Kangg Mas Joe

Blognya Dodo. Tidak semua yang diposting adalah nyata, banyak pencitraan dan fiksinya.

Jum'at, 21 Desember 2018

Hampir pukul dua dini hari, aku terbangun dari dinginnya malam. Dari sudut Mushollah lamat-lamat ku perhatikan sudah sepi. Padahal, yang aku ingat beberapa jam lalu cukup banyak orang di sini.
Teman-temanku sudah bergegas, bersiap menuju lapangan parkir restoran. Sudah banyak yang berbaris rapi di sana.

Aku sudah mempersiapkan pakaian yang cocok menuju Bromo.
Aku memakai beberapa lapis atasan. Lapisan paling dalam adalah baju kaos oblong, kemudian baju panjang Majelis Ta'lim (ekskul Rohis di SMA), Black Jack (jaket Himpunan Mahasiswa Elektro) dan paling luar jaket KKL.
Untuk bawahan juga beberapa lapis. Lapisan paling luar adalah celana panjang, kemudian lapisan selanjutnya adalah .......
(tidak perlu dijelaskan 😊).
Selanjutnya, aku menggunakan kupluk, kacamata, syal, masker, dan juga sarung tangan yang aku beli tadi sore di Museum Angkut dengan harga sepuluh ribu rupiah.
Untuk alas kaki, awalnya aku hendak memilih sendal. Namun aku urungkan. Aku memilih sepatu, dengan kaus kaki.
Dresscode-ku, gambar diambil pukul 04.47 WIB

Rasa ngantuk kini telah hilang. Kami telah berbaris dengan rapi, bersiap menaikki mobil elf. Satu mobil memuat orang dua belas. Tour guide kali ini tidak hanya dari pihak travel, namun bertambah. Ada beberapa penduduk lokal. Mereka memberi beberapa pengarahan kepada kami. Aku tak ingat betul, cukup banyak yang mereka katakan.
Namun ada salah satu kalimat yang masih ku ingat, "Kalian jangan banyak bengong. Perbanyak baca doa dan ayat kursi."

Pukul setengah tiga dini hari, mobil yang kami tumpangi meluncur dari Rumah Makan Bromo Asri menuju Gunung Bromo. Awalnya, aku hendak melihat-lihat pemandangan di luar dari dalam mobil. Namun, karena masih sangat gelap. Aku tidak dapat melihat apapun di luar, aku putuskan untuk tidur. Teman-teman lain pun demikian.

Setelah lebih dari satu jam perjalanan di mobil, kami berhenti di suatu masjid. Ini masih pagi sekali. Namun, siapa menyangka. Adzan Shubuh di sini berkumandang sebelum jam empat pagi! Padahal, di Palembang biasanya adzan Shubuh berkumandang sekitar pukul setengah lima lewat. Tahukah kamu, jika di rumah, aku masih dimana sebelum jam empat pagi? Yaa, aku masih di alam mimpi!

***

Waktu sholat ditetapkan berdasarkan kondisi matahari. Matahari terbit memiliki arti waktu Shubuh dimulai. Matahari tepat berada di atas kepala, berarti waktu Zhuhur telah masuk. Dan waktu Maghrib, ditandai dengan terbenamnya matahari. Bagaimana dengan penjelasan waktu Ashar dan Isya? Silahkan cari sendiri di Google!
Yaa, Islam dan Sains pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya tidak bertentangan.

Jamak kita ketahui, matahari akan lebih dahulu terbit dari bagian timur. Itulah sebab, wilayah Indonesia Timur lebih cepat 2 jam dibanding kita (Indonesia Barat). Karena waktu mereka lebih awal, artinya wilayah timur akan lebih dahulu melakukan sholat dibandingkan wilayah barat. Misal, umat Islam di Jayapura sudah melakukan Sholat Isya ketika orang Aceh masih dalam perjalanan menuju rumahnya. Betul, kan?
Kalau kita ambil dalam lingkup yang lebih kecil, inilah sebab waktu sholat Probolinggo lebih cepat sekitar setengah jam dibanding Palembang.

