diambil, aku bertanya pertanyaan 'konyol' kepada sahabatku. Pertanyakan aku ucapkan dengan sedikit berbisik kerana takut ada yang tersinggung,
"Bro, yang pake jilbab biru siapa namanya?"
"Terus, yang pake masker namanya siapa?"
"Nah, kalo itu siapa yang di belakang?"

Maafkan aku teman-teman akhwat ku. Aku tidak mengetahui kamu satu-persatu.
By the way, makasih udah hadir dan mengucapkan selamat di wisudaku yaa!



 
 
Beberapa hari kemarin, timeline pada status WhatsAppku berisi kata-kata demikian.
Write "hi" and I will post something about you!
 
Sungguh, akhir-akhir ini aku agak terganggu. Banyak sekali status WA mengenai hal ini.
Statusnya berisi foto seseorang, kemudian orang tersebut akan dideskripsikan. Tidak cuma satu orang, bisa lima hingga sepuluh orang.

Aku kemudian meng-capture status seorang teman dengan kata-kata seperti di atas. Kemudian aku tambahkan tulisanku dalam caption, "Dari kemarin, banyak sekali status WA seperti ini berseliweran 😂" 

Respon yang tak terduga malah muncul. Beberapa orang membalas dengan "Hi".
Aku tidak mau kalah, aku jawab dengan "Hihihi...".
Ada juga yang meminta untuk, "Decs aku, Do!" atau, "Kak, mano decs aku?".
Maka ku putuskan, setelah itu membuat status WA terbaru, "Aku tidak membuka jasa decs yoo. Yang mau di-decs, bayar! 😊".


Namun, hatiku luluh juga. Beberapa orang akhirnya aku deskripsikan. Namun, saat itu tidak aku post di status WA, melainkan japri ke orang yang besangkutan. Ada juga yang aku kirim ke grup.
Yaa, di WhatsApp kami punya grup Ghibah online!

***

Well, saat ini banyak penduduk di Indonesia tengah melakukan social distancing. Alias menjaga jarak. Aku sudah khatam melakukan ini. Sejak SD sudah sangat fasih. Social distancing dilakukan karena saat ini tengah mewabah virus Corona. Masyarakat dibatasi geraknya agar virus tidak menyebar, Kita tidak tahu, apakah kita carrier atau tidak.
Eh tunggu, sepertinya sejak SD aku bukan melakukan social distancing, melainkan anti sosial! 😂
Dan di bawah ini, adalah teman-teman beruntung yang telah aku decs.


Julia Krisna

Kadang dipanggil Jul, kadang Lia atau Li. Kadang juga dipanggil Sayang! *eh

Kabarnya, Lia dekat dengan seorang Mamas.
Aku tidak menyalahkan kedekatan mereka. Namun, tidak pula membenarkan. Itu hak mereka.

Lia, seorang yang memiliki sifat keibuan. Aku masih ingat betul. Ketika semester satu, aku sedikit membuat ulah di angkatan. Lia sepertinya begitu marah. Cara Lia marah, seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya karena sudah hampir maghrib, namun anaknya masih asyik bermain bola di lapangan.

Sejujurnya, Lia yang memperkenalkan aku pada Tere Liye. Hingga sampai saat ini tergila-gila dengan karyanya.
Aku pertama kali baca novel Tere Liye, pinjam dari Lia. Dua novel yang ku baca ketika kami tengah melaksanakan Kerja Praktek; Tentang Kamu dan Rindu.
Aku sangat menyukai Lia, sebagai teman (jangaaan mikir yg macem macem 😐).
Lia adalah teman yang loyal, peduli pada sesama, dan tidak pelit sharing. 
Aku sering bertanya pada Lia, terutama perihal materi kuliah, dan bahasa Inggris.
Karena Lia, ikut kursus Bahasa Inggris di Lia!

Satu lagi, terkahir.
Di balik sifat keibuan, Lia juga punya sifat kekanakkan.
Buktinya, Lia sudah tiga kali mengingatkanku untuk membuat desc terhadap dirinya! 🥴
Adalah Lia, yang pertama kali meminta untuk membuat ini, kemudian ia bagikan tulisanku ke teman lain. Sehingga, berbondong-bondong teman lain meminta aku membuat hal serupa.

In my opinion.
Sungguh beruntung kelak suami si Lia. Karena Lia memiliki sifat keibuan yang dapat mengayomi anak-anaknya, sekaligus sifat kekanakkan yang dapat menyenangkan suaminya. #Eaa


Day Tri Nadia

Aku bingung bagaimana cara memanggilnya; Day atau Dey.
Terkadang, ada teman yang jahad memanggilnya dengan sebutan Bik Dey. Dan katanya, orang rumah memanggilnya dengan Nadia.

Day, adalah sosok yg cerdas. Terbukti IPK nya mencapai 3,7. Aku sering bertanya (mencontek) kepadanya perihal materi kuliah.
Oh ya, ketika SMA, Day juga ikut OSN, tapi Biologi! 😑

Aku pertama melihatnya ketika PK2. Rasanya, saat itu Day tengah duduk bercengkrama dengan para ukhti di Elektro; Ega Dan Nur.
Entah kenapa, saat itu aku begitu tertarik memandangi para ukhti dari kejauhan.

Day adalah sosok periang, baik hati dan tidak sombong. Aku tidak pernah melihat Day marah.
Dan saking baiknya, Day menawarkan kami untuk jalan jalan ke Curup dan menginap di rumahnya. Namun rencana itu gagal. Hahahaa...

Awal aku mengenal Day.
Menurutku, ia adalah sosok yang cukup absurd, dan agak tomboy. Di atas Ukhti, di bawah Akhi.
Maksudnya?
Yaa, Day menggunakan hijab lebar yang syar'i khas ukhti. Namun, yang aku heran kenapa Day pakai celana panjang khas akhi. Biasanya kan, kalau ukhti itu pakai rok.

Cukup janggal di mataku. Aku sering lihat Day pakai celana, ketika masih di tingkat pertama.
Saat ini sudah jarang lihat, karena sudah lama tidak bertemu! Hahahaa..
Ayo, Day. Kita bertemu. Ehehe....~
Perihal celana, bagiku itu tidak masalah. Toh, tiap tiap kita punya pilihan dan ke-absurd-an masing-masing!
Aku rasa, kalau kamu mengenal diriku lebih dalam. Aku jauh lebih absurd dari yang dibayangkan.

Satu lagi.
Katanya, Day dekat dengan salah satu temanku. Temanku itu juga seperti Day; cerdas.
Namun nasib berkata lain. Bahwa temanku belum bisa diwisuda. Keinginan untuk wisuda bersama sang pujaan hati sirna. Aku baru mengetahui bahwa temanku dekat dengan Day sekira beberapa bulan lalu. Sungguh, diriku kurang ma'rifat!

Terkahir. Aku sering typo tidak sengaja ketika chat dengan Say, eh Day.
Selebihnya? disengaja! 🤣🤣 


Meindii Putridaya

Dipanggil Mei, bukan Mey. Karena yang satunya adalah cowok!

Mei menurutku adalah sosok yang sama seperti teman sebelumnya; periang. Di sisi lain Mei juga seorang penakut, tapi tetap menggemaskan.

Aku ingat betul, ketika LDO Blackjack. Saat itu di tengah dalu, kami bertualang masuk hutan di kampus. Ya, ada hutan di dalam kampusku!
Dalam kegiatan itu, aku satu kelompok dengan Mei. Aku merasakan betul, Mei tengah ketakutan berjalan masuk hutan di malam hari.
Maka, di sepanjang perjalanan Mei terus-menerus 'berlindung' di belakangku.
Malam itu, aku merasa begitu dewasa karena dapat melindungi seorang wanita! Wkwkkk.

Beberapa tahun lalu, Mei adalah seorang pebisnis.
Tapi aku tidak tahu saat ini, sudah jarang ku lihat postingannya tentang jualan.
Mei sempat jualan Seblak, snack Sikaya Choco, hingga baju gamis muslimah.
Sedikit banyak, aku yakin Mei begitu faham dengan pengelolaan keuangan yang baik.
Sangat cocok untuk menjadi.... (silahkan isi sendiri 😜)

Oh ya terkahir. Aku pernah ke rumah Mei. Mei dipanggil di rumah dengan sebutan Mindiik.
(Bener dak sih?)

Semoga skripsimu segera selesai, dan bisa wisuda, Mindiik!


Kiri ke kanan; Day, Aku, Lia, Mei.
Tolong jangan jadi netizen yang nyinyir; "Jangan serakah Do, sikok bae!"