Penunjuk Sholat di salah satu masjid, di sekitaran Bromo

Tepat pukul 03.44 WIB, adzan Shubuh berkumandang, temanku Royhan yang mengumandangkannya.
Beberapa menit yang lalu, kami telah mengambil wudhu. Ini sedikit ribet. Karena aku harus menanggalkan jaket dua lapisku, haha!
Suhu di sini begitu dingin, jauh lebih dingin dibandingkan Bandung. Menurut perkiraanku, suhu air di sini seperti es batu. Aku tidak pernah wudhu dengan air sedingin itu, apalagi di Shubuh hari seperti ini. Ditambah lagi, ini sebelum jam empat pagi. Dinginnya semakin menjadi-jadi.

Oke, lanjut.
Setelah itu, kami kembali menuju mobil elf untuk melanjutkan perjalanan. Setelah sekitar setengah jam perjalanan yang berliku, kami turun. Kami menaikki mobil lain lagi. Aku begitu mengenal mobil ini sejak kecil. Belasan tahun lalu, aku sering melihat di televisi sebagai mobil para penjahat, sering ada di sinetron Indo*siar. Ya, ini adalah mobil Jeep! Mobil ini digunakan karena tidak akan ada jalan aspal lagi. Kami akan melewati lautan pasir sejauh beberapa kilometer. Hanya mobil jeep yang cocok digunakan pada medan seperti ini.

Beberapa mobil jeep dan kuda di Lautan Pasir Bromo

Tujuan pertama kami adalah melihat matahari terbit. Kami berjalan kaki menuju tempat yang semakin lama semakin menanjak. Ini sudah dekat dari Bromo, tapi jauh. Eh, gimana sih!
Intinya adalah, dari tempat yang cukup tinggi ini aku bisa melihat Gunung Bromo dari kejauhan.
Oh ya, jangan lupa! Di sebelah Bromo ada gunung lain lagi, namanya Gunung Batok. Aku melihat pemandangan ini begitu takjub. Betul-betul sungguh indah, sangat menyejukkan mata. Lisan ini tak henti-henti menyebut nama-Nya. Allahu Akbar!

Di bawah ini adalah pemandangan keduanya, foto ini diambil pukul 04.56 WIB.

Pemandangan matahari terbit
Gunung Bromo dan Gunung Batok dari kejauhan

Setelah puas memandangi matahari terbit, kami kembali turun menuju lautan pasir. Di sana sudah banyak kuda yang siap mengantar ke puncak Bromo. Harga sewanya? Kalau tidak salah, seratus ribu rupiah. Cukup mahal, aku tidak jadi menaikkinya. Aku lebih memilih berjalan kaki. Banyak orang yang melakukan hal serupa. Tour guide mengatakan kepada kami bahwa waktu normal untuk mencapai puncak Bromo, dibutuhkan waktu sekitar satu jam. Aku fikir, tak masalah.

Pura Luhur Poten Bromo Ngadisari, Pura agama Hindu

Ada hal menarik yang aku jumpai ketika tengah berjalan menuju kawah Bromo di puncak. Kami menemukan Pura agama Hindu, persis di kaki gunung. Ternyata di sini banyak orang Hindu.
Menurut akun twitter @HinduGL (Hindu Garis Lucu). Hal yang akan dilakukan jika umat Hindu menemukan tempat yang indah adalah, membangun Pura. Kita saksikan hari ini, Pura seringkali dibangun di tempat-tempat yang indah. Kenapa? Karena menurut ajaran agama Hindu, Tuhan mereka (bukan Tuhan kita) disebut Satyam, Siwam dan Sundaram. Tuhan mereka baik, benar dan indah.


Kawah Bromo, pukul 06.59 WIB

Dan akhirnya, kami mencapai kawah Bromo yang berada di puncak. Katanya, kawah ini mengandung belerang atau sulfur. Untuk menuju ke atas sini kalian harus berjalan menaikki jalan mendaki. Namun, tenang saja. Ketika sudah hampir mencapai puncak, akan ada tangga di sana.
Pagi-pagi ini, dengan suhu udara yang masih sangat sejuk, aku fikir tidak terlalu lelah untuk mencapai ke atasnya.
Oh ya, dari sini kamu juga bisa melihat pemandangan Gunung Batok dari sisi yang lain. Tidak kalah indah.

Foto dengan latar belakang Gunung Batok

Kembali turun dari puncak Bromo

Setelah puas beberapa saat di puncak. Lagi-lagi diri ini terus menerus memuji Sang Pencipta. Begitu indah apa-apa yang telah Dia ciptakan. Sungguh sejuh mata ini memandang hamparan alam ini. Maasyaa Allah!

Selanjutnya, kami kembali turun menuju lautan pasir. Di sana sopir mobil jeep masih setia menunggu untuk mengantarkan kami. Kami masih membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke bawah, Kalau dilihat dari gambar di samping, beginilah suasananya. Tangga hanya ada di dekat puncak kawah Bromo. Setelah itu tidak ada. Kamu harus berhati-hati ketika berjalan di sini.

Gambar ini cukup menggambarkan betapa melelahkannya perjalanan ini, bukan?





Akhirnya.
Perjalanan wisata kami di kawasan Bromo ini berakhir. Kami telah duduk manis di dalam mobil jeep. Pantat-pantat kami akhirnya mendapat waktu untuk beristirahat. Belasan menit kemudian, kami telah tiba di depan mobil elf. Perjalanan dilanjutkan dengan mobil ini, kembali ke Rumah Makan Bromo Asri.
Waktu perjalanan mencapai hampir dua jam. Mayoritas kami sudah kelelahan, banyak yang tidur ayam di mobil. Termasuk aku.

Ketika menuliskan cerita ini, aku rasa ini adalah bagian paling menarik. Sekelebat peristiwa-peristiwa itu langsung terngiang di kepala. Mengingatkanku pada si Fulan, si Fulan hingga Fulanah.
Bisa jadi, ini adalah bagian paling dikenang bersama seluruh teman-teman Teknik Elektro Unsri angkatan 2015.

Saya akan merindukan kalian semua!


Teknik Elektro Unsri angkatan 2015 di Bromo
Setelah sekian hari kisah perjalanan KKL ini tidak ditulis. Akhirnya hari ini bisa lanjut lagi.
Suasana hari ini masih sama, Indonesia dan dunia tengah dilanda wabah pandemi virus Corona alias Covid-19. Mayoritas orang masih melakukan Social Distancing dan WFH (work from home).
Aku? Aku belum mendapatkan work. Jadi, masih woles alias selow. WFH bagiku adalah woles from home. Hiihii....

Oh ya. Jika kamu bingung mengikuti ceritaku, sila baca dari Prolog, lanjut ke Part 1 dan seterusnya.

***

Sore ini kami langsung menuju Rumah Makan Bromo Asri di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Setelah sebelumnya, kami berada di Museum Angkut di Kota Batu Malang.
Kami mulai berangkat dari Kota Batu Malang sekitar pukul lima sore. Banyak dari kami sudah kelelahan selepas mengitari Museum Angkut dan Jatim Park 2. Mayoritas memilih beristirahat, banyak yang tertidur. Sebagian lain masih menyempatkan diri bercengkrama dengan teman di sebelahnya. Ada yang menikmati perjalanan sambil membaca buku, ada pula yang asyik bermain ponsel untuk ber-chatting ria.
Aku memilih semua hal. Sesekali memandangi pemandangan di luar bus dari jendela. Menyempatkan diri bercengkrama dengan teman di sebelah. Sesekali membuka ponsel untuk memberi kabar ke doi, bahwa aku masih baik baik saja. Dan sesaat membaca buku yang telah aku bawa dari rumah; Menolak Diam!


Seperti hari-hari sebelumnya, bus melaju menuju tempat istirahat sementara. Kami hendak makan malam di suatu rumah makan yang aku tidak tahu di Kabupaten apa. Selain makan malam, seperti biasa, kami juga menyempatkan mandi dan sholat Jama' dan Qoshor. Maghrib dan Isya. Ya, ini adalah keringanan atau ruqshoh untuk para musafir atau orang yang dalam perjalanan jauh.
Keadaan ini mirip seperti hari ini. Fiqih ibadah tengah mengalami banyak ruqshoh disebabkan Corona. Contoh ruqshoh yang terjadi hari ini; Beberapa masjid tidak melaksanakan sholat Fardhu hingga sholat Jumat. Sholat digantikan dengan berjama'ah di rumah masing-masing. Pun, ketika fatwa ini dikeluarkan oleh MUI, banyak orang yang merasa sok pintar menentang fatwa.

Oke, lanjut.
Sekitar jam delapan malam, kami melanjutkan perjalanan, dan tiba di Rumah Makan Bromo Asri di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur sekitar jam sebelas malam.

Rasa lelah dari tubuh kami sedikit demi sedikit mulai hilang. Energi telah terisi kembali setelah tidur yang panjang selama di bus dan makan malam tadi. Kini kami tiba di sini. Menurut informasi dari pihak travel, sekitar jam dua dini hari kami akan berangkat menuju Gunung Bromo.
Aku bergumam di dalam hati, "Yang benar saja!".

Masih ada waktu sekitar tiga jam lagi. Aku habiskan waktu dengan bercengkrama dengan dosen pembimbingku, membahas berbagai macam hal di salah satu pojok rumah makan tersebut. Hanya berdua saja.
Setelah akhirnya teman-teman lain ikut nimbrung ke obrolan kami. Aku memesan teh hangat dan roti. Beliau memesan kopi. Teman yang lain ada yang memesan teh hangat juga. Beliau yang traktir kami. Asyik!

Obrolan ngalor-ngidul ini berkahir tepat jam dua belas dini hari. Dua jam sebelum keberangkatan.
Aku pamit hendak tidur, aku memilih salah satu sudut Mushollah sebagai tempat untuk tidur malam itu. Aku fikir, sisa dua jam harus dimanfaatkan secara maksimal untuk: Tidur!

Selamat tidur semua!
Museum Angkut Kota Batu Malang, Jawa Timur.

Sebakda Ashar, pukul tiga sore. Kami tiba di Museum Angkut di Kota Batu Malang, Jawa Timur. Sangat dekat dari Jatim Park 2. Waktu tempuh hanya sepuluh menit. Ya, jaraknya hanya sepelemparan batu. Baru saja pantat-pantat kami duduk nyaman di bus, tahu-tahu sudah harus turun lagi. 
Kasihan sekali nasibmu, Pantat!

Rute dari Jatim Park 2 menuju Museum Angkut, tampilan dari Google Maps

Museum Angkut adalah museum yang berisi banyak kendaraan lama, sejarah kendaraan dan kendaraan bersejarah. Baik asli maupun duplikat. Tempat ini sangat instagram-able. Sejauh ini, foto yang paling banyak dari seluruh tempat KKL yang di-upload ke Instagram berasal dari Museum Angkut.
Oh ya, satu lagi.
Tempat ini sangat ramah terhadap turis asing dan aseng. Terbukti dari plang petunjuk tempat yang terdiri dari empat bahasa; Indonesia, Inggris, Tiongkok dan Arab.

Gudang dan Kamar Kecil dalam empat bahasa

Di bawah ini terdapat beberapa foto yang aku tangkap melalui kamera ponsel. Ada duplikat mobil dinas presiden pertama RI, ada kereta kencana, ada duplikat pesawat, dan sebagainya.
(Banyak kendaraan-kendaraan unik yang tidak dapat semuanya di-upload).

Calon Presiden RI di masa depan sedang mengamati mobil dinas Presiden RI di masa lalu, wkwwkk
Pesawat (duplikat) di Museum Angkut dengan latar belakang pegunungan di Jawa Timur
Pemukiman warga sekitar, gambar diambil dari Museum Angkut
Kereta Kencana di Museum Angkut, di-upload di Instagram

Oke lanjut.
Sesuai dengan namanya; Museum Angkut. Sudah pasti penuh dengan angkutan.
Namun, selain itu di sini juga terdapat tempat yang seolah-olah kita tengah berada di Indonesia pada zaman dahulu. Setelah itu, ada juga tempat yang menggambarkan seolah berada di luar negeri. Di sini terdapat replika berbagai tempat seperti Tiongkok, Inggris, Jerman hingga berbagai negara di Benua Eropa.

Pedagang rokok zaman dahulu, gambar di-upload di Instagram juga
Kampung Cina, kiri ke kanan; Royhan, Aku, Anugrah, Uta
(Kampung) Inggris, tapi bukan di Pare Kediri! wkkkw
"Halo, Dek! Kang Mas masih berjuang mengumpulkan uang. Tunggu ya, bulan depan pasti aku datang menemui orangtuamu. Kamu yang sabar, yaa!"
Replika Tembok Berlin. Tembok yang memisahkan antara Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1960-an. Ya, negara itu pernah 'berccerai' setelah akhirnnya 'rujuk' kembali
Ecak-ecaknyo nak milih kalung mano yang cocok buat si doi, masih di-upload di Instagram

Oh ya, sebagai informasi. Jalur di dalam Musem Angkut adalah satu arah.
Maksudnya, kita harus mengikuti arah jalan tersebut sampai seluruh wahana selesai. Baru kemudian dapat menemukan pintu keluar. Artinya, tidak ada pintu keluar di tengah-tengah. Kita wajib melihat seluruh wahana yang ada. Jalurnya cukup panjang.
Dan kami, harus tetap fit menjaga stamina karena setelah ini akan menuju Bromo yang katanya cukup melelahkan.


Bersambung...
Kamis, 20 Desember 2018

Suasana pagi hari ini begitu sejuk. Tidak hanya sejuk, namun menggigil. Begitu terasa menusuk ke sum-sum tulang belakang. Suhu udara di luar memang sedang dingin. Ditambah lagi, air conditioner yang menyala sepanjang malam.
Kali ini kami berada di suatu rest area di Jawa Timur, entah di KM berapa dan di Kabupaten mana. Yang jelas, waktu telah menunjukkan pukul setengah lima. Sudah hampir setengah jam yang lalu adzan Shubuh berkumandang. Ya, di Jawa Timur waktu Shubuh dimulai sekitar pukul empat pagi, berbeda dengan di Palembang.

Selepas sholat Shubuh, aku kira kami akan sarapan di sana. Ternyata tidak. Kami kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke restoran untuk sarapan yang berada di Kabupaten Nganjuk.
Di dalam bus, teman-teman banyak yang kembali tidur. Namun tidak sedikit yang tetap terjaga, bercengkrama satu sama lain.

***

Sekira pukul tujuh pagi, bus kami tiba di sebuah restoran. Kami akan sarapan di sana, sekaligus mandi pagi. Ya, kami kembali mandi di tempat umum.
Cara sarapan di restoran ini sama dengan restoran tempat kami makan malam sebelumnya. Nasi, sayur, lalapan, sambal dan lain-lain bebas mengambil sesuka hati. Namun untuk lauk, ada petugas yang menjaga. Sungguh suatu aturan unik yang baru ku temui.
 
Di sebuah restoran di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Nasihat yang sungguh menarik
Kami tidak lama di restoran ini, sekitar pukul delapan pagi, perjalanan dilanjutkan menuju Kebun Binatang Jatim Park 2 di Batu Malang. Dari Nganjuk ke sana, kami melewati Kediri. Dan tahukah kamu? Kami melewati Pare, tempat fenomenal yang dikenal sebagai Kampung Inggris.
Kami membutuhkan waktu perjalanan hampir empat jam dengan jarak tempuh sejauh 125 km.

Rute perjalanan menuju Jatim Park 2
Rute perjalanan menuju Jatim Park 2, dengan skala lebih kecil
Kali ini kami tidak melewati tol, namun melewati jalan biasa.Hal tersebut yang menyebabkan waktu jadi lebih lama. Pun, medan yang dilalui adalah dataran tinggi, jadi cukup memacu adrenalin.
Ini adalah beberapa foto dalam perjalanan.

Kelurahan Kauman, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Salah satu sudut jalan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur

Jalan yang cukup sempit menuju Jatim Park 2

Pemandangan di samping jalan, ngeri jugo kalu nyampak dari sini wkkw

Akhirnya, kami tiba di Jatim Park 2, Kota Batu Malang ketika beberapa menit lagi menjelang adzan Zhuhur. Setelah mengantre untuk ambil tiket, kami langsung menuju mushollah untuk sholat Zhuhur dan Ashar.

Foto ini diambil di dekat toilet, lho
Di area gerbang Jatim Park 2

Masih di area gerbang Jatim Park 2
Area gerbang Jatim Park 2 juga

Oh ya, satu lagi. Dari tadi, aku terus menulis Jatim Park 2. Ya, ada tiga Jatim Park di sini. Jaraknya pun tidak berjauhan satu sama lain. Di bawah ini adalah lokasinya jika dilihat dari Google Maps.

Lokasi Jatim Park 1, Jatim Park 2, Jatim Park 3 dan Musem Angkut di Kota Batu Malang yang berdekatan


Di Jatim Park 2, rutenya cukup panjang dan memutar. Artinya, rute tersebut mengharuskan kita, secara otomatis, melewati seluruh area yang ada. Cukup melelahkan, sih. Kami harus tetap fit menjaga stamina, karena masih ada dua objek wisata lain yang harus dikunjungi; Museum Angkut dan Gunung Bromo.
Dan ini adalah beberapa foto ketika aku tengah berada di dalam area Jatim Park 2. Terdapat banyak hewan yang jarang aku temui di sini.


Komodo Dragon
Bintang Laut
Ikan
Jauh-jauh ke Jawa Timur, ternyata ketemu Jeme Lahat di sini..
Singa

Tujuan kami selanjutnya untuk hari esok adalah beberapa objek wisata di Provinsi Jawa Timur. Jadi, setelah dari kantor pusat PT. Telkom Indonesia, kami langsung cus ke arah timur Jawa.
Kurang lebih, seperti ini rute yang akan kami jalani dari siang hari hingga esok pagi.

Rute Perjalanan dari Graha Merah Putih menuju Jawa Timur di esok hari

Seperti yang telah aku tulis di part sebelumnya, kami akan bertemu dengan teman-teman yang mengunjungi PT. Toyota di rest area, tepatnya di Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Dalam hati aku bergumam, "Akhirnya aku melewati Tol Cipali, setelah bertahun-tahun hanya menyaksikan tol ini melalui layar televisi ketika hendak Hari Raya Idul Fitri!"

Gambar yang dimbil dari dalam bus, perjalanan dari Graha Merah Putih menuju Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali

Perjalanan menuju rest area memakan waktu sekitar satu jam setengah dengan jarak sejauh 91,5 km. Kami tiba di sana sekitar pukul setengah dua siang, dan langsung sholat Zhuhur qoshor dan Ashar jama' qoshor di sana. Kami lebih dahulu tiba daripada teman-teman yang dari Toyota.

Rute dari Graha Merah Putih menuju rest area
Rest Area KM 86A Tol Cipali

Tahu Sumedang yang dimakan di Subang
Cukup lama kami ber-istri-rahat, eh, beristirahat di sana. Hampir lebih dari satu jam, nungguin teman-teman dari Toyota yang tak kunjung tiba di rest area. 

Tahukah kamu, ada hal yang cukup menarik aku lakukan. Aku akhirnya makan Tahu Sumedang, langsung di Jawa Barat, walaupun bukan di Sumedang, tapi di Subang. Ternyata, rasanya sama saja dengan yang biasa aku beli di Indralaya ketika jadi mahasiswa baru semester satu dulu, hehee..

Oh ya, Tahu Sumedang ini dibelikan oleh bos di kampus, alias...
Dosen Pembimbingku.

Beliau sangat berjasa dalam mewujudkan mimpiku untuk makan Tahu Sumedang langsung di Provinsi Jawa Barat.




Setelah teman-teman dari Toyota datang, akhirnya pukul 14.45 bus kami berangkat meneruskan perjalanan ke arah timur Jawa. Cukup bagus pemandangan yang ku lihat, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan di Palembang, sih. Tapi tak mengapa, tetap aku abadikan momennya dengan kamera ponsel.
Di bawah ini adalah beberapa foto hasil jepretan kamera ponselku yang diambil dari dalam bus.

Pemandangan di sekitar tol, foto diambil pukul 16.12 WIB
Pemandangan di sekitar tol, foto diambil pukul 17.54 WIB

Setelah sekitar tiga setengah jam perjalanan dengan jarak 238 km, bus kembali beristirahat.
Kini, kami telah memasuki wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang. Kami beristirahat di sebuah restoran. Cukup lama waktu yang kami habiskan di sana, mulai dari makan malam, sholat Maghrib dan Isya, hingga mandi.
Ya, mandi.

Rute perjalanan dari Rest Area KM 86 A Utara Tol Cipali menuju restoran tempat kami beristirahat untuk makan malam
Di sini ada sesuatu yang ku rasa tidak beres. Untuk pertama kali kami mandi di tempat umum seperti ini. Ada apa gerangan?
Oh, ternyata! Aku salah menduga. Sebelumnya, ku kira kami akan setiap malam menginap di hotel. Namun semua bayanganku berubah. Malam ini tidak ada hotel. Kami akan mandi dan makan malam di resotran, setelah itu tidur malam ini tetap di dalam bus.