Muhammad Aldan Ichsan Darmawan

Nama panggilannya adalah Aldan. Orang yang pemalas, hanya memanggilnya dengan sebutan Al atau Dan.

Aldan, menurut kabar burung, adalah Mamas dari si anu.
Enak sekali dia! Padahal aku juga ingin merasakan betapa ena (dan repot) nya jadi Mamas!

Aldan, adalah seorang yang sangat jago dalam coding, pemrograman dan segala hal yang berhubungan dengan itu.
Aldan juga adalah seorang teman yang begitu loyal, tidak segan membantu sesama.

Buktinya?
Aku masih ingat beberapa kebaikan Aldan.
Pertama, Aldan yang meng-install software Microsoft Word, Excel dan Power Point di laptopku.
Kedua, Aldan yang membantuku menyelesaikan tugas pada mata kuliah Mikrokontroler di semester empat. Hasilnya, aku mendapatkan nilai A! Padahal aku dak ngerti apo-apo.

Ketiga, Bahkan, Aldan memintaku untuk ketemuan memberikan hadiah Wisuda setelah beberapa hari. Katanya, kemarin ketika aku wisuda, Aldan lupa bawa hadiah. Jadi, ia ingin memberikan hadiah wisudaku di lain hari.
Aldan beberapa waktu lalu baru saja menyelesaikan Skripsinya. Namun sungguh malang, ada virus Corona.
Aldan harus menunggu beberapa bulan kedepan untuk diwisuda :((

Tetap semangat, Dan!


Royhan Ichsan Furqon
 
Dipanggil dengan sebutan Royhan. Sebagian teman lain memanggilnya Roy. Tapi, menurutku panggilan Roy terlalu keren. Tidak cocok, kebarat-baratan. Maka, aku panggil dengan sebutan yang tak mainstream; Aan. Sedangkan orangtuanya, dan si Anunya, memanggil dengan sebutan Rehan.

Royhan Ichsan dan Aldan Ichsan. Aku tidak tahu, ada hubungan apa mereka. Jangan-jangan saudara jauh dari Ichsan Family.
Ok ini tidak penting.
Oh ya. Sebenarnya seluruh tulisan ini tidak penting.. 🤣

Pertama kali aku mulai dekat dengan Royhan sejak semester pertama. Simpel. Aku dan Royhan pulang ke arah yang sama; Plaju.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, setiap di bus ketika pulang. Banyak sekali bahan Ghibah yang kami obrolkan tak kunjung habis.

Satu lagi, kami sama-sama membawa bekal makan siang. Jadi, sepanjang tahun kami terus makan siang bersama. Di Mustek.
Sampai sekira semester 7. Royhan tidak lagi membawa bekal. Aku masih istiqomah membawa bekal hingga lulus. 😏
Di semester akhir. Kalau sedang sama-sama ke Layo, kami makan siang bersama di kantin. Royhan membeli nasi, aku membeli es teh. Bekal masih setia dibawa.

Aku rasa, dari seluruh mahasiswa Elektro, hanya aku yang tau seluk beluk keluarga Royhan.
Bagaimana Orangtua, Pakdhe, Mamang, Nenek, Kakak (ia panggil dengan sebutan Bangda), hingga kisah cintanya dengan Si Anu aku tahu betul. Wkwkwkwkwk.
Pun sebaliknya, Royhan tahu rahasia terbesar yang aku miliki di Elektro. Yang mungkin tidak disangka-sangka.
Royhan, begitu terkejut ketika aku menceritakan hal ini. Mungkin kamu semua juga akan terkejut jika aku ceritakan!

Banyak hal yang aku pelajari dari Royhan.
Royhan adalah pekerja keras, begitu peduli dengan teman dan sangat loyal. Betul-betul loyal. Beberapa kali aku dalam keadaan terdesak, dibantu oleh Royhan. Satu lagi, Royhan begitu sayang terhadap Ibunya. Ketika KKL, hampir setiap hari Royhan menelepon ibunya.
Beda sekali dengan diriku.
Aku tidak pernah sekalipun menelpon orangtua ketika KKL. WKWKWK.

Terkahir. Aku heran. Jangan-jangan aku menularkan virus ke Royhan.
Semester awal, Royhan adalah sosok yang gesit. Semenjak kenal denganku. Entah kenapa, Royhan ketularan. Gerakannya terkadang menjadi lebih lamban. Terutama di toilet.