***

Makan di restoran ini, sistemnya prasmanan seperti kita di kondangan. Namun, ada yang unik.
Untuk nasi, sayur, lalapan, sambal, kerupuk, dan lain-lain kami bebas mengambil sendiri sebanyak apapun. Akan tetapi untuk lauknya, pihak restoran tidak mengizinkan. Ada petugas yang menjaga lauk, mereka yang mengambilkannya untuk kami, bukan kami yang mengambil sendiri.
Mungkin, mereka takut ada yang serakah dengan lauk.

Sekira pukul delapan malam, setelah semua selesai makan malam dan mandi. Kami semua menuju bus. Kami diminta kembali ke bus masing-masing seperti di awal keberangkatan. Aku yang penumpang Bus 1, bersiap memindahkan tas dan barang-barang dari Bus 2.
Seorang teman ber-basa-basi, "Sudahlah, Do. Dak usah pindah bus. Di sini bae, samo bae!"
Aku menuruti sarannya.
Teman-teman di Bus 1 mengira aku tidak betah di bus mereka. Padahal, tidak sama sekali. Justru aku lebih memilih Bus 1.
Namun, karena rasa malasku untuk memindahkan barang-barang jauh lebih besar, dan memang ada satu slot bangku kosong, jadi ku putuskan tidak kembali ke Bus 2. Maka, aku saat ini resmi menjadi penumpang Bus 2.

Oke, lanjut.
Ada cerita lain lagi yang menarik.
Di tengah perjalanan, sekitar pukul sembilan malam, aku kebelet ingin buang air besar. Serius.
Aku beranikan diri bilang ke pihak travel, yang memang posisinya dekat dengan tempat dudukku. (Aku duduk di depan).
Mereka mengabulkan permintaanku, kami berhenti di salah satu SPBU. Teman-teman bertanya ada apa. Dan akhirnya mereka memaklumi.
Hal yang membuatku kecewa adalah, ternyata WC di sana berbayar wkwkwk.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan.
For your information, tujuan kami selanjutnya adalah sebuah Restoran di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang berjarak 352 km.
Akan dibahas di part selanjutnya, Insyaa Allah..

Rute dari restoran tempat makan malam (Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah) menuju restoran tempat sarapan (Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur)

Karena pertama kali tidur di bus pada malam hari, membuatku tidak nyenyak. Sesekali terbangun melihat sudah jam berapa, atau sudah di mana. Dalam gambar; ketika aku terbangun pukul 01.32 WIB dini hari.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Kang Mas Joe adalah seorang yang berpengalaman dalam pahit dan getirnya kehidupan, walaupun nyatanya tidak terlalu pahit. Mencoba berbagi tulisan melalui blog, semoga ada hikmah yang bisa diambil. Apabila ada kritik, saran, nasihat dan mau kerjasama. Silahkan DM melalui Instagram dan Twitter @KanggMas_Joe. Terimakasih!

POPULAR POSTS

  • Pencitraan Jilid Dua; Buku yang Aku Baca di Tahun 2020
      Beberapa hari ke belakang, rumahku sedang direnovasi. Maka buku-buku yang ada di rumah sedang tidak ada di rak buku seperti biasa. Begini ...
  • Masjid Cheng Hoo
    Masjid Muhammad Cheng Hoo, adalah salah satu masjid yang cukup terkenal di Palembang. Sering dijadikan sebagai tempat wisata religi. Menurut...
  • Balonku Ada Lima
    Jangan terkejut, ini bukan jimat, mantra, doa atau sebagainya!  Untuk kamu yang sudah jago membaca Al-Quran sejak kecil, aku yakin kamu past...
  • Menjadi Pacar Sewaan
    Hari ini adalah hari Ahad, pukul sepuluh pagi. Aku sedang duduk bersantai di rumah, sedang menatap layar laptop untuk melakukan blog walking...
  • 3 Bloggers yang Rajin BW
    Seperti biasa, di setiap penghujung bulan, Mbak Eno yang baik hatinya kembali membuat challange. Ini adalah event ketiga dari challange- nya...

Categories

  • Bisnis
  • Cerita
  • Opini
  • Perjalanan
  • Pernikahan
  • Sajak
  • Tutorial

Copyright © 2021 Kangg Mas Joe. Created by OddThemes