Aku tidak faham. Apa yang Royhan lakukan di toilet. Lama sekali.
Pernah iseng aku hitung waktunya, bisa sampai 3 menit. Aku kira, cuma aku yang lama di toilet.
Ternyata, ada yang lebih lama. Hahahaa..

Royhan saat ini sudah bekerja. Dan sepertinya, tak lama lagi akan hidup bahagia bersama Si Anu nya!


Tiara Khoirun Nisa

Ku sungguh miris. Nama aslinya berubah jadi Cumek.  Kalau aku pribadi, tetap memanggilnya dengan sebutan Tiara.

Tiara, adalah seorang K-Popers sejati. Terlihat dari status WA nya selama beberapa tahun, pasti ada tentang hal itu.
Namun, akhir-akhir ini sudah jarang terlihat. Sepertinya sudah bertaubat dari K-Pop!

Tiara adalah Orang Jawa keturunan yang lahir di Sumatera. Sama sepertiku.
Bedanya, Tiara terlahir dari keluarga transmigrasi sedangkan aku bukan.

Sekira satu setengah tahun yang lalu, aku cukup intens berkomunikasi dengan Tiara.
Hal ini terkait tugas akhir alias skripsi.
Saat itu, juga bersama Maya, tugas akhir kami hendak dilakukan di PLTS Jakabaring milik PDPDE (Perusahaan Daerah Pertambangan Dan Energi). BUMD nya Provinsi Sumsel. Kami terus bersama mendatangi kantor PDPDE. 3 hingga 4 bulan.
Namun, semesta bekerja. Aku dan Maya batal mengambil data skripsi di sana. Sedangkan Tiara lanjut.
Hasilnya, Tiara wisuda lebih dahulu daripada kami. ☹️

Ok lanjut.
Karena Tiara orang Jawa. Aku banyak belajar kepadanya. Belajar Boso Jowo.
Hal ini cukup penting, karena aku orang Jawa yang tak bisa bahasa Jawa. Adalah lucu sekali, seperti orang Cina.
Yaa, di sini sudah banyak orang Cina tak bisa menggunakan bahasa ibu mereka. Aku tidak mau melupakan budayaku.

Matur suwun, Tiara. Wes ngajari aku Boso Jowo!


Kartika Maya Sari

Orang-orang memanggilnya Maya. Ada dosen yang memanggilnya Kartika. Dan ada orang iseng yang mengubah namanya menjadi Ma'e.

Selama kuliah tiga tahun, aku menganggap Maya hanya teman biasa yang kerap berhutang pulsa. Wkwkwk.
Tahun keempat, aku mulai sering berkomunikasi dengannya karena mendapat pembimbing skripsi yang sama.

Dalam pengerjaan skripsi, begitu banyak drama yang kami lalui bersama.
Salah satunya, batalnya skripsi di PDPDE mengenai PLTS.
Sehingga, skripsi kami harus mengulang dari awal. Itu terjadi di bulan Januari.
Ketika teman-teman lain sudah banyak yang melakukan Seminar Proposal, kami baru mulai mencari topik baru.
Sungguh menyedihkan!

Waktu terus berjalan, drama lain satu persatu datang.
Hingga akhirnya, bagaikan seorang intelijen yang saling berbagi informasi rahasia.
Aku memberi tahu rahasia terbesarku di Elektro. Ya, selain Royhan, Maya juga mengetahui rahasia besar ini.
Maya sungguh terkejut bukan kepalang. Tak disangka-sangka.
Maya juga memberi tahu informasi rahasia, yang aku pun terkejut bukan kepalang.

Oh ya, Maya adalah teman yang sangat hobi ber-ghibah. Apapun bisa dijadikan bahan ghibah. Ketika kami bertemu, dalam perjalanan menuju Layo, ketika mennunggu dosen atau dalam kesempatan apapun. Ritual itu pasti sering kami lakukan.
Terimakasih, Maya!

Maya adalah orang pertama yang kawin nikah di angkatan kami. Cukup unik.
Kami melakukan Sidang Sarjana pada tanggal 2 Desember 2019. Hari Senin.
Beberapa hari berselang, di hari Jumat, Maya melakukan Akad nikah. Dan di hari Ahad, ia melakukan resepsi.
Setelah resepsi, jangan lupa. Masih ada revisi yang menanti! 🤣


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes